Minggu, 07 Desember 2008

Qurban Di Kotaku dan Di Kampungku

26 comments
Beberapa hari terakhir ini ketika saya mau ataupun pulang dari kampus, banyak sepanduk dan selebaran bertuliskan tentang qurban terpampang di jalan-jalan di jogja terutama di wilayah pemukiman dekat kost-kostan saya. Bukan ucapan selamat Idul Ad'ha yang tertulis pada sepanduk tersebut, tapi sepanduk dari penyedia jasa qurban. Isi sepanduk dan selebaran itu beragam, intinya berisi tentang promosi hewan yang dibuat semenarik mungkin -iklannya tidak kalah menarik di banding promosi caleg-. Tapi yang membuat saya heran dan tidak ada di kampung saya adalah adanya beberapa sepanduk yang tidak hanya menawarkan hewan qurban, tapi pihak penyedia jasa hewan qurban bersedia mengambil uang langsung dari konsumen. mudahnya begini, konsumen tinggal SMS alamat rumahnya, terus sang penyedia hewan kurban siap datang ke rumah konsumen untuk negosiasi. Setelah negosiasi selesai maka orang yang mau berkurban tinggal menyerahkan uang saja, urusan beres. sehingga orang yang akan berkurban tidak tahu atau bahkan mungkin tidak perlu tahu seperti apa hewan kurbannya. Begitu mudahnya urusan Qurban di kota.

Bandingkan dengan di kampung saya,
Di kampung saya tidak ada sistem seperti itu (mungkin karena tidak ada signal tel. seluler), orang yang akan berkurban biasanya membeli hewan kurban untuk Idul Ad'ha dari tetangga yang memiliki mungkin kalau kurang cocok biasanya tetangga saya akan mencari hewan ke pasar di kota. pembeli pun bisa leluasa memilih hewan sesuai dengan keinginannya bukan jual beli buta, tanpa barang. Ketika pagi hari Takbir berkumandang menandakan di akan dimulainya sholat Idul Ad'ha orang yang akan berkurban bersama keluarganya berangka kemasjid dengan membawa hewan qurban masing-masing. Tidak ada rasa malu, bahkan mereka bangga.

Setali tiga uang dengan mudahnya membeli hewan qurban, pembagian hewan kurban juga tidak terlalu memakan banyak waktu, setelah hewan di sembelih dan di potong tak berapa lama para kaum duafa yang harusnya menerima daging qurban, malahan mengambil. Konotasi menerima dan mengambil jelaslah berbeda. Orang mengambil adalah "datang ke-", sedangkan menerima tetap beriam di tempat menunggu ada yang mengantarkan. kalau tidak percaya liat saja di Masjid Istiqlal, orang sampai harus "bertarung" hanya demi seonggok daging, tengok pula beberapa masjid di Jogja, kaum duafalah yang harus berebut.

Ini sungguh bertolak belakang dengan sistem pemabagian hewan qurban di tempat saya, di kampung saya hewan qurban setelah di potong akan dibagikan kerumah-rumah warga oleh panitia sukarela (panitia yg penting pulang dapet kepala atau ceker), yang bertugas membagikan dengan berputar-putar kampung adalah para remaja. Biasanya setelah semuanya beres (menjelang dzuhur jg dah slese), para ukarelawan akan makan bersama dengan segala macam isi perut hewan qurban (usus dkk) yang telah di masak oleh para ibu-ibu. setelah dzuhur mereka mulai membereskan dan membersihkan tempat yang tadi digunakan.

Sebenarnya kehidupan didesa sangat menyenangkan, apalagi ketika akan bahkan pada saat ada acara besar, baik itu hari raya agama atau hari kemerdekaan, suasana desa saya selalu semarak bukan hanya pada saat kegiatan tapi juga pra kegiatan karena warga bergotong royong secara sukarela. Hal yang tak pernah saya lihat ketika saya menjadi siswa SMA di PWT dan apalagi ketika "jabatan" saya sudah meningkat menjadi mahasiswa di Jogja.

apakah benar, hidup di kota itu sulit, saya pikir mungkin terlalu mudah....
tapi kemudahan itu bagi saya tak memiliki makna.........
atau boleh saya bilang kemudahan yang hampa.......
Read More...

Jumat, 28 November 2008

Serangan Teroris di Mumbai, India

6 comments
Waktu pertama denger ada serangan terori di india dari TV saya setengah tak percaya, serangan itu seperti Film Hollywod amerika. Sangat rapih dan terencana, menyerang 10 objek vital di mumbai, India. Diantaranya 2 Hotel ternama Taj hotel dan Oberoi, belum lagi serangan di stasiun tersibuk di Mumbai. Ini nyata bukan Filem karya Bollywood.

saya kira bukan hanya saya yang terkejut, dunia pun terkejut, seperti waktu mendengar tragedi WTC 9/11, yang masih menjadi misteri hingga sekarang. serangan teror yang sangat di khawatirkan terjadi di Indonesia pasca hukuman mati Amrozi CS, justru terjadi di India. memang negara ini salah satu negara yang rentan konflik sosial keagamaan. kenapa india ? india bukanlah pendukung invasi Amerika dan sekutunya ke Timur Tengah. negara yang terkenal dengan tarian inipun bukanlah negara yang senang dengan militer, bahkan negara terbesar di asia selatan ini lebih senang bicara ekonomi dan industri daripada mengomentari masalah keamanan. Kenapa bukan Amerika atau Inggris bahkan Australia yang di serang ???

Memang benar dalam serangan yang berhasil menewaskan 125 (catatan terakhir detik.com) ini mencari warga berpaspor Amerika dan Inggris, tapi yang aneh tuntutan mereka justru tak ada hubungannya dengan kedua negara tersebut, yang menjadi tujuan dari teroris yang menamakan dirinya mujaheed decan ini adalah ketidaksukaan mereka akan prilaku militer india terhadap muslim di wilayah khasmir. jadi menurut konfirmasi terkahir yang saya dengar tujuan mereka bersifat lokal, tapi kembali yang menjadi pertanyaan saya kenapa mereka mengejar pemilik paspor Amerika dan Inggris ??? kenapa bukan pejabat pemerintah india ???

Tindakan yang masuk Teroris ini termasuk sanagt luar biasa dan menakjubkan,bukannya saya memuji apa yang mereka lakukan, justru saya sangat mengecam tindakan para teroris itu. yang menakjubkaan itu maksudnya keberhasilan mereka mengasasai 10 titik vital di mumbai dalam waktu kurang dari 24 jam dan melakukan penyandraan, bukanlah aksi teroris amatir. bahkan dalam berita terakhir yang saya peroleh. Dalam salah satu kontak senjata dengan polisi India mereka berhasil menewaskan 16 polisi india bahkan termasuk kepala khusus divisi anti teror india walalupun pihak teoris harus merelakan 6 anggotanya meregang nyawa.

Yang lebih mencengangkan para teroris itu masih berusia muda sekitar umur 20-30an. Siapa sebenarnya otak dibalik serangan ini ???. India sudah menganggap serangan ini sebagai serangan terhadap negara dan akan memberi balasan setimpal terhadap para teroris. Indeks saham di India turun drastis karena kota pusat perekonomian India tersebut lumpuh total seperti kota mati. tak ada orang berani keluar, semua kegiatan pelayanan umum (kecuali rumah sakit) lumpuh total, kantor pemerintahan tutup, sekolah-sekolah libur. Bahkan tempat lari terakhir yaitu bandara pun lumpuh, tidak ada penerbangan dari dan menuju mumbai.

Di luar itu dukungan terhadap Pemerintah India mengalir begitu deras termasuk Presiden RI yang ikut cengecam serangan tersebut, dukungan dari dunia luar juga di barengi kecaman terhadap para teroris. Bahkan pihak maskapai penerbangan Australia siap memberikan tumpangan gratis bagi para korban. beda dengan Australia negara maniak perang, Amerika malah menyiapkan FBI (pernyataan resmi G.W. Bush), untuk membantu India, yang kemudian di tolak.

Semoga serangan tak berprikemanusiaan itu tidak menjadi inspirasi bagi kelompok lain untuk ikut memperkeruh suasana dunia yang sudah keruh karena badai krisis ekonomi global yang melanda. saya ikut prihatin ata kejadian itu dan semoga parakorban dan keluarga korban di beri ketabahan oleh Yang Maha Kuasa. Amien.....
Read More...

Selasa, 25 November 2008

Cara Membuat Bom

30 comments
pernahkah anda membayangkan membuat bom itu sangat mudah ???
bahkan anda dapat membuatnya lebih dari 10 kali dalam satu hari...

proses sederahana itu dapat anda lakukan dirumah anda
pertama-tama anda harus menyiapkan bahan-bahan kimia utama seperti oksiogen, yang memiliki kadar nitrogen tinggi, untuk membuatnya lebih canggih andan bisa memperbanyak unsur hidrogen sulfida & merkaptan.Kedua senyawa ini mengandung sulfur belerang.

pertama-tama, kamu makan makanan yang berbau tajam, misal: bangke tikus, ee' kucing (nggak lah!). makan duren, petai, jengkol, dan kawan-kawannya.

kedua, setelah kamu makan itu semua, tiriskan beberapa saat (kurang lebih 2jam).

ketiga, setelah 2jam, di dalam perut kamu akan mengeluarkan reaksi asam yang sangat berbahaya... perut kamu akan bergejolak, itu adalah tanda2 BOM siap dilepaskan.

ke empat, Pilih sasaran target pengeboman. misal : guru kamu, adek kamu, atau pacar kamu (dosa tanggung sendiri).

ke lima, arahkan meriam kamu ke wajah target pengeboman kamu (angkat bokong kamu).

ke enam, Tembakkan dengan sekuat tenaga!! caranya, lepaskan tekanan yang maha dasyat dari perut, dan pusatkan kekuatan ke bokong kamu!

DIJAMIN, target pasti langsung tidur selamanya....
ampuh 100%.

-selamat mencoba-


yang ini serius,,,

Seperti kita ketahui, proses pencernaan dan penyerapan makanan terjadi dalam usus halus. Makanan yang tidak bisa dicerna dan diserap tubuh akan dibuang ke usus besar (kolon). Sisa-sisa makanan yang ada dalam usus besar ini merupakan makanan bagi bakteri penghuni usus. Di dalam usus besar ini pula terjadi proses fermentasi yang antara lain membentuk sejumlah gas.

Mengacu pada proses tersebut, bisa dimaklumi bila jenis makanan yang dikonsumsi menentukan produksi gas dalam usus. Semakin banyak seseorang mengonsumsi jenis makanan yang tidak dapat dicerna, semakin meningkat pula proses fermentasi oleh bakteri. Akibatnya, produksi gas pun mengalami peningkatan. Jenis gas yang diproduksi dalam usus antara lain karbondioksida (CO2), hidrogen (H2) dan metan. Kendati ada pula sumber gas dalam usus yang berasal dari udara luar, seperti nitrogen (N2) dan oksigen (O2). Udara luar ini dapat ikut tertelan akibat aktivitas makan yang tidak benar. Yakni kebiasaan mengunyah permen karet, pemasangan gigi palsu yang kurang tepat, dan sebagainya.

AROMA TAK SEDAP

Pada dasarnya tidak semua kentut mengeluarkan bau tak sedap. Angin yang satu ini bisa menjadi bau akibat adanya proses pembusukan oleh metabolisme bakteri di usus besar. Bau tak sedap yang mungkin timbul bisa juga berupa bau asam akibat mengonsumsi makanan yang tidak sesuai kemampuan organ pencernaannya. Selain itu, makanan berbau tajam, seperti petai, durian nangka dan cempedak juga dapat menyebabkan kentut berbau.

Kentut yang tidak berbau lazimnya terdiri atas 5 komponen gas, yakni gas nitrogen, oksigen, hidrogen, metan dan karbondioksida. Kelima gas inilah yang merupakan porsi terbesar dalam kentut. Sedangkan kentut yang bau umumnya merupakan campuran gas-gas yang berbau, seperti skatol, indol, hidrogen sulfida, dan asam lemak rantai pendek. Gas-gas ini walaupun terdapat dalam jumlah kecil mampu menimbulkan bau yang menusuk hidung.
Read More...

Selasa, 18 November 2008

Suara Hati Iblis

8 comments
dulu, aku ini makhluk yang paling tinggi derajatnya di sorga. aku lah azazil. aku sangat taat menyembah Tuhan, yang paling taat malah. sampai Tuhan bermaksud menciptakan khalifah di bumi bernama adam. malaekat protes karena katanya makhluk ini hanya akan merusak bumi. apa-apaan malaekat itu, kok berani mempertanyakan keputusan Tuhan. lihatlah aku yang patuh ini, Tuhan itu segalanya... malaekat! jadilah adam dan aku patuh. Tuhan bertitah lain, sujudlah pada adam!!! apa-apaan ini, kepalaku hanya aku tundukkan pada Tuhan! adam bukan Tuhan, lantas aku menolak. karena itu Tuhan memberi aku julukan, iblis. ga ada masalah kalau itu memang kemauan Tuhan. anehnya malaekat nurut saja sujud pada adam??? mikir dong malaekat, bukankah adam itu khalifah di bumi, dan sekarang ini kita di sorga... malaekat! disini aku lah yang paling tinggi derajatnya. Tuhan kemudian memberi instruksi supaya aku masuk ke neraka, aku patuh. aku teringat bahwa adam salah tempat, adam itu khalifah di bumi kok tinggal di sorga. maka aku dengan sepengetahuan Tuhan membuat adam diturunkan ke muka bumi. berhasil. adam ternyata merengek-rengek menolak instruksi Tuhan, masak makhluk seperti itu pantas aku bersujud kepadanya. tidak, tidak sekali pun aku sudi sujud pada makhluk yang berani menolak keputusan Tuhan. aku lantas diperintah menggoda anak-cucu adam sampai kiamat datang, dan aku selalu patuh. anak-cucu adam yang diperintah menyembah Tuhan malah banyak yang ingkar, kafir. apa-apaan manusia itu. wahai anak-cucu adam, tugasku mengajakmu ke neraka dan tugasmu menolak ajakanku. ikuti jejakku, patuhi Tuhan. jangan kafir! khalifah kok kayak githu...


kata-kata di atas bukanlah pembelaan terhadap Iblis, melainkan sebuah sindirin kepada manusia itu sendiri.
Read More...

Ibu, Seperti apa Pria Sejati

8 comments
Seorang remaja pria bertanya pada ibunya: Ibu, ceritakan padaku tentang pria sejati...

Sang Ibu tersenyum dan menjawab... pria Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang disekitarnya....

Pria sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan kebenaran.....

Pria sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada generasi muda bangsa ...

Pria sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia dihormati didalam rumah... Ikhwan sejati bukanlah dilihat dari kerasnya pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami persoalan...

Pria sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Pria sejati bukanlah dilihat dari banyaknya akhwat yang memuja, tetapi komitmennya terhadap akhwat yang dicintainya...

Pria sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia mengahdapi lika-liku kehidupan...

Pria Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya membaca Al-Quran, tetapi dari konsistennya dia menjalankan apa yang ia baca...

....setelah itu, ia kembali bertanya...

" Siapakah yang dapat memenuhi kriteria seperti itu, Ibu ?"

Sang Ibu memberinya buku dan berkata.... "Pelajari tenteng dia..." ia pun mengambil buku itu

"MUHAMMAD", judul buku yang tertulis di buku itu
Read More...

Sabtu, 15 November 2008

Pendidikan Moral di Kampus

Leave a Comment
pernahkah anda berfikir, kenapa pendidikan moral di kampus "hanya" diberikan jatah 4 SKS ??? itupun sudah dibagi dalam dua mata kuliah yaitu pancasila dan agama,,,, (untuk jurusan-jurusan yang umum khususnya eksak).....

bahkan matakuliah itupun hanya sebagai mata kuliah tambahan dan/atau pilihan, padahal jika anda bertanya pada semua orang "pendidikan apa yang paling penting saat ini ?" maka sebagian besar penjawab anak menjawab pendidikan moral. kenapa ? saat ini masalah besar yang sedang dihadapi bangsa ini adalah degradasi moral masyarakatnya, sekarang sebagian orang tidak perlu berfikir halal atau haram, boleh atau tidak, sesuai norma atau melanggar, bagi mereka semua itu tidaklah penting. yang penting kenyang atau tidak , mati atau hidup ???


kembali pada masalah moral dikampus, bahkan mungkin disemua level satuan pendidikan, pendidikan moral atau keagamaan bahkan kalaupun kesemuanya digabung tidak akan menghasilkan 10% dari jumlah keseluruhan matakuliah atau pelajaran (pengecualian untuk sekolah berbasis agama). ada apa sebenarnya dengan pendidikan kita ???

tentu kita tidak usah kaget melihat para pejabat korupsi atau bahkan para kiyai dan seleberiti berlomba untuk jadi politisi supaya bisa mendapatkan kursi. karena toh mereka berjalan dalam satuan pendidikan yang membuncitkan pendidikan moral.

pertanyaan sederhana
mana yang lebih diperlukan ilmu matematika atau ilmu agama ?
maka kita akan menemukan mayoritas jawaban keduanya sama pentingnya karena saling melengkapi atau mungkin akan menjawab ilmu agama karena akan berguna juga untuk akhirat. okelah kita ambil jawaban yang pertama bahwa keduanya penting, maka akan timbul pertanyaan kedua,"kalau keduanya penting kenapa ilmu agama dan ilmu matematika memiliki kuota yang berbeda dalam pengajarannya ???

suatu pertanyaan yang akan membuat depdiknas dan depag,berada dalam kondisi dilema.
menurut anda apa jawaban kedua depertemen tersebut,,,

bahkan hal inipun membuat saya bingung sendiri sebagai mahasiswa....
Read More...

Jumat, 14 November 2008

Jujur, bohong atau tolol

3 comments
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda, “man kaana yu’minu billahi wal yaumil aakhir, fal yaqul khairan au liyasmut?” (Barang siapa sudah beriman kepada Allah dan ahri akhir, hendaklah berkata yang baik atau setidaknya diam).

Memang bicara dan diam ada tempatnya masing-masing. Diam pada saat harus bicara, sama buruknya dengan bicara pada saat harus diam. "

Sebaiknya kita memang harus tahu kapan kita mesti diam dan kapan mesti bicara. Kalau tidak, salah-salah bisa celaka. Antara lain karena kita diam pada saat harus bicara, maka kemungkaran pun akan terus berlangsung dan menyebabkan kerusakan negeri yang sangat parah. Namun sebaliknya, seringkali diam justru jauh lebih bermanfaat ketimbang bicara. Bahkan tidak jarang justru menimbulkan bencana, tidak hanya bagi orang yang bersangkutan, tapi juga kepada orang-orang lain. Perkelahian, bahkan peperangan bisa terjadi akibat omongan yang salah.

Dulu, di majelis penguasa yang agung, ketika semua orang yang hadir angkat bicara, dan umumnya memuji-muji sang penguasa, seorang arif yang ikut hadir dalam majelis itu hanya diam saja. Sehingga akhirnya sang penguasa pun bertanya,”Mengapa dari tadi kau diam saja, tidak ikut bicara seperti yang lain ?”

Orang arif itu menjawab,”Aku dari tadi diam, karena sedang mempertimbangkan dua hal yang sama-sama berat. Apakah aku akan bicara bohong seperti mereka untuk menyenangkan anda, atau bicara jujur dan membahayakan diri saya sendiri.”

Orang bijak menasehati kita, kalau kita akan bicara sebaiknya difikirkan dulu, agar bicara kita tidak menimbulkan hal-hal yang negatif. Tapi orang tolol biasanya malas berfikir, karena itu lebih dianjurkan untuk diam saja.
Read More...

Ustadz Pimpin Upacara

1 comment
Ada seorang Ustadz yang juga pengurus Syuriyah NU menjadi komandan upacara. upacara kemerdekaan 17 agustus.sebagaimana biasa, setiap awal upacara dilakukan pasti ada prosesi pelaporan kesiapan peserta upacara kepada inspektur upacara.
Dengan lantang sang ustadz yang menjadi komandan upacara melapor."
"lapor,seluruh peleton dan Kompi siap melaksanakan upacara...!!"lapornya dengan tegas,maklum mantan ketua Ranting Banser di desanya
Laporan itu kontan dijawab inspektur upacara dengan tegas juga
"kerjakan.....!!"
Komandan menyahuti "InsyaAllah...!!"
Inspektur Upacara menyahut "Alhamdulillah"
para peserta upacara dengan kompak menyahuti "Aminnnn.!!"
Read More...

Dakwah dengan Amar Ma'ruf perlukah Nahi Munkar ?

Leave a Comment
Mungkin bangsa kita adalah bangsa yang –paling tidak termasuk-- paling suka bikin istilah dan sekaligus mengacaukan istilah-istilah. Ada istilah-istilah yang sudah lazim dikacaukan menjadi tidak lazim dan sebaliknya yang tak lazim dilazim-lazimkan. Dan tidak jarang orang mempergunakan istilah tanpa mengerti maknanya, hanya karena ikut-ikutan sesuatu yang sudah populer sebagai istilah. Latah mungkin memang sudah menjadi salah satu perangai bangsa ini."

Kadang-kadang lucu. Ada tiga orang berdebat mengenai politik; yang satu pengertiannya tentang politik adalah A, yang satu mengartikan politik sebagai B, sementara bagi yang satunya lagi, politik ialah C. Maka perdebatan mereka pun ngalor-ngidul (seperti debat kusir yang juga entah dari mana istilah itu berasal) tidak karuan juntrungnya. Begitu juga halnya dengan istilah-istilah populer yang lain seperti agama, Islam, jihad, pemerintah, negara, nasionalis, Yahudi, zeonis, pruralisme, sekuler, liberal, syareat, ulama, teror, dakwah, amar makruf nahi munkar, dsb.

Boleh jadi hal itu --untuk yang suka bikin istilah-- terjadi karena kebiasaan suka pamer dan bergaya. Sedangkan bagi yang latah, mungkin karena kemalasan orang untuk melakukan tahqieq, menengok definisi, atau sekedar merunut maknanya. (Menganggap hal itu tidak penting; karena sejatinya yang penting hanyalah: kehendak dan pendapatnya sendiri). Dan hal seperti itu terus berlangsung, meskipun orang sudah melihat sendiri akibat buruk dari kerancuan istilah tersebut.

Kita ambil contoh dua istilah (saja) yang sudah populer digunakan: dakwah dan amar makruf (wan nahi ‘anil munkar). Kedua istilah ini sama-sama populer dan hampir setiap orang Islam –bahkan juga yang tidak—pernah mengucapkan atau mendengarkannya. Namun umumnya ya hanya mengucapkan dan mendengarkan. Seperti halnya ketika mengucapkan atau mendengarkan istilah politik, misalnya, orang tidak merasa perlu lagi melakukan tahqieq tentang pengertian dakwah dan amar makruf itu. Seolah-olah hal itu sudah ma’lumun fiddiini bidh-dharuurah, sesuatu yang sudah sangat dimengerti maknanya oleh semua orang. Padahal melihat sikap-sikap mereka yang mempergunakan –dan dalam kaitan-- istilah-istilah itu, menunjukkan kepada kita bahwa mereka mempunyai pengertian yang lain-lain.

Bila anda sudi meluangkan waktu, marilah kita coba melakukan tahqieq terhadap kedua istilah itu. Dakwah dan amar makruf itu.

Dakwah, seperti halnya banyak lafal yang berasal dari bahasa Arab, ketika masuk dalam perbendaharaan bahasa kita, mengalami pergeseran-pergeseran makna yang pada gilirannya juga berpengaruh kepada perilaku. Dakwah biasanya diartikan seruan dan propaganda. Dalam bahasa aslinya semula, dakwah mempunyai makna mengajak, memanggil, mengundang, meminta, memohon…Pendek kata makna-makna yang mengandung nuansa ‘halus’ dan ‘santun’. Sebagai istilah, dakwah yang kemudian dianggap sudah jelas maknanya ini, wallahu a’lam bish-shawab, tentunya bermula dari firman Allah seperti dalam Q. 16:125. “Ajaklah ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan mau’idzah hasanah (lafal-lafal yang ditulis miring, seperti diketahui, juga sudah menjadi istilah yang populer di kita) dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik…”

Perhatikanlah; dalam ayat itu perintah ‘Ud’u, Ajaklah tidak disertai maf’ul bih atau objeknya seperti lazimnya fiil muta’addie. Para mufassir, biasanya ‘mengisi’ objeknya dengan an-naas, manusia (Jadi, “Ajaklah manusia ke jalan Tuhanmu …dst”). Saya sendiri menganggap penambahan tafsir dengan objek berupa an-naas, manusia, itu kok tidak perlu. Sebab kata-kata “ke jalan Tuhanmu” sudah cukup menjelaskan siapa yang disuruh Allah ajak. Logikanya tentu –wallahu a’lam—yang diajak adalah mereka yang belum di “jalan Tuhan”. Karena mengajak orang yang belum di jalan Tuhan, maka –lagi-lagi wallahu a’lam—mesti dilakukan dengan hikmah dan mau’idzah hasanah. Kalau pun harus berbantah, mesti dengan cara yang lebih bagus dari lawan berbantah. Dan perintah ini dilaksanakan dengan sangat sempurna oleh Rasulullah saw. Dengan lembut dan penuh kasih, dengan bijaksana dan nasihat yang baik, Rasulullah mengajak mereka yang belum berada di jalan Allah. Bila perlu berbantahan, Rasulullah saw bersikap sangat santun. Hasilnya, dakwah beliau diterima dan orang-orang yang semula belum di jalan Allah pun berbondong-bondong menuju ke dan berjalan di jalanNya. Perintah ini juga dengan baik dilaksanakan oleh penerusnya; termasuk para wali, Wali Songo. (Bila penduduk negeri ini kemudian mayoritas berjalan di jalanNya, pastilah tidak terlepas dari dakwah mereka yang sesuai dengan arahan Quran itu). Bandingkanlah dengan dakwah masa kini yang nota bene hanya lebih kepada mereka yang sebenarnya sudah berada di jalan Allah.

Amar makruf, berbeda dengan dakwah, bukan sekedar ajakan, tapi perintah; sebagaimana nahi adalah larangan, bukan sekedar himbauan. Amar makruf nahi munkar, adalah ciri komunitas kaum beriman (Baca misalnya, Q. 3: 110; 9: 71; dlsb).

Sebagai ciri, ia sama sebanding dengan rahmatan lil ‘aalamien. Artinya –paling tidak menurut pemahaman saya—amar makruf nahi munkar itu tidak lain merupakan manivestasi atau pengejawentahan dari kasih sayang. Mengasihi dan menyayangi maka mengamar-makruf-nahi-munkari. Muslim yang mukmin yang melakukan amar-makruf nahi-munkar, ibarat dokter yang mengobati pasiennya karena ingin menyembuhkan. Dokter yang baik akan berusaha mengenali pasiennya dan mencari cara penyembuhan yang paling meringankan pasiennya. Jika harus memberi obat, sedapat mungkin mencarikan obat yang sesuai dengan pasiennya. Bila si pasien tidak mau disuntik atau tidak harus disuntik, sang dokter akan memberikan obat. Ini pun bila obat itu pahit, dipilihkan yang terbungkus kapsul, agar si pasien tidak merasakan pahitnya. Kalau pun terpaksa harus melakukan operasi, dokter tidak begitu saja membedah pasiennya, namun bermusyawarah dulu dengan keluarga si pasien. Karena dokter mengobati pasien, sebagaimana mukmin yang mengamar-makruf-nahi-munkari saudaranya, didasarkan kepada kasih sayang kemanusiaan. Bukan berdasarkan kebencian.

Mereka yang ber-amar-makruf-nahi(‘anil)munkar oleh dan dengan penuh kebencian, sebagaimana mereka yang berdakwah secara kasar dan provokatif, kiranya perlu meneliti diri mereka lagi. Apakah mereka melakukan itu atas dorongan ghirah keagamaan ataukah atas dorongan nafsu dan kepentingan lain. Atau mereka perlu lebih memperdalam pemahaman terhadap agama mereka, ajaran-ajaran, dan istilah-istilahnya. Jika tidak, disangkanya mendapatkan ridha Allah, alih-alih malah mendapatkan murkaNya. Nau’udzu billah.

sumber : gusmus.net
Read More...

Berdoa, Ala Indonesia

2 comments
pernahkah anda berdoa ??
saya yakin pertanyaan ini akan dijawab iya oleh hampir seluruh umat beragama termasuk orang indonesia, ya 99 % (tak ada kemungkinan yang 100%) orang akan manjawab "iya". lebih tepatnya "sering", bahkan mungkin bagi sebagian orang ada yang kerjanya hanya berdoa...

Lalu apa saja yang Anda baca dalam berdo’a? Ataukah permohonan apa sajak yang biasa Anda panjatkan? Mohon selamat? Rezeki? Masuk surga? Dihindari dari api neraka? Bahagia dunia akhirat?

biasa atau pernahkah anda berdoa, secara khusus kepada Allah sehubungan dengan kepentingan yang mendesak? Ditagih utang kanan-kiri, misalnya? Bagaimana pengalaman Anda selama ini; berapakah prosentase do’a Anda yang makbul? atau mungkin cari pasangan untuk menikah, atau bagi anak muda berdoa supaya cepat dapat pacar ?

memang selain membaca Al Quran berdoa merupakan salah satu ibadah yang dipujikan (bahkan sholat pun masuk dalam kategori berdoa, toh bacaan sholat juga merupakan doa)

Berdo’a, selain merupakan salah satu ibadat yang dipujikan, adalah sarana kita untuk memohon sesuatu kepada Tuhan Yang Maha Memiliki dan Mahamurah. Allah berfirman dalam kitab sucinya, “Ud’uunil astajib lakum” (Berdo’alah kamu kepada-ku, maka Aku akan mengabulkan untukmu.”) (Q.s. 40: 60).

Berdo’a, secara langsung atau tidak, juga bisa berarti pengakuan hamba akan kelemahannya dihadapan Tuhan Penciptanya.

Kalau dikalangan sufi banyak yang menolak berdo’a – karena bagi mereka, berdo’a sama saja dengan meragukan pengetahuan Tuhan terhadap hajat dan aspirasi hamba-hambaNya – bagi kita berdo’a justru merupakan tradisi misal yang luar biasa. Boleh jadi karena umumnya kita ini banyak mempunyai kepentingan dan keinginan – sedangkan tangan kita untuk meraihnya terbatas – berdo’a lalu menjadi amalan ibadat favorit. Apalagi dijaman yang tidak semakin menjanjikan terpuasinya aspirasi ini.

Mulai dari memohon hujan; memohon selamat dari banjir dan bencana alam; memohon kemenangan tim olah raga yang kurang latihan; memohon agar jagonya jadi lagi; hingga ber-istighatsah memohon agar organisasinya tidak digoyang OTB, organisasi tanpa bentuk.

(Cara berdo’a pun macam-macam. Do’a yang bersifat instansional biasanya juga dengan gaya bahasa laporan dinas atau laporan komendan kepada inspektur upacara; misalnya begini, “Ya Allah ya Tuhan kami; hari ini kami semua berkumpul di bangunan yang baru saja selesai dengan biaya… untuk melepas kontingen olah raga kami yang akan berjuang membela nama baik tanah air kami ke negeri orang. Ya Tuhan, berilah kemenangan kepada mereka, sehingga mereka dapat meraih medali sebanyak-banyaknya atas ridho-Mu ya Allah…” Atau begini, “Ya Allah ya Tuhan kami; hari ini kami memperingati hari ulang tahun organisasi kami….dan seterusnya.: atau, “Ya Allah ya Tuhan kami dalam pemilu yang akan dating….dan seterusnya.” Atau….).

Pertanyaan penting yang sering mengusik kemudian ialah: kita ini sudah berdo’a sekian lama – minta ini minta itu untuk diri kita sendiri atau untuk kepentingan umum – namun kok sepertinya tak ada tanda-tanda do’a kita dikabulkan-Nya? Bahkan kita sudah berdo’a di saat-saat suci, ketika berpuasa, setelah sholat, bahkan rela bangn tengah malam (hanya pada saat mendesak, karena mungkin kalo lagi suasana hati senang tidak pernah sama sekali) ini dan tampaknya do’a kita hanya seperti angin lalu saja...

Apakah etika berdo’a kita yang belum benar sehingga Allah belum berkenan mendengarkan do’a kita, atau bagaimana? Atau seperti kata ulama yang cukup menghibur itu: setiap do’a pasti dikabulkan, cuma kapan dan berupa apa hanya Allah sendiri yang menentukan dan mengetahuiNya. Wallahu a’lam.

Orang-orang Bashrah (Irak) tempo deoloe pernah mengajukan pertanyaan seperti itu kepada zahid mereka yang terkenal, Ibrahim bin Adham (hidup sekitar abad VIII Masehi) dan apa jawabannya? Tokoh sufi itu menjawab, “Itu disebabkan karena hati kalian mati dalam sepuluh hal:
(1) Kalian mengenal Allah, tapi tidak menunaikan hak-hak-Nya;
(2) Kalian membaca kitab Allah, tapi tidak mengamalkannya;
(3) Kalian mengaku mencintai Rasul Allah saw, tapi tidak mengikuti sunnahnya;
(4) Kalian mengaku membenci setan, tapi selalu menyetujuinya;
(5) Kalian yakin mati itu pasti, tapi tak pernah mempersiapkannya;
(6) Kalian bilang takut neraka, tapi terus membiarkan diri kalian ke sana;
(7) Kalian bilang mendambagan surga, tapi tak pernah beramal untuknya;
(8) Kalian sibuk dengan aib-aib orang lain dan mengabaikan aib-aib kalian sendiri;
(9) Kalian menikmati anugerah-anugerah tuhan, tapi tidak mensyukurinya;
(10) Kalian setiap kali mengubur jenazah-jenazah, tapi tak pernah mengambil pelajaran darinya.”

Nah, apakah jawaban Ibrahim bin Adham ini ada gunanya buat Anda yang suka berdo’a?
Selamat berdo’a!
Read More...

Kamis, 13 November 2008

Paradigma Fiqh Sosial

1 comment
Oleh: KH Sahal Mahfudz

Syariat Islam merupakan pengejawantahan dari Aqidah Islamiyah. Aqidah mengajarkan akan adanya jaminan hidup dan kehidupan termasuk kesejahteraan bagi setiap manusia.

Jaminan itu pada umumnya mengatur secara rinci cara berikhtiar mengelolanya. Pada prinsipnya tujuan syari'at Islam yang dijabarkan secara rinci oleh para ulama dalam ajaran fiqh ialah penataan hal ihwal manusia dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, kehidupan individual, bermasyarakat dan bernegara.

Syari'at Islam mengatur hubungan antara manusia dengan Allah yang dalam fiqh menjadi komponen ibadah, baik sosial maupun individual, muqayyadah (terikat oleh syarat dan rukun) maupun muthloqah (teknik operasionalnya tidak terikat oleh syarat dan rukun tertentu). la juga mengatur hubungan antara sesama manusia dalam bentuk mu'asyarah (pergaulan) maupun mu'amalah (hubungan transaksi untuk memenuhi kebutuhan hidup). Disamping itu ia juga mengatur hubungan dan tata cara keluarga, yang dirumuskan dalam komponen munakahat. Untuk menata pergaulan yang menjamin ketenteraman dan keadilan, ia juga punya aturan yang dijabarkan dalam komponen jinayah, jihad dan qadla.

Beberapa komponen fiqh di atas merupakan teknis operasional dari lima tujuan syari' at (maqasid al-syari' ah), yaitu memelihara -dalam arti luas-agama, akal, jiwa, nasab (keturunan) dan harta benda. Komponen komponen itu secara bulat dan terpadu menata bidang-bidang pokok dari kehidupan manusia dalam rangka berikhtiar melaksanakan taklif untuk mencapai kesejahteraan duniawi dan ukhrawi (sa' adatud darain) sebagai tujuan hidupnya.

Unsur-unsur kesejahteraan dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi, bersifat saling mempengaruhi. Apabila hal itu dikaitkan dengan syari' at Islam yang dijabarkan dalam fiqh dengan bertitik tolak dari lima prinsip dalam maqasid al-syari' ah, maka akan jelas, syari' at Islam mempunyai sasaran yang mendasar yakni kesejahteraan lahir batin bagi setiap manusia, Berarti bahwa manusia merupakan sasaran sekaligus menempati posisi kunci dalam keberhasilan mencapai kesejahteraan yang dimaksud.

Apa yang dijelaskan di atas merupakan kerangka paradigmatik di atas mana fiqh sosial seharusnya dikembangkan. Dengan kata lain, fiqh sosial bertolak dari pandangan bahwa mengatasi masalah sosial yang kompleks dipandang sebagai perhatian utama syari' at Islam. Pemecahan problem sosial berarti merupakan upaya untuk memenuhi tanggung jawab kaum muslimin yang konsekuen atas kewajiban mewujudkan kesejahteraan atau kemaslahatan umum (al-masluzlih ai-' ammah). Dalam hal ini, kemaslahatan umum -kurang lebih adalah kebutuhan nyata masyarakat dalam suatu kawasan tertentu untuk menunjang kesejahteraan lahiriahnya. Baik kebutuhan itu berdimensi dlaruriyah atau kebutuhan dasar (basic need) yang menjadi sarana pokok untuk mencapai keselamatan agama, akal pikiran, jiwa, raga, nasab (keturunan) dan harta benda, maupun kebutuhan hajiah (sekunder) dan kebutuhan yang berdimensi takmiliyah atau pelengkap (suplementer).

Klasifikasi kebutuhan dasar manusia di atas memang berbeda dengan apa yang dirumuskan dalam ilmu ekonomi "sekular" yang memandang kebutuhan primer manusia semata-mata dilihat dari sudut kebutuhan biologis, sehinga kebutuhan terhadap agama tidak termasuk kebutuhan primer. Masuknya unsur agama menjadi salah satu kebutuhan dasar manusia mencerminkan bahwa dari mulai perumusan paradigmatik, fiqh harus menerima paket ilahiyah. Agama sebagai suatu kebutuhan harus diterima secara apa adanya. Dalam konteks ini fiqh memang bersifat paternaIistik, seolah-olah memandang manusia belum dewasa sepenuhnya sehingga harus dipaksakan untuk menerima agama sebagai kebutuhan, terlepas dari apakah manusia itu benar-benar merasa butuh atau tidak.

Secara singkat dapat dirumuskan, paradigma fiqh sosial di dasarkan atas keyakinan bahwa fiqh harus dibaca dalam konteks pemecahan dan pemenuhan tiga jenis kebutuhan manusia yaitu kebutuhan dlaruriyah (primer), kebutuhan hajjiyah (sekunder) dan kebutuhan tahsiniyah (tersier). Fiqh sosial bukan sekedar sebagai alat untuk melihat setiap peristiwa dari kacamata hitam putih sebagaimana cara pandang fiqh yang lazim kita temukan, tetapi fiqh sosial juga menjadikan fiqn sebagai paradigma pemaknaan sosial.

Seperti hasil yang telah dirumuskan dari serangkaian halaqah NU bekerja sama dengan RMI dan P3M, fiqh sosial memiliki lima ciri pokok yang menonjoI: Pertama, Interpretasi teks-teks fiqh secara kontekstual; Kedua, Perubahan pola bermadzhab dari bermadzhab secara tekstual (madzhab qauli) ke bermadzhab secara metodologis (madzhab manhaji); Ketiga, Verifikasi mendasar mana ajaran yang pokok (ushul) dan mana yang cabang ifuru'); Keempat, fiqh dihadir kan sebagai etika sosial, bukan hukum positif negara dan Kelima, pengenalan metodologi pemikiran filosofis, terutama dalam masalah budaya dan sosial.

Jika dicermati lebih jauh, kelima ciri di atas memang didasarkan alas keyakinan bahwa rumusan produk hukum yang tertuang dalam berbagai kitab fiqh banyak yang dapat diterapkan (applicable) untuk memecahkan masalah-masalah sosial kontemporer. Pengembangan fiqh sosial tidak serta merta menghilangkan peran khazanah klasik. Dengan dasar keyakinan ini, kreatifitas dalam pengembangan fiqh sosial diharapkan tidak tercerabut dari akar tradisi orthodoxy. Persoalannya sekarang bagaimanakah khazanah klasik itu disikapi. Untuk tujuan ini maka prinsip "almuhafadhatu 'alal qodim al salih wool akhdzu bil jadid alaslah" akan selalu menjadi panduan.

Kontekstualisasi Fiqh dalam Kitab Kuning

Ketertarikan untuk mengkaji kitab kuning tentu saja bukan karena warnanya yang kuning, akan tetapi karena kitab itu memiliki ciri-ciri yang melekat yang untuk memahaminya memerlukan keterampilan tertentu dan tidak cukup hanya dengan menguasai bahasa Arab saja. Sehingga banyak ditemukan orang yang pandai berbahasa Arab namun masih kesulitan menjelaskan kandungan kitab kuning secara persis. Sebaliknya tidak sedikit ulama yang menguasai kitab kuning tetapi tidak bisa berbahasa Arab.

Sebenarnya kesulitan memahami kitab kuning yang keseluruhan isinya ditulis dengan bahasa Arab bisa saja dijembatani dengan penterjemahan. Akan tetapi masih banyak kalangan umat Islam di Indonesia merasa keberatan dengan solusi praktis tersebut. Selain mahalnya biaya teknis penterjemahan, bahasa Arab adalah bahasa kebudayaan dan keilmuan Islam. Dimana pun, kebudayaan dan keilmuan tidak pernah dapat dialih-bahasakan secara utuh. Maka muncullah metode utawi iki iku yang ternyata sangat efisien dan efektif untuk penguasaan semantik maupun gramatika bahasa Arab.

Penulis mengakui bahwa metode ini pada satu sisi memang telah berhasil dalam mengantarai dan menyelesaikan kesenjangan (gap) bahasa. Sebagaimana kita maklumi, bahasa Arab yang digunakan dalam kitab kuning, kebanyakan tidak menggunakan tanda baca seperti titik, koma, tanda tanya dan tanda baca lainnya. Subyek dan predikat sering dipisahkan dengan jumlah mu' taridlah yang cukup panjang dengan tanda-tanda tertentu. Keadaan ini sudah tentu memerlukan kecermatan dan keterampilan khusus agar pembaca mampu memahami makna yang terkandung di dalamnya.

Akan tetapi pada sisi lain metoda utawi iki iku cenderung memancing para santri (pelajar) untuk memfokuskan diri pada aspek redaksional yang berujung pada terbentuknya pola pikir tekstual dalam memahami kitab kuning. Para santri yang belajar dengan metoda ini cenderung menarik problem nyata disekitarnya untuk disikapi sesuai dengan teks kitab kuning. Padahal, kesenjangan waktu antara penulisan kitab kuning dengan saat ini, sulit untuk bisa diharapkan bahwa setiap kasus dapat ditemukan rumusan persisnya dalam kitab kuning. Seringnya kegagalan merujukkan masalah dengan kitab kuning membuat pesntren memiliki tradisi aneh dalam menjawab permasalahan, yaitu dengan memberikan hukum mauquf. Secara jujur harus diakui bahwa tradisi ini mencerminkan ketidakmampuan mengambil keputusan final.

Seiring dengan perkembangan zaman, bukan mustahil kalau nanti akan terdapat banyak kasus hukum yang tidak bisa diselesaikan jika pemahaman terhadap kitab kuning masih tetap dalam pola-pola tekstual. Jika pola ini tidak segera diimbangi dengan rota-rota pemahaman kontekstual, maka bukan mustahil jika kitab kuning akan menjadi harta pusaka yang hanya bisa dimiliki tetapi tidak banyak memberikan manfaat bagi solusi permasalahan aktual. Akibat yang lebih tragis lagi adalah pemahaman tekstual ini bisa menyeret kaum muslimin memperlakukan fiqh sebagai dogma yang tidak bisa diganggu gugat. Tidak jarang, fiqh - dalam hal ini kitab kuning - dianggap sebagai kitab suci kedua setelah al-Qur' an. Karena itu, penulis menyambut baik gagasan teman-teman yang tergabung dalam Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) dan Rabi thah Ma' ahid I slamiyah (RMI) untuk memberi input kepada masyarakat Muslim, khususnya masyarakat pesantren, agar memahami kitab kuning secara kontekstual dan mengurangi interpretasi tekstual yang selama ini cenderung berlebihan.

Gagasan tersebut tidak terlalu berlebihan, mengingat bahwa pemahaman kontekstual bukan berarti meninggaIkan dan menanggaIkan fiqh secara mutlak. Justru dengan pemahaman tersebut, segala aspek perilaku kehidupan akan dapat terjiwai oleh fiqh secara konseptual dan tidak menyimpang dari rel fiqh itu sendiri. Atau minimal, kitab kuning akan digemari tidak saja oleh para santri yang belakangan ini mulai enggan menguaknya, akan tetapi oleh siapa saja yang berniat mengkaji referensi pemikiran Islam.

Dalam beberapa kesempatan, penulis sering melontarkan kritik kepada para santri agar mereka terbangun dari sikap apologis yang sangat berdampak pada stagnasi ilmiyah. Pesantren seharusnya memahami bahwa kitab kuning, dibalik segala nilai historisnya, telah terkikis oleh perkembangan zaman. Namun dengan statemen ini bukan berarti konsistensi terhadap kitab kuning merupakan kesalahan ilmiyah yang mendasar. Meninggalkan kitab kuning akan mengakibatkan terputusnya mata rantai sejarah dan budaya ilmiyah yang telah dibangun berabad-abad. Kitab kuning, meskipun mungkin tidak mampu mengakomodasi kompleksitas permasalahan saat ini -jika tuduhan ini benar- ia tetap merupakan warisan sejarah dari bangunan besar tradisi keilmuan Islam yang harus dipetik manfaatnya. Menutup kitab kuning bererti menutup jalur yang menghubungkan tradisi keilmuan sekarang dengan tradisi keilmuan milik kita pada masa lain. Penciptaan tradisi keilmuan baru bagaimanapun membutuhkan jalan yang sangat panjang, dan tidak seorang pakar pun mampu memberikan jaminan bahwa tradisi barn itu akan sama efisiennya dengan tradisi keilmuan yang dibangun melalui kitab kuning.

Dengan pernyataan di atas, persoalan mendasar berkenaan dengan kitab kuning itu terletak pada pensikapan kita daIam memposisikannya. Kitab kuning sering difungsikan sebagai kompendium yurisprudensi yang sangat legalistik. Dalam fungsi ini, kitab kuning sering dianggap sebagai hukum positif yang dapat "menghakimi" segala permasalahan secara rinci dengan latar belakang pertimbangan, argumen, dan keputusan yang sepenuhnya telah dibakukan. Dengan kata lain, kitab kuning telah "disejajarkan" dengan al-Qur' an dan al-Hadits.

Sebagaimana dikatakan di atas, menjadikan kitab kuning sebagai referensi untuk memecahkan permasalahan aktual bukan merupakan kesalahan ilmiyah. Namun demikian ia harus disikapi sebagai suatu garis mendatar hingga dapat memberikan konsep-konsep pendekatan yang memperhatikan akar dan implikasi masalah yang timbul dalam masyarakat, karena sesunggguhnya setiap masalah tidak pernah muncul secara mandiri. Setiap masalah selalu memiliki konteksnya sendiri, yang biasanya justeru jauh lebih kompleks ketimbang masalah itu sendiri.

Ini bukan berarti metode pendidikan kitab kuning harus ditinggalkan. Yang dibutuhkan adalah kemauan untuk membuka diri terhadap berbagai disiplin ilmu (eksak maupun sosial) di luar apa yang selama ini dianggap sebagai "ilmu agama". Hal ini perlu dilakukan agar pemahaman terhadap kitab kuning benar-benar sesuai dengan konteksnya, baik konteks masa lalu saat kitab kuning itu di tulis maupun konteks permasalahan sekarang. Pengintegrasian kitab kuning dengan berbagai referensi dan ilmu-ilmu lainnya, jika dilakukan dengan serius dan tepat, justeru akan menciptakan suatu sinergi ilmiyah yang akan berguna untuk memecahkan permasalahan sosial kontemporer tetapi tetap tidak keluar dari akar sejarah tradisi Islam masa lalu.

Ilustrasi berikut ini mungkin dapat dijadikan contoh bahwa pemahaman kitab kuning dengan panduan ilmu gizi akan sangat bermakna dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Dalam berbagai kitab fiqh klasik banyak dijumpai pemyataan yang menjelaskan bahwa manusia dalam hidupnya memerlukan makanan pokok yang disebut dengan istilah al-qut almughdzi. Al-mughdzi adalah makanan yang mengandung gizi. Bahkan mungkin sekali kata "gizi" itu sendiri berasal dari kata "ghidza". Dengan bantuan ilmu tentang kesehatan atau lebih khusus lagi ilmu gizi, istilah di atas akan lebih dapat dipahami secara tepat dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah kesehatan.

Selain melalui kontekstualisasi kitab kuning pengembangan secara qauli bisa dilakukan dengan cara memperluas penggunaan kaidah-kaidah fiqhiyah maupun kaidah UshuIiyah untuk digunakan bukan hanya pada persoalan fiqh individual yang menyangkut halal haram, tetapi juga untuk memecahkan berbagai persoalan yang menyangkut kebijakan publik, baik menyangkut kebijakan politik, ekonomi kesehatan dan lain-lain. Misalnya, Imam al-Suyuthi dalam kitab al-Asybah wan Nadha'ir menyebutkan qaidah fiqhiyah al-daf'u aula min al-rof'i. Dalam Kitab AIashbah wa al-Nadha'ir, al-Suyuthi memberikan contoh aplikasi kaidah ini berkaitan dengan penggunaan air musta'mal. Kaidah ini sebenarnya bisa juga diterapkan pada aspek kesehatan. Melalui kaidah ini dapat difahami bahwa menolak penyakit dengan daya kebal dan daya tangkal yang kuat itu lebih utama, lebih ampuh dan lebih mudah daripada menyembuhkan penyakit yang sudah terlanjur menempel pada badan manusia. Dalam konteks kesehatan ibu dan anak misalnya, imunisasi dan pemberian asi serta makanan bergizi harus mendapatkan perhatian utama dalam upaya menciptakan generasi yang sehat. Dengan demikian, melalui pemahaman kaidah di atas, perintah untuk membangun generasi yang sehat merupakan perintah agama.

Contoh lain, misalnya kaidah idza ta'aradla mafsadatani ru'iya a'dzhomuhuma dlararan bi irtikabi akhaffihima. Dalam konteks Fiqh Sosial, kaidah ini bisa diaplikasikan untuk, misalnya, melihat fenomena lokalisasi Wanita Pekerja Seks. Prostitusi jelas merupakan sesuatu yang dilarang agama. Akan tetapi, sebagai persoalan sosial yang sangat kompleks, prostitusi bukanlah persoalan yang mudah untuk dihilangkan. Dalam kondisi semacam itu kita dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama mafsadat, yaitu membiarkan prostitusi tidak terkontrol di tengah masyarakat atau melokalisir sehingga prostitusi bisa terkontrol. Pilihan terhadap kebijakan lokalisasi prostitusi merupakan pilihan yang didasarkan atas prinsip memilih perbuatan yang dampak buruknya lebih ringan. Dengan demikian, tinjauan Fiqh Sosial membenarkan tindakan lokalisasi terhadap para Wanita Pekerja Seks Komersial. (nu.uk.org)

Penulis adalah Rais Aam PBNU dan Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI)


sumber: gusmus.net
Read More...

Hukum Termodinamika, Perpetual motion, dan Entropi

1 comment
Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah fisika energi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.

* Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika

Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.

* Hukum Pertama Termodinamika

Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

* Hukum kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai maksimumnya.

* Hukum ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

katanya perepetual montin bertantangan dengan hukum termodinamika, ya...???

sepertinya prepetual montion ga bisa dijelaskan coz itu karena ditolak oleh hukum termodinamika 1 & 2,,,
prinsip dasar perpetual motion adalah menciptakan kembali energi dengan memanfaatkan energi yang telah terpakai...
sampai situ aja udah dipatahkan oleh hukum ini :
Kutip dari:
the law of conservation of energy states that energy can not be created or destroyed, it can only be changed from one form to another.

saya hanya membayangkan seandainya hal itu memungkin kan.. harga BBM ga sampe melangit seperti sekarang kali yah

Perpetual motion ini maksudnya mesinnya ya? Jadi mungkin ga ada mesin yang bisa bekerja terus menerus, mesin yang menghasilkan energi tanpa menghabiskan energi? Keren ya kalo ada

Kalo dari termodinamika, jelas perpetual motion ini ga mungkin :

1. Hukum I Termodinamika : hukum kekekalan energi. Total energi dalam suatu sistem adalah konstan.
2. Hukum II Termodinamika : \Delta S \geq 0
Entropi cenderung positif. Salah satu konsekuensinya kita tau bahwa tidak ada mesin yang dapat bekerja dengan efisiensi absolut atau bekerja dengan efisiensi lebih dari mesin Carnot.


Hukum I Newton mengatakan benda akan tetap diam atau bergerak dengan kecepatan konstan. kecuali ada gaya luar.
Perpetual motion ini bisa dipandang sebagai salah satu keadaan di atas (benda bergerak dengan kecepatan konstan). Dari sudut pandang Termodinamika, Perpetual motion juga bisa dipandang sebagai : total energi dalam suatu sistem adalah konstan, kecuali ada energi/kerja luar.

Sayangnya, di alam semesta ini tidak mungkin tidak ada gangguan dari luar, ga mungkin suatu benda bisa bergerak tanpa mengalami gesekan, tanpa menghasilkan panas. Karena itu, menurut Hukum I Newton perpetual motion (baik keadaan maupun mesin) adalah juga tidak mungkin.


o,iya,,,
entropinya ketinggalan...
entropi itu yang tadi ad a di hukum termodinamika merupakan tingkat kekacauan sebuah sistem
kl blm ngerti jg, ada contoh nih di bawah,
Pengalaman sehari-hari menunjukkan bahwa sebuah kolam tidak membeku di musim panas. Jika sebuah benda panas berinteraksi dengan benda dingin, maka tak terjadi bahwa benda panas tersebut semakin panas dan benda dingin semakin dingin, meskipun proses-proses tersebut tidaklah melanggar hukum kekekalan energi yang dinyatakan sebagai hukum pertama termodinamika

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1), menghubungkan gambaran termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana entropi maksimum secara termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik. Akan tetapi fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan. Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam tiap-tiap proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu, keadaan yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba membeku pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi secara tiba-tiba dalam suatu ruangan. Hukum kedua termodinamika memperlihatkan arah peristiwa-peristiwa yang paling mungkin, bukan hanya peristiwa-peristiwa yang mungkin.


pusing ya,,,
saya juga pusing.....

oke deh pembahasan ini kita lanjutin lain waktu...
saya mau kuliah dulu.....
Read More...

Aku Memalukan

Leave a Comment
Aku memalukan dengan kalimah "Dengan Nama Allah yang
Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya tiada
Tuhan yang layak disembah selain Allah. Maha suci Allah,
Tuhan yang Maha Esa."

Demi Allah yang menguasaai jiwaku, demi Allah yang menentukan
hidup matiku, demi Allah yang mencintai setiap makhlukNya.
Kembalilah wahai diriku kepadaNya dengan hati yang lapang
dan akur dengan kekuasaanNya dan keagunganNya.

Wahai diriku... pulanglah kepada Allah demi janji-janjiNya
yang indah dan benar. Syurga itu untuk kesemua umat
Muhammad kecuali bagi mereka yang tidak menginginkannya.

Demi dosa yang dilakukan, demi setiap titik noda yang dibuat,
hanya keampunan Allah yang dapat meringankan beban, dan
melapangkan dada. Kembalilah wahai diriku

Demi Allah yang Maha Penyayang, terimalah kembali hamba-hambaMu yang telah tersesat jauh ini. Ya arhamarrohimiin irhamna....
Read More...

Rabu, 12 November 2008

memaknai cermin

Leave a Comment
hari itu seperti biasa, karman, ki tumin, dan dodi yang anak gaul berkumpul di warung mba tuminah untuk sekedar melepas lelah, sambi minum kopi dan makan gorengan setelah melakukan pekerjaan mereka sehari-hari.

dodi membuka pembicaraan,
"kang tau ga yang namanya si kardi, kalo ga salah gosipnya dia kan habis ngamili anak RT sebelah si maya itu loh,,,,"

sambil mengunyah pisang goreng yang masih di mulut,karman ikut nimbrung,
"oh, si maya yang cantik itu...!?!
iya, ya kasihan,,,
harusnya dia sama aku aza... he he he?

"hus, jangan ngomongin orang ga baek..."
mba tuminah mencoba menentramkan suasana

"tapi itu kan bener, fakta mba"
dodi yang mencoba meyakinkan sang pemilik warung kopi

"tapi kan tetep ga baek kan, kang karman"
pemilik warung ga mau kalah, mencoba minta dukungan karman yang pernah mondok jadi santri

dengan suara halus khas kiyai karman mulai membuka mulutnya untuk berbicara
"kang sekalian, bener kata maba tuminah ga baek ngomongin orang"
sambil meletakan gelas kopi yang dari tadi karman pegang dia mulai melanjutkan pembicaraan
"begini kang, kita kan orang islam. Di dalam Islam, ada dawuh,” Almu’minu miraatul mu’min”,” Orang mukmin adalah cermin mukmin yang lain”; “Inna ahadakum miraatu klhiihi”,” Sesungguhnya salah seorang di antara kamu adalah cermin saudaranya. Artinya masing-masing orang mukmin bisa –atau seharusnya-- menjadi cermin mukmin yang lain. Seorang mukmin dapat menunjukkan noda saudaranya, agar saudaranya itu bisa menghilangkannya."

"maksudnya bagaimana karman jangan setengah-setengah kalo ceramah"
ki tumin mulai agak penasaran...

"baik saya lanjutkan"
karman mencoba untuk lebih serius
"Dalam pengertian yang lain, untuk mengetahui noda dan aib kita, kita bisa bercermin pada saudara kita. Umumnya kita hanya –dan biasanya lebih suka—melihat noda dan aib orang lain. Sering kali justru karena kesibukan kita melihat aib-aib orang lain, kita tidak sempat melihat aib-aib kita sendiri."

"tuh,,, nah..!!!"
mba tuminah brteriak lantang
" inget dodi, km jangan sok suci, sampai ngatain orang segala"

"udah deh mba, kita dengerin dulu omongan si karman"
ki tumin mencoba bijak menengahi ,,,,

"sok lanjutin atuh kang,,"
ujar dodi serius

karman melanjutkan pembicaraannya, dalam susana yang lebih serius dari sebelumnya
"Seperti kita ketahui, melihat orang lain adalah lebih mudah dan jelas katimbang melihat diri sendiri. Marilah kita lihat orang lain, kita lihat aib-aib dan kekurangan-kekurangannya; lalu kita rasakan respon diri kita sendiri terhadap aib-aib dan kekurangan-kekurangan orang lain itu. Misalnya, kita melihat kawan kita yang sikapnya kasar dan tak berperasaan; atau kawan kita yang suka membanggakan dirinya dan merendahkan orang lain; atau kawan kita yang suka menang-menangan, ingin menang sendiri; atau kawan kita yang bersikap atau berperangai buruk lainnya. Kira-kira bagaimana tanggapan dalam diri kita terhadap sikap kawan-kawan kita yang seperti itu?

Kita mungkin merasa jengkel, muak, atau minimal tidak suka. Kemudian marilah kita andaikan kawan-kawan kita itu kita dan kita adalah mereka. Artinya kita yang mempunyai sikap dan perilaku tidak terpuji itu dan mereka adalah orang yang melihat. Apakah kira-kira mereka juga jengkel, muak, atau minimal tidak suka melihat sikap dan perilaku kita? Kalau jawabnya tidak, pastilah salah satu dari kita atau mereka yang tidak normal.

Normalnya, adalah sama. Sebagaimana kita tidak suka melihat perangai buruk orang lain, orang lain pun pasti tidak suka melihat perangai buruk kita. Demikian pula sebaliknya; apabila kita senang melihat perangai orang yang menyenangkan, orang pun pasti akan senang apabila melihat perangai kita menyenangkan.

Namun kadang-kadang kita seperti tidak mempunyai waktu untuk sekedar bercermin, melihat diri kita sendiri pada orang lain seperti itu. Hal ini mungkin disebabkan oleh ego kita yang keterlaluan dan menganggap bahwa yang penting hanya diri kita sendiri, hingga melihat orang lain, apalagi merasakan perasaannya, kita anggap tidak penting. Orang lain hanya kita anggap sebagai figuran dan kitalah bintang utama. "

"oh gitu to, kang,,,"
kata dodi sambil menggerakan kepalanya keatas dan kebawah...

"Allahuakbar Allahuakbar"
terdengar sayup-sayup suara adzan menembus angin

"wah sudah adzan tu sebaiknya saya ke musola dulu,,,"
karman mencoba mencairkan suasana sambil membayar apa yang dia makan tadi

"saya ikut kang,,"
teriak dodi sambil berari mengejar karman....


"sekarang aza tobat tuh si dodi, palingan besok penyakitnya kumat lagi ngomongin orang"
ki tumn berbicara sinis

"mendingan si dodi besok kumat lagi, daripada sampeyan baru aza di bilangin udah kumat lagi ngomongin orang"
mba tuminah mecoba menyindir
Read More...

Refleksi untuk Mahasiswa Baru: Aku Mahasiswa Indonesia?

Leave a Comment
Oleh: Hifdzil Alim

Berbicara tentang mahasiswa baru kemungkinan besar akan mengarah ke pembicaraan mengenai remaja yang baru lulus dari bangku sekolah menengah atas. Sedikit “culun”—kecuali yang sedikit gaul—buta dengan dunia kampus, dunia yang tidak dijadwal masuk jam tujuh pagi pulang jam dua siang.

Mulai suka untuk mencari jati diri dan senang menanyakan who am I? punya pandangan baru untuk berpenampilan lebih keren karena tidak lagi memakai seragam putih abu-abu, berpakaian preman dan bebas memilih baju yang terbaik untuk disandang ke kampus. Persoalannya adalah apa memang demikian gambaran yang akan dituju oleh sahabat-sahabati mahasiswa baru?

Dunia kampus menjadi lingkungan baru (new social environment) bagi mahasiswa baru. Dunia ini—jika ditelaah lebih jauh—tidak jauh berbeda dengan dunia masa SMA. Hanya berbeda pakaian, pergaulan: tidak semua mahasiswa kenal dengan mahasiswa lainnya dalam satu kampus, rasa individualistik tinggi dan tidak sekomunal waktu SMA,3 kemandirian: dulu masih hidup serumah dengan orang tua sekarang harus mengurusi mandi, makan, kuliah dan pacarnya sendiri—tentunya bagi yang punya pacar, serta manajemen waktu yang berbeda: dulu aktif masuk jam tujuh hingga jam dua siang, sekarang tidak teratur. Jadwal kuliah disesuaikan dengan waktu dosen dan tenaga pengajar yang ada.

Mahasiswa baru mempunyai hak prerogatif untuk menentukan jalan hidupnya. Dia berhak memilih pergaulan sesuai dengan kemampuan dan kehendaknya. Tidak ada yang bisa memaksakan kehendak pada dirinya, kecuali orang tua yang membiayai kuliahnya. Mahasiswa baru seakan menjadi raja sesaat untuk kemerdekaan hidup dan kegiatannya, menjadi pangeran untuk cerita cinta dan kemesraannya, menjadi presiden untuk mengelola keuangan dan pengeluarannya sendiri.

Gambaran itu layaknya hanya ditempatkan dalam angan dan otak yang terkungkung pada ruang 3x3 meter (kamar kos). Kehidupan luaran lebih keras dari pada kisah yang mungkin pernah didengar oleh mahasiswa baru sebelum menginjakkan kakinya di dunia kampus.

Dinamika kampus bersifat heterogen. Bermacam-macam wajah yang akan ditemui oleh mahasiswa baru, mulai dari wajah sinis hingga sumringah tidak karuan. Bermacam-macam tipe yang akan dijumpai, dari yang aktifitasnya 3K (kos-kampus-kantin) hingga yang berhari-hari tidur dan menulis tugas kuliah di kampus. Bermacam-macam bendera akan dilihat, organisasi berbendera religius (organisasi mahasiswa keagamaan) hingga yang nasionalis (kelompok mahasiswa intra pemerintahan kampus/ student government). Serta dari yang suka dugem, clubbing dan hura-hura hingga yang suka menyendiri menghitung bintang jatuh dan menunggu petuah dari mbah bolong.

Mahasiswa baru yang masuk kedalam lingkaran heterogenitas ini kadang sedikit melupakan jati diri sebenarnya, bahwa ada tugas lain yang diemban di atas pundak mereka. Kalau boleh dipikir kembali berapa jumlah rakyat miskin yang tidak bisa makan 3x dalam sehari? Lebih dari seratus kali hitungan jari jumlah bayi yang menderita busung lapar akibat gizi buruk? Nominal yang makin membengkak dalam angka bagi anak-anak usia sekolah yang putus sekolah dan harus nge­-time di perempatan lampu merah. Angka korupsi dan kejahatan peradilan yang meningkat statistikanya. Kehidupan ekonomi politik yang dimonopoli oleh kaum cukong. Predikat mahasiswa lumrahnya digunakan untuk mencegah dan mengurangi fakta-fakta di atas.

Tahun 1928 era adalah start bagi babak perjuangan mahasiswa. Mahasiswa sudah kembali mengenal sensitifitas sosial. Bukan bentuk perjuangan kedaerahan yang dimungkinkan untuk merebut kemerdekaan tetapi persatuan nasional. Mereka tidak tahan dengan penderitaan akibat penjajahan yang dialami oleh rakytanya, bersatulah mereka merebut kemerdekaan itu. Tahun 1963-65 di Jakarta, mahasiswa bergemuruh untuk mengganti tatanan pemerintahan yang disangka korup.4 Tahun 1998, mahasiswa berhasil menduduki gedung wakil rakyat dan menyuarakan pembebasan dari rezim otoriter selama lebih dari 32 tahun berkuasa (orde baru). Mahasiswa berhasil mencetuskan orde reformasi yang tujuan aslinya adalah untuk memberikan kemerdekaan sepenuhnya dari korupsi (ekonomi politik), kesetaraan (sosial budaya hukum), keamanan (militerisme) serta kelayakan (pendidikan dan kesehatan).

Tugas yang dirajut oleh mahasiswa era 28, 63-65 dan 98 harus dilanjutkan oleh mahasiswa era sekarang. Walau dengan bentuk lain. Tidak harus pendudukan di gedung DPR tetapi dengan cara mahasiswa meningkatkan keilmuan, intelektual yang didasarkan pada kondisi kontekstual. Maksudnya, hanya hal bohong jika mahasiswa yang pintar dan cerdas tetapi buta dengan kondisi masyarakatnya. Masih terdiam membisu saat rakyat yang tidak diganti untung lahannya akibat luapan lumpur panas. Masih bengong saat pemerintah berencana menaikkan tarif dasar listrik (TDL) dan telpon, padahal pemerintah menggunakan metode penghitungan opportunity cost bukan real cash money cost.5 Masih molor saat korupsi menggurita di lembaga pemerintahan dan lembaga peradilan, hingga menelurkan penjahat berkerah putih dan mafia peradilan baru.

Era reformasi yang sewindu lalu didengungkan menjadi tolakan bagi mahasiswa untuk bisa mengaplikasikan dirinya bagi—setidaknya—tatanan keseimbangan di sekelilingnya. Pasalnya mahasiswa bukan lagi seorang siswa karena derajat mahsisawa lebih tinggi dari siswa (maha: paling_). Tugas mahasiswa lebih berat ketimbang siswa. Mahasiswa diberi tanggung jawab untuk menjadi agent of change.

Kesadaran sosialnya harus dipupuk se-sensitif mungkin. Tidak hanya masuk kuliah tetapi tidak mendapatkan apa-apa atau tidak bisa memberikan perubahan yang lebih baik bagi masyarakat. Berat memang tugas mahasiswa. tapi itulah keasyikan dari menjadi mahasiswa. dan akhirnya bravo mahasiswa baru.

**********

1 Tulisan singkat disampaikan kepada sahabat-sahabati Mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada Angkatan 2006 dalam acara Inisiasi Kampus 23 Agustus 2006 di Fakultas Kedokteran Hewan (lama), Sekip UGM.
2 Mahasiswa Fakultas Hukum UGM Angkatan 2003. sekarang masih menahkodai Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia Gadjah Mada (PMII UGM 2005/06) serta masih gencar untuk mencari teman dekat. CP: 085 6432 6432 0. e-mail: hifdzil_boy9@yahoo.com. Adrres PMII UGM: jl. Gadung No. 48A Karang Gayam CT.VIII. situs PMII UGM: www.pmiiugm.tk e-mail PMII UGM: situspmiiugm@yahoo.com )
3 Hasil wawancara non-formal dengan mantan siswa SMAN 1 Ciamis dan siswa SMAN 8 Pekanbaru yang sekarang menduduki posisi penting di PMII UGM pada hari Selasa 22 Agustus 2006 jam 20.40 WIB.
4 Contoh dari tulisan ini pernah difilmkan dilayar lebar cerita tentang Soe Hok Gie yang mewakili gemuruh mahasiswa era 63-65.
5 Opportunity cost adalah model penghitungan yang didasarkan pada prediksi-prediksi dan hitungan kosong. Sedangkan Real cash money cost adalah model penghitungan yang didasarkan pada kenyataan yang ada, bahwa hal yang akan dihitung memang benar-benar ada dan telah terjadi.

Sumber: Website PMII UGM
Read More...

Mahasiswi pake Celana Pendek di Kampus

1 comment
Apa kesan anda jika melihat mahasiswa memasuki ruang kuliah dengan memakai celana pendek , kaos oblong dan sandal jepit atau biasa disebut thong. Pasti anda akan mencibir… “iih dasar mahasiswa tak tahu diri.” Tetapi di Brisbane khusunya di UQ, pemandangan itu akan kita jumpai sehari-hari, apalagi di musim menjelang summer ini.

Pola berpakaian orang-orang disesuikan dengan musim. Kalau sedang winter, orang-orang menutup rapat tubuhnya, tetapi jika summer mulai menjelang maka mereka ramai-ramai berganti busana menjadi serba pendek, mini dan longgar.

Dalam memandang cara orang berpakain, Orang Ozz akan bilang who cares, suatu sikap yang bukan berarti tidak peduli pada cara berpakaian orang lain tetapi melihat dari sisi bahwa cara berpakaian adalah hak pribadi dari masing-masing indifidu. Apalagi untuk mahasiswa yang sudah dianggap dewasa, mereka tentu tahu yang terbaik untuk diri mereka. Lagian juga peraturan di universitas tidak membatasi mereka untuk berpakaian seperti itu. Bukan hanya mahasiswa, dosennya saja ada yang memberikan kuliah dengan memakai kaos dan celana pendek.

Saya bukan berkehendak untuk mengajak seperti mereka atau ingin mengomentari semakin menjamurnya mahasiswa perempuan yang semakin “terbuka” dengan singlet yang dadanya terbuka dan rok mini dan celana pendek di musim menjelang summer ini, tetapi melihat dan berfikir lebih jauh dari sekedar cara berpakaian seperti itu.

Saya lihat dalam konteks sikap dan berperilaku. Dengan berpakaian seperti itu, tidak menjadikan mereka tidak tahu aturan. tanda-tanda di dinding lecture theater (ruang kuliah) yang bilang no food, drink, smoke dsb mereka patuhi dengan baik. Memakai pendek tidak membuat mereka tidak kritis di ruang kuliah. Berpakaian seperti itu juga tidak membuat mereka tidak ada persiapan dalam mengikuti kuliah dan tidak menghargai dosen. So mengambil cara mereka berperilaku, mengambil segi positifnya maka seharusnya kita bisa mengikuti mereka tanpa harus bercelana pendek.
Read More...

Bid'ah Secara Etimologis dan Terminologis

Leave a Comment
Salah satu isu besar yang mengancam persatuan umat Islam adalah isu bid'ah. Akhir-akhir ini, kata itu makin sering kita dengar, makin sering kita ucapkan dan makin sering pula kita gunakan untuk memberi label kepada saudara-saudara kita seiman. Bukan labelnya yang dimasalahkan, tapi implikasi dari label tersebut yang patut kita cermati, yaitu anggapan sebagian kita bahwa mereka yang melakukan bid'ah adalah aliran sesat. Karena itu aliran sesat, maka harus dicari jalan untuk memberantasnya atau bahkan menyingkirkannya. Kita merasa sedih sekarang ini, makin banyak umat Islam yang menganggap saudaranya sesat karena isu bid'ah dan sebaliknya kita makin prihatin sering mendengar umat Islam yang mengeluh atau menyatakan sakit hati dan bahkan marah-marah karena dirinya dianggap sesat oleh saudaranya seiman.

Yang paling mudah kita baca dari kasus tersebut adalah adanya trend makin maraknya umat Islam saling bermusuhan dan saling mencurigai sesama mereka dengan menggunakan isu bid'ah. Mari kita renungkan, apakah kondisi seperti itu harus terjadi terus menerus di kalangan umat Islam? Di beberapa negara Muslim, seperti di Pakistan, isu itu telah menyulut perang saudara berdarah antar umat Islam hingga saat ini. Sudah tak terhitung nyawa yang melayang karena pertikian seperti itu.

Mari kita simak sejenak fatwa Syeh Azhar Atiyah Muhammad Saqr yang dikeluarkan pada tahun 1997. Bahwa sebenarnya isu bid'ah yang berkembang di masyarakat Muslim saat ini disebabkan oleh perbedaan memaknai bi'dah apakah secara etimologis (bahasa) atau terminologis (istilah). Syeh Atiyah menjelaskan lebih jauh:

Dalam kitab "Al-Nihayah fi Gharibil Hadits wal Athar" karangan Ibnu Atsir dalam pembahasan "ba da 'a" (asal derivatif kata bid'ah) dan dalam pembahasan hadist Umar r.a. masalah menghidupkan malam Ramadhan ": نعمت البدعة هذه" Inilah sebaik-baik bid'ah", dikatakan bahwa bid'ah terbagi menjadi dua, ada 1) bid'ah huda (bid'ah benar sesuai petunjuk) dan ada 2) bid'ah sesat. Bid'ah yang betentangan dengan perintah Allah dan Rasulnya s.a.w. maka itulah bid'ah yang dilarang dan sesat. Dan bid'ah yang masuk dalam generalitas perintah Allah dan Rasulnya s.a.w. maka itu termasuk bid'ah yang terpuji dan sesuai petunjuk agama. Apa yang tidak pernah dilakukan Rasulullah s.a.w. tapi sesuai dengan perintah agama, termasuk pekerjaan yang terpuji secara agama seperti bentuk-bentuk santunan sosial yang baru. Ini juga bid'ah namun masuk dalam ketentuan hadist Nabi s.a.w. diriwayatkan dari Jarir bin Abdullah oleh Imam Muslim:

‏من سن في الإسلام سنة حسنة فعمل بها بعده كتب له مثل أجر من عمل بها ولا ينقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة فعمل بها بعده كتب عليه مثل وزر من عمل بها ولا ينقص من أوزارهم شيء

"Barang siapa merintis dalam Islam pekerjaaan yang baik kemudian dilakukan oleh generasi setelahnya, maka ia mendapatkan sama dengan orang melakukannya tanpa dikurangi sedikitpun. Dan barangsiapa merintis dalam Islam pekerjaan yang tercela, kemudian dilakukan oleh generasi setelahnya, maka ia mendapatkan dosa orang yang melakukannya dengan tanpa dikurangi sedikitpun" (H.R. Muslim).



Stateman Umar bin Khattab r.a. "Inilah bid'ah terbaik" masuk kategori bid'ah yang terpuji. Umar melihat bahwa sholat tarawih di masjid merupakan bid'ah yang baik, karena Rasulullah s.a.w. tidak pernah melakukannya, tapi Rasulullah s.a.w. melakukan sholat berjamaah di malam hari Ramadhan beberapa hari lalu meninggalkannya dan tidak melakukannya secara kontinyu, apalagi memerintahkan umat islam untuk berjamaah di masjid seperti sekarang ini. Demikian juga pada zaman Abu Bakar r.a. sholat Tarawih belum dilaksanakan secara berjamaah. Umar r.a. lah yang memulai menganjurkan umat Islam sholat tarawih berjamaah di masjid.

Para ulama melihat bahwa melestarikan tindakan Umar tesebut, termasuk sunnah karena Rasulullah s.a.w. pernah bersabda "Hendaknya kalian mengikuti sunnahku dan sunnah Khulafaurrashiidn setelahku" (H.R. Ibnu Majah dll.) Rasulullah s.a.w. juga pernah bersabda: "Ikutilah dua orang setelahku, yaitu ABu Bakar dan Umar". (H.R. Tirmidzi dll).

Dengan pengertian seperti itu, maka menafsirkan hadist Rasulullah s.a.w. "كل محدثة بدعة" yang artinya "setiap baru diciptakan dalam agama adalah bid'ah" harus dengan ketentuan bahwa hal baru tersebut memang bertentangan dengan aturan dasar syariat dan tidak sesuai dengan ajaran hadist.

Mengkaji masalah bid'ah memerlukan pendefinisian yang berkembang dan muncul di seputar penggunaan kata bid'ah tersebut. Perbedaan definisi bisa berpengaruh pada perbedaan hukum yang diterapkan. Tanpa mendefinisikan bid'ah secara benar maka kita hanya akan terjerumus pada perbedaan hukum, perbedaan pendapat dan bahkan pertikaian. Demikian juga mendefinisikan bid'ah yang sesat dan masuk neraka, tidaklah mudah.

Dari beberapa literatur Islam yang ada, dapat disimpulkan sebagai berikut:

Para ulama dalam mendefinisikan bid'ah, terdapat dua pendekatan yaitu kelompok pertama menggunakan pendekatan etimologis (bahasa) dan kelompok kedua menggunakan pendekatan terminologis (istilah).

Golongan pertama mencoba mendefinisikan bid'ah dengan mengambil akar derivatif kata bid'ah yang artinya penciptaan atau inovasi yang sebelumnya belum pernah ada. Maka semua penciptaan dan inovasi dalam agama yang tidak pernah ada pada zaman Rasulullah s.a.w. disebut bid'ah, tanpa membedakan antara yang baik dan buruk dan tanpa membedakan antara ibadah dan lainnya. Argumentasi untuk mengatakan demikian karena banyak sekali ditemukan penggunakan kata bid'ah untuk baik dan kadang kala juga digunakan untuk hal tercela.

Imam Syafi'i r.a. berkata: "Inovasi dalam agama ada dua. Pertama yang bertentangan dengan kitab, hadist dan ijma', inilah yang sesat. Kedua inovasi dalam agama yang baik, inilah yang tidak tercela."

Ulama yang menganut metode pendefinisan bid'ah dengan pendekatan etimologis antara lain Izzuddin bin Abdussalam, beliau membuat kategori bid'ah ada yang wajib seperti melakukan inovasi pada ilmu-ilmu bahasa Arab dan metode pengajarannya, kemudian ada yang sunnah seperti mendirikan madrasah-madrasah Islam, ada yang diharamkan seperti merubah lafadz al-Quran sehingga keluar dari bahasa Arab, ada yang makruh seperti mewarna-warni masjid dan ada yang halal seperti merekayasa makanan.

Golongan kedua mendefinisikan bid'ah adalah semua kegiatan baru di dalam agama, yang diyakini itu bagian dari agama padahal sama sekali bukan dari agama. Atau semua kegiatan agama yang diciptakan berdampingan dengan ajaran agama, dan disertai keyakinan bahwa melaksakan kegiatan tersebut merupakan bagian dari agama. Kegiatan tersebut emncakup bidang agama dan lainnya. Sebagian ulama dari golongan ini mengatakan bahwa bid'ah hanya berlaku di bidang ibadah. Dengan definisi seperti ini, semua bid'ah dalam agama dianggap sesat dan tidak perlu lagi dikategorikan dengan wajib, sunnah, makruh dan mubah. Golongan ini mengimplementasikan hadist "كل بدعة ضلالة" yang artinya "setiap bid'ah adalah sesat", terhadap semua bid'ah yang ada sesuai defisi tersebut. Demikian juga statemen imam Malik: "Barang siapa melakukan inovasi dalam agama Islam dengan sebuah amalan baru dan menganggapnya itu baik, maka sesungguhnya ia telah menuduh Muhammad s.a.w. menyembunyikan risalah, karena Allah s.w.t. telah menegaskan dalam surah al-Maidah:3 yang artinya " Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu", adalah dalam konteks definisi bid'ah di atas. Adapun pernyataan Umar r.a. dalam masalah sholat Tarawih bahwa "itu sebaik-baik bid'ah" adalah bid'ah dalam arti bahasa (etimologis).

Lepas dari kajian bid'ah di atas, sesungguhnya tema bid'ah merupakan tema yang cukup rumit dan panjang dalam sejarah pemikiran Islam. Pelabelan ahli bid'ah terhadap kelompok Islam tertentu mulai marak dan muncul, pada saat munculnya polemik dan konflik pemikiran dalam dunia Islam. Merespon polemik pemikiran Islam tersebut, Abu Hasan Al-Asy'ari (meninggal tahun 304 H) menulis buku "Alluma' fi al-radd 'ala Ahlil Zaighi wal Bida'" (Catatan Singkat untuk menentang para pengikut aliran sesat dan bid'ah). Setelah itu muncullah kajian-kajian yang makin marak dan gencar dalam mengulas masalah bid'ah.

Imam Ghozali dalam Ihya' Ulumuddin (1/248) menegaskan:"Betapa banyak inovasi dalam agama yang baik, sebagaimana dikatakan oleh banyak orang, seperti sholat Tarawih berjamaah, itu termasuk inovasi agama yang dilakukan oleh Umar r.a.. Adapun bid'ah yang sesat adalah bid'ah yang bertentangan dengan sunnah atau yang mengantarkan kepada merubah ajaran agama. Bid'ah yang tercela adalah yang terjadi pada ajaran agama, adapun urusan dunia dan kehidupan maka manusia lebih tahu urusannya, meskipun diakui betapa sulitnya membedakan antara urusan agama dan urusan dunia, karena Islam adalah sistem yang komprehensif dan menyeluruh. Ini yang menyebabkan sebagian ulama mengatakan bahwa bid'ah itu hanya terjadi dalam masalah ibadah, dan sebagian ulama yang lain mengatakan bid'ah terjadi di semua sendi kehidupan.

Akhirnya juga bisa disimpulkan bahwa bid'ah terjad dalam masalah aqidah, ibadah, mu'amalah (perniagaan) dan bahkan akhlaq. Yang perlu digaris bawahi adalah bahwa semua tingkah laku dan pekerjaan Rasulullah s.a.w. adalah suri tauladan bagi umatnya. Apakah semua pekerjaan Rasulullah s.a.w. dan tingkah lakunya wajib diikuti 100 persen, ataukah sebagian itu sunnah untuk diikuti dan sebagian bolah tidak diikuti? Apakah meninggalkan sebagian pekerjaan yang pernah dilakukan Rasulullah s.a.w. (yang bukan termasuk ibadah) dosa atau tidak? Contohnya seperti adzan dua kali waktu sholat Jum'at, menambah tangga mimbar sebanyak tiga tingkat, melakukan sholat dua rakaat sebelum Jum'at, membaca al-Quran dengan suara keras atau memutas kaset Qur'an sebelum sholat Jum'at, muadzin membaca sholawat dengan suara keras setelah adzan, bersalaman setelah sholat, membaca "sayyidina" pada saat tahiyat, mencukur jenggot. Sebagian ulama menganggap itu semua bid'ah karena tidak pernah dilakukan pada zaman Rasulullah dan sebagian lain menganggap itu merupakan inovasi beragama yang diperbolehkan dan baik, dan tidak betentangan dengan ketentuan umum agama Islam. Demikian juga masalah peringatan maulid nabi dan peringatan Islam lainnya, seperti Nuzulul Qur'an, Isra' Mi'raj, Tahun Baru Hijriyah, sebagian ulama melihat itu bid'ah dan sebagian lainnya menganggap itu bukan bid'ah sejauh diisi dengan kegiatan-kegiatan agama yang baik. Perbedaan para ulama di seputar masalah tersebut terkembali pada perbedaan mereka dalam mengartikan bid'ah itu sendiri, seperti dijelaskan di atas.

Yang perlu kita garis bawahi lagi, bahwa ajaran agama kita dalam merubah kemungkaran yang disepakati bahwa itu kemungkaran adalah dengan cara yang ramah dan nasehat yang baik. Tentu merubah kemungkaran yang masih dipertentangkan kemungkarannya juga harus lebih hati-hati dan bijaksana. Permasalahan yang masih menjadi khilafiyah (terjadi perbedaan pendapat) di antara para ulama, tidak seharusnya disikapi dengan bermusuhan dan percekcokan, apalagi saling menyalahkan dan menganggap sesat. Mereka yang menganggap dirinya paling benar dan menganggap akidahnya yang paling selamat, dan lainnya adalah sesat dan rusak, hendaklah ia berhati-hati karena jangan-jangan dirinya telah terancam kerusakan dan telah dihinggapi oleh teologi permusuhan.

Wallahu a'lam bissowab



Muhammad Niam

Bahan Bacaan:

Fatawa Azhariyah, Fatwa Syah Atiyah Muhammad Saqr, tahun 1997.


sumber : pesantrenvirtual.com
Read More...

Kuliah Atau Kost?

Leave a Comment
Kini, banyak orang desa yang mengirimkan anak-anaknya kuliah di kota besar. Namun kisah menggelitik seputar keluguan orang desa dalam memahami dinamika kampus dan mahasiswa kerap kali muncul. Berikut sepenggal kisah tersebut.

Seorang mahasiswa semester 1 yang baru saja duduk di bangku PTN ternama di jogja mengirimkan surat kepada kedua orang tuanya di desa nun jauh di pelosok Jawa Tengah. Begini isi suratnya:

“Bapak dan Ibu, alhamdulillah, saat ini saya sudah mulai kuliah di jogjakarta. Kuliahnya dari pagi sampai siang. Teman-temanku di sini baik-baik, malah banyak juga yang berasal dari daerah. Saya juga sudah kost, biayanya agak mahal 250 ribu per bulan. Oh ya, Bapak dan Ibu, nilai saya semester 1 ini sudah keluar, yaitu 3,5. Doakan saya semoga kerasan tinggal di jogjakarta”

Sebulan kemudian, mahasiswa tersebut menerima balasan tersebut ;

“Anakku, alhamdulillah kamu sudah mulai kuliah. Kami berdua mengharapkan kau cepat lulus dan membantu menyekolahkan adik-adikmu. Mohon maaf bila bulan depan uang kiriman kami agak telat, soalnya harga gabah sedang turun, kata orang-orang desa akibat emport beras”.

“Cuma kami agak sedikit kecewa melihat nilai kamu. Di ibtidaiyah, tsanawiyah hingga aliyah, nilai kamu kan tidak pernah di bawah 7, malah sering 8 dan 9. Kok sekarang cuma 3,5? Ayo nak, rajin-rajinlah belajar”

“Jangan-jangan ini karena kamu ndak fokus ke kuliahmu ya? Mungkin karena kamu ikut-ikutan kost yang bayarnya mahal itu? Makanya nak, jangan dilakoni semua, kalo mau kuliah ya kuliah, kost ya kost, jangan dua-duanya”

Salam sayang Bapak dan Ibu.
Read More...

Sesama "Allahu Akbar" Jangan Saling Mendahului

Leave a Comment
Waktu itu, di suatu seminar tentang Pancasila vs Islam yang diadakan oleh salah satu organisasi Islam garis keras di Jakarta, suasana tiba-tiba menjadi tegang. Saat seorang narasumber dari NU menjelaskan ihwal hubungan nasionalisme dengan Islam, tiba-tiba seorang peserta berteriak-teriak.

"Allahu akbar, Allahu akbar Islam itu berbeda dengan nasionalisme. Islam ya Islam. Islam itu sudah sempurna. Nasionalisme itu kafir, Yahudi. Allahu akbar..!" katanya.

Sontak semua yang hadir juga berteriak "Allahu akbar, allahu akbar..!".

Narasumber NU tidak punya kesempatan berbicara lagi. Apalagi para hadirin menyuruhnya "turun-turun...!" Moderator juga ternyata mendukung keinginan hadirin.

"Baiklah, baiklah saya turun tapi izinkan saya bicara dulu," katanya.

"Tidak usah," kata hadirin. "Allahu-akbar, Allahu akbar..! Kamu turun saja."

"Allahu akbar, Allahu akbar." Keamanan maju ke depan, menjemput pembicara untuk keluar forum.

Suasana makin ramai.

Narasumber pun mulai gugup, ikut berteriak, "Allahu akbar, Allahu akbar, saya mau bicara dulu," katanya, tapi ia tak digubris.

"Allahu-akbar, Allahu akbar."

Untung dia segera punya ide. Dia langsung mengambil mic, bilang, "Samiallahu liman hamidah, samiallahu liman hamidah."

Forum tiba-tiba terdiam, tidak tahu harus bilang apa lagi. Suasana seperti sedang dalam shalat berjamaah dan para ma'mum tidak boleh ramai.

Akhirnya narasumber bisa meneruskan materinya, meskipun tidak sampai selesai. Di tengah-tengah pembicaraan dia diminta turun lagi, Allahu akbar, Allahu akbar. Kali ini "samiallau liman hamidah" sudah tidak mempan lagi. (nam)
Read More...

islam kekanak-kanakan

Leave a Comment
Ada seorang anak Muda NU yang barusan pulang sekolah dari Timur Tengah, tentu saja di sana dia belajar pemikiran berbagai tokoh kontemporer, seperti Hasan Al Banna, Sayid Qutub, Yusuf Qardawi dan sebagainya, makanya ketika balik lagi ke pesantrennya melihat semua yang ada di pesantren tidak islami, karena itu perlu diislamkan kembali. Untuk melaksanakan misinya itu, ia berusaha mengganti kitab yang dikaji di pesantren, membakar beduk, menggantinya dengan speaker.
Akhirnya masyarakat pesantren goncang, mau melakukan aksi balasan, tetapi dicegah oleh kiai sepuh.

Si santri muda dipanggil, "Semangat anda untuk pembaruan bagus, tetapi jangan menghancurkan yang sudah ada. Kalau anda suka speaker, tapi jangan membakar beduk itu kan karya masyarakat se desa, makanya mereka marah. Tetapi beduk kan bid'ah, Nabi tidak pernah menggunakan beduk". "Sama juga kan, speaker juga tidak ada di zaman nabi" sergah Kiai" karena itu biarkan keduanya berdampingan, secara rukun. Beragamalah dengan dewasa, jangan kekanak-kanakan ! ''Kiai menasehati.
Read More...

malayasia dalam mata kamera

Leave a Comment
Email ini bukan hasutan, tetapi berdasarkan fakta nyata keseharian dan berdasarkan pengalaman pribadi serta pengalaman kawan-kawan sejawat selama hidup di Malassia. Beberapa dari anda mungkin tidak setuju dengan tulisan ini. Tetapi pikiran anda akan segera berubah bila anda pernah tinggal disini (Malassia-red). Bukan sekedar jalan-jalan.

Email ini atas tulisan yang dikirimkan dari negara termalas di dunia = Malassia

Saya seorang Melayu Deli, Sumatera. Pada tahun 2004 saya pindah ke Kuala Lumpur. Walaupun setiap hari disini saya berbahasa Melayu malingsia, tetapi dalam email ini sebaiknya saya menggunakan Bahasa Indonesia yang jauh lebih baik dari Bahasa malingsia yang sekarang sudah rusak[1]. Mungkin kawan-kawan tahu, bahwa Bahasa Indonesia lahir dari Bahasa Melayu Riau yang sudah mengalami proses penyempurnaan dan pembakuan berkali-kali, sehingga menghasilkan bahasa paling sempurna di Nusantara ini.[2] Dan Bahasa malingsia walaupun berasal dari bahasa Melayu Riau tetapi ia stagnan semenjak dulu sampai saat ini. Tidak berkembang, lambat dan hanya mengalami sedikit pembaharuan.

Jatuhnya Negara (yg mengaku) Negara Islam tapi Membenci Saudara Seiman dan Serumpun
Saya sudah tinggal (4 tahun) sejak 2004 di malingsia tepatnya di Bangsar, Kuala Lumpur dikarenakan mendapat tawaran pekerjaan yang cukup menjanjikan pada suatu syarikat dalam bangunan Petronas, malingsia. Terfikir sebelumnya saya akan bekerja dengan tenang, nyaman dan memuaskan hati. Saat anda membaca email ini, saya mungkin sudah berada di Jepang untuk melanjutkan study saya. Saya bekerja sebagai tenaga profesional di bidang IT (malingsia kekurangan tenaga ahli untuk itu). Mereka banyak mengambil tenaga ahli IT, arsitektur, astrologi, perminyakan, perkebunan dari Indonesia, India dan China. Melayu malingsia hanya bengong terpaku saja menunggu alih kepakaran dari tenaga ahli luar negara. Mereka akan merayu tenaga ahli kita dengan gaji yang besar, mobil dinas, fasilitas dan pembayaran rumah sewa/apartement untuk membuat kita mau menerapkan ilmu dan meng-alih kepakaran kepada mereka. Bila kepakaran anda terus diperlukan, liciknya, anda akan mereka tawarkan kewarganegaraan setelah masa tinggal lebih kurang 10 tahun, tetapi bila anda tidak diperlukan lagi kontrak anda akan diselesaikan atau anda akan berhadapan dengan gerombolan RELA. Sudah dapat gading bertuah, tanduk tidak berguna lagi. Habis manis sepah dibuang.

Sejak saya tinggal dan bekerja di KL, sudah banyak hal-hal miring tentang hubungan kedua negara (Indonesia dan malingsia) yang saya dengar, tetapi saya tidak pernah dan tidak mau ambil pusing. Karena saya fikir hal tersebut hanya hal biasa yang akan hilang dengan sendirinya. Dan kawan-kawan saya orang malingsia sendiri (seperti) tidak menampakkan sikap yang bermusuhan, aneh atau miring terhadap saya pribadi sebagai orang Indonesia. Saya berfikir hubungan malingsia dan jirannya, Indonesia sebagai hubungan saudara kandung. Indonesia sebagai abang dan malingsia sebagai adik[3] yang sudah terbina sejak dahulu. Di malingsia, bila ada hal-hal miring tentang mereka (bahkan teramat miring hingga buruk) mereka tenang-tenang saja. Sikap tenang mereka bukan karena mereka tidak ambil pusing, tetapi karena mereka tidak pernah tahu apa-apa. Media massa dan media elektronik disini tidak dibenarkan menyiarkan tentang keburukan mereka sendiri.[4] Contoh: masalah Ambalat, pemukulan wasit karateka Indonesia, penganiayaan TKI, pengusiran TKI, pemerkosaan pembantu rumah dan TKI, pejahatan dan kebejatan RELA, arogansi imigrasi malingsia, keangkuhan Polis Diraja malingsia (sebaiknya diganti menjadi Polis Dirajam malingsia), dan keburukan politisi tidak pernah mereka siarkan dan sebarkan dalam media akhbar atau juga televisi. Hal itu untuk menjaga nama baik pemerintah mereka dan ketenangan rakyat mereka sehingga terkesan masyarakat mereka beradab.
Cobalah anda sesekali mengunjungi Kuala Lumpur bagi yang belum pernah atau datang sekali lagi bagi yang sudah pernah tetapi dengan mengikuti petunjuk berikut. Bila anda datang ke malingsia, cobalah anda sesering mungkin bertanya kepada petugas tiketing Komuter, atau pengemudi bus RapidKL, security bank, petugas hotel, petugas teller bank, petugas tiketing, polisi, petugas imigrasi, petugas KLmonorail, bahkan pramugari. Cobalah untuk bertanya atau sekedar beramah-ramah dengan mereka. 100% saya yakinkan. Anda tidak akan mendapat apa yang anda inginkan, yaitu keramahan. Apalagi senyuman. Dan cobalah gunakan Bahasa Indonesia, saya yakinkan lagi 110%, anda akan terpana melihat sentuhan TRULY ASIA mereka (Arogan, Sombong, Intimidasi, Angkuh). Ini juga kerap berlaku di restoran, kedai makan, kedai runcit (toko kelontong) dan tempat-tempat lainnya yang menyediakan jasa public service. Kalau anda mendapat pelayanan yang baik, mungkin hari itu anda sedang beruntung.

Jangan terkejut bila berada di mall, bus, taxy, rumah makan, kantor-kantor, sekolah, kampus, radio-radio, televisi dan bahkan dimana-mana tempat diperdengarkan lebih banyak lagu-lagu pop Indonesia ketimbang lagu mereka sendiri, seperti Radja, Samson, Naff, Matta, KD, Peterpan, ADA Band, DEWA dan banyak lagi group band Indonesia yang tak terhitung jumlahnya (dibandingkan group band mereka yang dihitung tak habis jari tangan). Ini Menandakan bukan saja para tauke-tauke pengusaha importir tahu selera rakyatnya tetapi juga kurangnya kreatifitas orang malingsia dalam menciptakan seni lagu tetapi tetap menginginkan selera tinggi. Bahkan film-film Indonesia terus merambah tiap bulannya di bioskop-bioskop yang jumlahnya sangat sedikit di malingsia. Kurangnya kreatifitas mereka nyata terlihat dengan maraknya sinetron-sinetron usang Indonesia yang hampir tiap hari menghiasi layar kaca televisi malingsia dari stasiun televisi yang hanya berjumlah 7 stasiun (kalau tidak salah. Atau bahkan kurang). Jauh di bawah jumlah stasiun televisi lokal Indonesia yang berjumlah ratusan channel. Karena tiap provinsi di Indonesia memiliki stasiun televisi sendiri-sendiri. Perbedaannya di Indonesia, mungkin TV kabel dan TV satelit kurang laku (walaupun sudah berjumlah 5 buah ditahun 2007 saja) dikarenakan jumlah channel TV lokal saja sudah banyak sekali. Tetapi di malingsia lain halnya. TV lokal tidak begitu laku, mayoritas mereka lebih senang menonton TV kabel satu-satunya, Astro. Dilema orang malingsia yang tidak kreatif dan kurang hiburan, hingga nampak wajar mereka sering mencuri kreatifitas kesenian, lagu, budaya dan makanan dari Indonesia. Kalau sudah tidak kreatif, mereka hanya bisa berkata, malingsia sudah dijajah musik Indonesia. Pendapat yang tidak dihirau orang. Bahkan oleh rakyatnya sendiri. Mereka tetap asyik mendengarkan lagu-lagu Indonesia yang tidak mendayu-dayu seperti pada semua jenis musik mereka.

malingsia sekarang tengah berbangga dengan wawasan 2020 yang berkeinginan menjadikan negaranya sebagai negara maju di tahun itu. Tetapi saya khawatir sekali. Bagaimana sikap angkuh dan sombong boleh menjadikan mereka menjadi negara maju, sedangkan kesombongan dan keangkuhan hanya akan menbawa pada kejatuhan dan kehinaan saja. malingsia mengatakan bahwa rakyat Indonesia hanya iri melihat kemajuan negara mereka di bidang pembangunan. Tetapi sayang sekali mereka tidak mengetahui, bahwa rakyat Indonesia bukan rakyat yang memiliki sifat iri dan bukan bangsa yang lemah. Kehebatan Patih Gajah Mada menyatukan Nusantara menjadi ciri kekuatan Bangsa Indonesia sampai masa kini. Kehebatan Pelaut Bugis menaklukan samudera mengaliri semangat orang Indonesia sampai masa ini. Orang Indonesia tipikal pekerja keras, pantang menyerah, rendah hati dan memiliki semangat yang tinggi. Sewajarnya rakyat malingsia bersyukur dan berterima kasih kepada rakyat Indonesia, dikarenakan sifat semangat dan kerja keras dari tenaga-tenaga kerja Indonesia hingga boleh membangun Petronas/KLCC di Kuala Lumpur, boleh membangun Putrajaya, KLIA, LCCT di Sepang, Selangor. Membangun pangsapuri, flat, kantor-kantor, perumahan/taman-taman. Membina kolom-kolom untuk lintasan KLmonorail, membina jalan tol PLUS utara-selatan, bahkan Bandaraya Kuala Lumpurpun ramai tenaga kerja Indonesia yang membinanya. Menurut data yang diperoleh, jalan tol PLUS utara-selatan dan KLIA 100% menggunakan tenaga kerja Indonesia[5]. Untuk diketahui, bahwa tenaga kerja kita berjumlah 2,5% dari jumlah penduduk mereka. Jumlah penduduk malingsia hingga tahun ini (2007) berjumlah 25 juta jiwa saja(tidak lebih dari penduduk DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok dan Bekasi). Jadi siapa yang sepatutnya berbangga?

malingsia kekurangan penduduk. Untuk itu mereka :
- Menawarkan program ‘malingsia my second home’. Dengan kedok sopannya, Kedutaan malingsia dan jabatan imigrasi malingsia menawarkan program untuk siapa saja beserta keluarganya untuk tinggal lama di malingsia dalam masa 10 tahun dan boleh diperpanjang dengan persyaratan memiliki nominal jaminan diatas 100 juta rupiah keatas untuk satu anggota keluarga berjumlah 3 orang (dengan satu anak) pertahunnya. Dengan program ini diharapkan setiap keluarga memiliki ketertarikan terhadap malingsia, keterikatan batin dan menghasilkan devisa malingsia. Penawaran kewarganegaraan biasanya dilakukan bila peserta telah tinggal lebih dari 10 tahun ke atas.
- Menerima pekerja profesional yang ahli dibidangnya untuk bekerja di malingsia. Untuk diserap ilmunya, dan di iming-imingi oleh kemudahan dan kewarganegaraan.
- Meminta dan menerima tenaga buruh, pekerja kasar, pembantu rumah tangga, baby sitter, cleaning service, kuli bangunan, pekerja restauran, etc dari negara-negara jiran seperti Indonesia, Thailand, Myanmar, Burma, dan beberapa dari China. Indonesia adalah yang terbesar dalam menerima kuota permintaan tenaga kerja dari negara malingsia karena upah dan gaji yang relatif lebih murah berbanding negara lainnya dan memiliki kesamaan bahasa.
- Memurahkan uang biaya pendidikan, dengan pemberian subsidi pendidikan 30% dari kerajaan, sehingga berhasil menyerap masuk pelajar-pelajar dari luar negara (tahun depan subsidi ini akan dihapuskan). Pelajar dari Indonesia dan Arab adalah yang paling ramai berdatangan. Disusul oleh China dan Thailand. Dengan memanjakan para pelajar asing, memberi kemudahan fasilitas dan pujian-anugerah, diharapkan para pelajar ini terus menyambung jenjang pendidikannya di malingsia yang berarti devisa bagi negara. Dan bila berkemampuan lebih serta memiliki kepakaran khusus akan ditawarkan untuk dimanfaatkan bagi kemajuan negara malingsia. Jangan sampai anda menjadi seperti ayam diberi beras. Sudah gemuk nanti pastilah dipotong.

Tipikal orang malingsia yang sudah diakui sendiri oleh 3 orang kawan saya yang tulen orang malingsia (mereka dari Johor, Kelantan dan Pahang) adalah : sifat malas. Mereka sendiri mengakui bahwa orang Melayu itu pemalas. Kenyataan ini tidak terpungkiri dan tidak dinafikan oleh orang malingsia sendiri. Sehingga sesuai dari awal saya sebut mereka malingsia (Malas dan Sia’=kamu(sunda;kasar)). Perbedaaan orang Indonesia dengan orang malingsia (menurut mereka) adalah: Orang Indonesia sudah terbiasa dengan bekerja mengikuti strata. Mereka bersedia bekerja dari bawah, mulai dari staff sampai ketingkat manajerial. Orang malingsia, mereka tidak suka dengan strata kerja. Kalau tidak mendapat posisi yang diinginkan, mereka akan mencarinya di perusahaan lain. Orang malingsia (sebagian besarnya) tidak mau bekerja sebagai pekerja kasar, mereka sudah terbiasa dengan zona nyaman. Sifat kedua, manja. Sudah mengantuk disorokkan bantal pula. Hidup didukung orang tua, apa-apa tinggal minta, sudah dewasapun ingin yang senang saja. Sifat malas dan manja mungkin sudah terbentuk sejak kemerdekaan mereka yang nyata-nyata diberikan oleh Inggris (bukan hasil jerih payah perjuangan). Saya setuju dengan pernyataan bekas Perdana Menteri (PM) malingsia, Mahathir Muhamad yang mengatakan “Orang Melayu (orang malingsia-red) mudah puas, malas, kurang rasa terima kasih…” (dalam Mingguan malingsia:16 Juni 2002). Sifat ketiga adalah menunggu perintah. Ibarat pahat dengan penukul. Mereka tidak terbiasa dengan perintah dan suruhan. Mereka tidak terbiasa dengan inisiatif diri. Sehingga harus menunggu disuruh dan ditegur untuk mengerjakan sesuatu. Itulah mengapa mereka lebih banyak memperkerjakan tenaga kerja dari Indonesia. Selain upah lebih murah dari negara lain, orang kita terkenal giat dan semangat. Mereka akui bahwa pekerja Indonesia adalah pekerja keras. Sifat keempat adalah: sensitif, hingga akhirnya cenderung kasar. Mereka suka mengkritik tetapi tidak suka dikritik. Jangan terheran bila anda melihat hampir 100% pengemudi dan petugas lapangan bus, termasuk bus RapidKL angkuh dan sembrono membawa busnya. Dan jangan tersinggung bila anda menegur supir bus yang ugal-ugalan tadi untuk berhati-hati, malahan anda yang dimarahi. Itu sudah kerap kali terjadi. Jangan heran bila kawan malingsia anda tersinggung saat anda beritahukan email ini, karena memang mereka mudah tersinggung tanpa menyadari kenyataan dan menerima hakikat yang terjadi. Dan sifat yang (mungkin) terakhir adalah sombong. Entah bagaimana sifat yang satu ini bisa timbul. Selayaknya bila ingin dikatakan bangsa yang bermartabat haruslah rendah hati. Seperti padi yang berisi maka akan semakin menunduk. Bukan memandang rendah dan menghina saudaranya sendiri yang nyata-nyata mereka sering katakan serumpun dan mayoritas beragama Islam. Orang malingsia suka menyombongkan diri dan menyombongkan negaranya dengan mengatakan Indonesia tidak punya apa-apa yang hebat dan orang-orangnya kasar (mungkin mereka tidak mengetahui, bahwa Indonesia negara dengan pertumbuhan jumlah orang kaya ke-lima terbanyak di Dunia dan pemborong belanja terbesar negara Singapore tiap tahunnya, menurut badan survey dunia 2007)[6]. Dan lucunya, kebanyakan dari mereka yang berkata demikian belum pernah sama sekali datang berkunjung ke Indonesia, apalagi melihat Jakarta, Bali, Surabaya, Bandung, Medan, Padang, Bukit Tinggi, Malang, Makassar, Semarang, Yogyakarta dan kota-kota lainnya. Secara pribadi, sudah 3 orang yang berkata demikian kepada saya dan ketiga-tiganya buta sama sekali dengan Indonesia. Pada bulan Juni 2007 saya sempat tersenyum simpul kepada kawan saya, ketika melihat iklan perdana McDonald di Kuala Lumpur yang menuliskan bahwa restoran Amerika tersebut baru memproklamirkan mulai Juni 2007 buka 24 jam di cabang-cabang tertentu. Anda pasti tersenyum juga mendengarnya bukan. Kisah nyata, beberapa orang malingsia terkejut dan terkagum-kagum dengan keramahan, kesopanan, keindahan dan kemajuan Indonesia seperti yang diceritakan pada beberapa blog di internet milik mereka sendiri[7]. Merekapun terkejut dengan pusat-pusat perbelanjaan yang mewah-mewah di Jakarta dan senang mendapati Jakarta yang memiliki surga belanja terbesar dan termurah di Asia, bahkan di dunia. Dengan tulus dan rendah hati mereka berkata, bahwa ternyata orang-orang di Jakarta jauh lebih hangat, santun dan baik daripada orang-orang malingsia (itu mereka katakan orang-orang di Jakarta. Bagaimana bila mereka ke Bali, Bandung, Yogya dan Solo?!). (silahkan klik dan baca website mereka yang tertera pada footnote). Bicara kesantunan, jelas lebih santun masyarakat kita ketimbang mereka. Dan itu mereka akui, karena jumlah melayu mereka hanya 60% saja. Sedangkan kita yang berbhinneka, jelas merangkumi banyak suku yang menjadi satu bangsa yang sama. Satu bukti bahwa, janganlah banyak bicara sebelum melihat kenyataan yang ada. Orang Indonesia jelas lebih class dari orang malingsia, terlebih lagi dari cara bersikap dan berfikir.

malingsia memang alim-alim kucing. Menunjukkan sikap baik bila berhadapan, tetapi berkelakuan buruk bila dibelakang. Saya terkejut mengetahui bahwa pemerintah malingsia suka mencuri. Dan rakyatnya tidak tahu akan hal tersebut. Kasus pemakaian banyak lagu yang diakui sebagai lagu mereka baru-baru inipun tidak banyak beredar di kalangan rakyat malingsia sendiri. Semua media dibungkam. Kebebasan pers dikekang. Rakyat malingsia tidak tahu rakyat Indonesia berdemo habis-habisan di Indonesia menentang arogansi malingsia karena banyak tenaga kerja kita selalu disiksa. Rakyat malingsia tidak tahu rakyat kita marah besar ketika lagu, kesenian dan makanan kita diantaranya ‘Rasa Sayange’, ‘Jali-Jali’, ‘rendang’, ‘tempe’, ‘Batik Pekalongan’, ‘kebaya’, ‘Kuda Kepang’, ‘Tari Indang=jadi Tari Endang’, Reog Ponorogo=jadi singa Barongan dan entah apa lagi, di colong dan dipatentkan sebagai hasil karya ciptaan mereka oleh Kementerian Kebudayaan, Kesenian & Warisan (KeKKWa) dan Kementerian Pelancongan. (Untuk departemen ini mungkin sebaiknya diganti nama menjadi KEMENTERIAN KEBUAYAAN, KEISENGAN DAN WASIRAN & KEMENTERIAN PENCOLONGAN). Walau akhirnya KeKKWA meminta maaf kepada Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia atas kasus pencurian lagu ‘rasa sayange’. Berita terkini menyatakan bahwa lagu kebangsaan malingsia “Negaraku”[8] merupakan hasil jiplakan lirik dari lagu daerah Indonesia tahun 1930 “Terang Bulan” yang memiliki English Version-nya yang berjudul “Mamula Moon”(Felix Mandelsohn:Album Paradise Isle:1947)[9]. Rakyat malingsia tidak pernah tahu kasus pelecehan, perampokan terhadap mahasiswa Indonesia di UM, UKM, UPM, USM, UiTM, UUM, dan berbagai kampus lainnya oleh gerombolan tak beretika RELA, karena media massa tidak pernah memberitakannya. Rakyat malingsia tidak pernah tahu wasit karate kita digebuki POLIS DIRAJAM malingsia sampai hampir mati di kawasan Nilai, Selangor, September 2007 lalu karena tidak pernah ada beritanya di televisi. Rakyat malingsia tidak pernah tahu kelakuan arogan polisi malingsia, keangkuhan imigrasi dan ketidakpedulian pemerintahnya terhadap orang Indonesia di malingsia karena semuanya dibungkam dan disimpan rapih dan dikemas seakan semuanya baik-baik saja. Rakyat malingsia tidak tahu istri pejabat tinggi negara Indonesia dipermalukan karena media takut memberitakannya.

Saya pribadi khawatir, hawa seperti ini akan menjadi bumerang bagi negara malingsia sendiri. Sesuatu hal busuk yang ditutupi pasti lambat laun akan tercium juga. Kesombongan tidak akan membawa keberkahan dan keangkuhan malah akan menjatuhkan. Mungkin tinggal tunggu waktunya saja. Kebusukan pemerintah dan sikap seakan merasa sebagai bangsa kelas satu akan memupuskan martabat bangsa itu sendiri. Menganggap bangsa lain warga kelas dua dan rendah hanya akan mempermalukan harga diri bangsa. malingsia terlalu congkak dengan kemajuan pembangunan yang sudah dicapainya sampai saat ini dari hasil keringat dan air mata saudara-saudaranya sendiri, Bangsa Indonesia. malingsia bangga dengan baju kurung dan teluk belanganya yang sebagian besar kainnya adalah hasil import dari Indonesia[10]. malingsia bangga dengan bahasa rojaknya yang campur aduk tidak karuan (Bahasa Melaysia kini banyak menyerap Bahasa Indonesia sebagai kosa kata baru)[11]. Bangga mencuri kebudayaan bangsa lain dan tidak mengakuinya, dan bangga menyatakan dirinya sebagai bangsa multi-ethnis. Mereka memang sedang mengalami krisis jati diri. Mungkin malingsia salah satu negara yang tidak beridentitas sampai saat ini. Tapi masyarakat Melayu sendiri mulai merasa tidak mendapat tempat yang sama dalam perniagaan dan kerja-kerja pejabat (kantoran) yang diberikan oleh kerajaan. Ekonomi negara disokong oleh etnis Cina yang ramai jumlahnya yang pada akhirnya boleh memecah belah antara mereka sendiri dan menjadi musuh dalam selimut karena mereka lupa akan nilai kebangsaan dan etika yang semakin bergeser jauh dari memartabatkan kemelayuannya, seperti cita-cita awal Tuanku Abdul Rahman. Bila kebanggaan multi-ethnis mereka berjalan congkak seperti sekarang, bukan menjadi tidak mungkin, suatu saat nanti Melayu di malingsia akan tersingkir oleh kaum Cina dan India (boleh anda bayangkan seperti nasib Melayu di Singapore sekarang). Allahualam! malingsia terlalu arogan untuk memiliki sifat rendah hati mengakui Indonesia yang lebih bermartabat dalam bahasa, budaya dan ke-Bhinneka Tunggal Ika-annya[12] itu dengan sengaja mempopulerkan istilah ‘INDON’ bagi menyebut orang Indonesia yang jelas melecehkan dan berkonotasi: ‘orang suruhan’, ‘orang gaji yang bisa seenaknya diperintah/dimaki’, ‘orang kecil’, ‘orang rendah’, bahkan berarti ‘budak belian/hamba sahaya’(lihat kamus Bahasa Belanda). Istilah dan sebutan ‘INDON’ justru dipopulerkan di majalah-majalah, koran, televisi, bahkan ditengah masyarakat malingsia sendiri, sehingga setiap orang Indonesia mereka sebut dengan ‘INDON’. Tak kira siapapun. Sehingga Perdana Menteri malingsia sendiri baru-baru ini (Sept 2007) meminta maaf secara resmi kepada pemerintah Indonesia atas penggunaan kata ‘INDON’ itu sendiri. Menurut saya pribadi, tidak salah bila sekarang muncul dan populer sebutan ‘MALINGSYA, MALINGSIA, atau malingsia’ untuk negara malingsia[13].

Pengalaman pribadi saya sendiri di malingsia. Anda tidak akan disebut ‘INDON’, tidak akan diacuhkan oleh pegawai public service, tidak akan ditanya terlalu banyak dan tidak penting oleh pegawai imigrasi di airport dan pelabuhan, tidak akan dicurigai Polis Dirajam malingsia, tidak diperlakukan minus dan dilecehkan oleh pasukan RELA atau tidak akan dicemberuti oleh pramusaji-pramusaji restoran dan kedai makan bila anda berperawakan Arab, India, Eropa, Amerika, China atau mirip-mirip wajah perdana menterinya dan menggunakan bahasa Melayu yang lebih kurang fasih atau rojak (campur aduk). Bila anda memiliki wajah yang lumayan dan berkulit putih bersih, dan sedang berkeinginan jalan-jalan ke malingsia, mungkin menggunakan bahasa isyarat lebih aman. Karena ketampanan dan kecantikan anda akan dipupuskan dengan cibiran dan sinis oleh karena ketidakmahiran bahasa Melayu rojak atau bahasa Inggris anda.

Sekedar saran dan tips :

- Bila anda berkeinginan dan berencana ingin berlibur atau jalan-jalan ke malingsia, silahkan saja. Paling tidak anda dapat melihat karya anak bangsa Indonesia, hanya saja lokasinya di negeri malingsia. Seperti : KLCC, Airport KLIA, LCCT, jembatan Penang, trek monorail, Putrajaya, dll. Mungkin anda saya sarankan tidak lebih dari 2 hari di Kuala Lumpur. Di kota yang besarnya hanya sepertiga (1/3) Kota Jakarta ini, anda tidak akan banyak menemui tempat-tempat menarik (seperti yang Kementerian Pencolongan malingsia sering syor-syorkan). Lebih dari 3 hari saya yakinkan anda untuk lebih baik segera mencari destinasi negara lain untuk dikunjungi atau serta merta pulang saja. Karena negara kita jauh lebih indah akan alam, kebudayaan dan tujuan wisata.
- Untuk yang ingin bekerja sebagai buruh, kerja kasar, kuli bangunan saya sarankan memilih negara lain selain malingsia pada agen anda. Dan selalulah memilih agen ketenagakerjaan yang resmi di Indonesia.
- Untuk yang berminat bekerja sebagai pembantu rumah tangga, baby sitter, pegawai restoran/kedai, pegawai mini market, cleaning service dan sejenisnya, sebaiknya memilih negara lain yang lebih menghargai hasil kerja dan jerih payah anda, dan negara yang menjunjung harga diri anda sebagai seorang mahluk ciptaan Tuhan. Gunakan agen perantara ketenagakerjaan yang resmi yang telah mendapat ijin resmi pemerintah Indonesia. Bila terpaksa juga anda harus bekerja di malingsia, mintalah untuk mendapatkan majikan yang waras, rendah hati dan menghormati sesama manusia, sadar sebagai mahluk ciptaan serta sadar suatu saat akan dipanggil penciptanya.
- Hati-hati bila menyeberang di jalan manapun (jalan raya maupun jalan komplek). Karena pada dasarnya semua kendaraan bermotor disini tidak dilengkapi dengan rem (atau mereka tidak mengerti kegunaan rem). Mereka dengan arogannya tidak akan memperlambat laju kendaraan bila anda menyeberang atau mungkin tidak rela ada yang menginjak aspal. Toleransi di malingsia sangatlah kurang.
- Hati-hati dengan dompet dan tas anda. Jangan anda pikir di malingsia tidak ada copet atau jambret. Untuk Kuala Lumpur, kawasan Bukit Bintang, Terminal Pudu, di dalam Komuter, Monorail, LRT, KL sentral adalah tempat-tempat yang rawan copet dan jambret.
- Bila anda tidak fasih berbahasa Melayu malingsia, adakalanya mungkin berbahasa tarzan, Bahasa Inggris atau menggunakan isyarat adalah solusinya. Itu bila anda tidak ingin sakit hati. Karena sudah banyak saudara-saudara kita yang disakiti hatinya dan raganya oleh rakyat dan pemerintah malingsia.
- Jangan terkejut bila anda melihat orang malingsia bertutur dengan sesama orang malingsia (sesama Melayu) menggunakan bahasa Melayu yang campur aduk dengan bahasa Inggris. Sungguh aneh dan rusak terdengar. Itu disebabkan kurangnya mereka menghargai dan memartabatkan bahasanya sendiri.
- Jangan terperanjat bila anda dilecehkan, itu sudah menjadi budaya mereka. Jangan ditanggapi, doakan saja mereka agar diampunkan dan dimaafkan kesalahannya oleh Tuhan. Kita orang yang berbudaya dan lebih beradab dari mereka. Jangan berbuat seperti apa yang mereka telah buat kepada kita. Bila anda mengikuti cara mereka, kita tidak lebih seperti mereka.
- Jangan lupa untuk selalu membawa KTP/Pasport/ID Card bila berjalan-jalan di malingsia, supaya anda tidak menemui kesulitan. Kalau pasport anda masih berwarna biru, hijau atau coklat berfikirlah dua tiga kali untuk mengunjungi negara malingsia, karena pasport berwarna hitam saja (pasport paling tinggi derajatnya) milik istri atase pendidikan Indonesia, Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk malingsia, Kuala Lumpur, masih bisa dilecehkan oleh hansip-hansip di malingsia, yang lebih dikenal dengan nama pasukan RELA. Mungkin karena itulah mereka dinamakan RELA. Rela menanggalkan etika, kesantunan dan keprofesionalan ketika menghadapi pendatang, tamu, pelancong/wisatawan bahkan pelajar.
- Jangan bosan dengan makanan-makanan mereka. Dengan bangganya mereka menyatakan diri mereka sebagai negara multi-etnis, Melayu-Cina-India merupakan etnis terbesar. Jadi jangan heran kalau dimana-mana menu makanan yang disuguhkan ialah: nasi lemak dengan rendang hasil karya curian, babi panggang dengan kuah kare dan teh tarik sebagai penutup. Perpaduan masakan Melayu, Cina dan India yang serasi. Anda akan rindu dengan makanan multi-tribe Indonesia yang lebih dari ratusan ribu jenis (untuk tradisional saja) dari beragam provinsi di Indonesia.
- Sebaiknya seluruh produsen makanan dan barang di seluruh Indonesia mencantumkan label “buatan Indonesia” atau “product of Indonesia”. Jangan lupa itu.
- Pemerintah Indonesia sebaiknya bertindak tegas dan melakukan langkah nyata. Jangan diam saja. Segera lindungi aset budaya seperti lagu, kesenian daerah, cerita legenda, makanan, dll. Jangan menunggu pencuri-pencuri lain mengambil harta kita hingga sepertinya kita tidak punya wibawa.

Bagi para pelajar, pulanglah ke kampung halamanmu yang penuh dengan kedamaian, keramahtamahan dan kesopanan. Majukan negaramu, baktikan keahlianmu untuk bangsamu. Jangan tertipu oleh kata-kata “Para pelajar, kedatangan anda di alu-alukan”, karena “kepulangan anda mungkin menjadi memilukan”. Bagi para pekerja, baik profesional maupun non profesional bila saatnya pulang menurut hati nuranimu, pulanglah. Majukan saja devisa negaramu dengan membelanjakan uang anda di negara sendiri. Pendapatan kerja anda mungkin tidak sebanding dengan pendapatan yang anda dapatkan di tempat asal, tapi harga diri dan kebahagiaan tidak akan anda dapatkan ditempat anda bekerja di malingsia. Jerih payah dan keringatmu akan dibayar dengan hinaan, cercaan, makian dan siksaan. Pikirkanlah tujuan negara lainnya bila memang anda berminat untuk kerja di luar negara. Bagi anda para profesional yang berfikir prestise, banyak negara asia lainnya atau eropa untuk menjadi tujuan masa depan anda. Bagi yang baru berencana bekerja dan belajar di malingsia, berfikirlah dua kali. Jangan membuat malu anda dan keluarga anda. Bagi para pelajar, jangan tertipu dengan biaya pendidikan yang seakan murah. Anda akan dihadapi oleh biaya hidup yang jauh lebih besar di malingsia. Para traveller dan pelancong, jangan tertipu oleh slogan “VISIT malingsia YEAR 2007”. Slogan itu hanyalah kedok untuk menunjukkan kebudayaan, kesenian, lagu-lagu dan makanan-makanan yang telah mereka curi dari negara dan bangsa lain dengan tidak ada rasa bersalah. Paling tidak tunggulah saat malingsia sudah mampu berfikir dan bertindak menghargai orang-orang yang sering mereka sebut sebagai saudara serumpun. Tunggulah sampai malingsia menjadi negara manusiawi yang menghargai hak asasi manusia. Tunggulah hingga mereka sadar akan asal-usul mereka dan nenek moyang mereka berasal[14]. Tunggulah sampai mereka sadar, bahwa pada tahun 1970 pemerintah mereka mengemis-ngemis kepada pemerintah Indonesia untuk meminta tenaga kerja. Dan hingga tahun 1996 pun pemerintah malingsia masih mengirimkan berbondong-bondong rakyatnya untuk sekolah ke Indonesia. Maka tidak heran dosen-dosen bahkan ramai pejabat tinggi negara malingsia hingga seperti Perdana Menteri Mahathir Muhammad dan Anwar Ibrahim adalah lulusan dari Indonesia[15]. Tunggulah hingga masanya mereka menghargai keringat dan cucuran air mata bangsa Indonesia yang telah membangun negara mereka. Tunggulah sampai mereka sadar bahwa mereka tidak lebih baik dari orang yang sering mereka sebut ‘INDON’.
Saya dengan sadar mengatakan, kita bukan hendak pandai mengata orang, kita bukan hendak pandai mengaibkan orang, kita bukanlah bangsa yang berfilsafat dalam tulisan menjatuhkan negara lain. Tapi kita bukanlah bangsa rendah, kita bukanlah bangsa kecil yang dengan sewenang-wenang boleh dihina, dicaci dan diinjak. Kita adalah bangsa yang besar yang mereka tidak akan mungkin menandingi kebesaran dan kekuatan bangsa kita. Kita bukan bangsa yang suka mendzalimi tamunya sendiri. Semua kesombongan, arogansi, angkuh, congkak mereka akan jatuh karena ulah mereka sendiri. Tuhan tidak pernah suka akan kesombongan. Semua ada masanya. Semua ada saatnya.

Ahmad Fauzy S.kom
Bangsar-Kuala Lumpur
malingsia
November 2007

Untuk pahlawan devisa negara yang mati sia-sia dan terhina
Untuk pelajar yang menuntut ilmu, terabaikan dan dimanfaatkan
Untuk pelancong dan traveller yang menghabiskan uangnya percuma

Untuk rakyat malingsia……Untuk mereka yang berjiwa besar
dan untuk mereka yang tidak tahu apa-apa….

Nota
[1] Baca Noriah Mohamed, Dasar Kebudayaan Kebangsaan:Bahasa Jiwa Bangsa, Dewan Budaya edisi Desember 2006, DBP, hlm.21. & Arbak Othman, Pembudayaan Rosak Intelek, hlm.24. Baca juga Arbak Othman, Berbudayakah kita?, Dewan Budaya edisi Juni 2006, hlm.15.
[2] Baca: Sejarah Orang Melayu, arsip Perpustakaan Nasional Daerah Kodya Pekanbaru, Riau. Dan baca juga: Drs.Suwandi MS, Dra.Marlely Rahim, Drs. Tugiman, 1986, Peta Sejarah Propinsi Riau, Departement Pendidikan & Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Investarisasi dan Dokumen Sejarah Nasional. Jakarta.
[3] Seperti perkataan Tunku Abdul Rahman dalam buku Shaw, Tun Razak,riwayat hidup dan zamannya.
[4] malingsia menduduki ranking buruk ke-124 dari total 136 negara diantara yang memiliki pembatasan dan pembungkaman hak & kebebasan pers/media. Sumber: Republika Oktober 2007.
[5] Anwar Ibrahim dalam wawancara MetroTV. Oktober 2007. Jakarta. Silahkan download dari www.youtube.com. Search kata kunci : kick andy.
[6] Batam Post Juli 2007, Republika Oktober 2007.
[7] www.mybloglog.com/buzz/community/deebahead (klik to : deebahead.blogspot.com)
[8] Hasil penelitian pakar telematika Indonesia, Roy Suryo (2007) seperti diberitakan dalam www.kompas.com
[9] Silahkan anda download di www.multiply.com ,http://static.paultan.org/terangbulan.mp3, http://rapidshare.com/files/60155247/terangbulan.mp3.html,atau download dari attachment dalam file ini.
[10] 60% hasil kain/bahan baku kain jadi malingsia merupakan hasil import dari Indonesia. Lihat di website Deperindag Republik Indonesia.
[11] “kebudayaan “ dan “kesenian” salah satu kata yang diambil sejak tahun 1950 dari perkataan populer Jawa tahun 1920 dikalangan nasionalis Indonesia. Baca Kroeber & Kluckhohn. 1952. Culture: A Critical Review of Concepts and Definitions. Silahkan lihat Kamus Dewan, terbitan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur, malingsia, edisi 4-2007.
[12] Dewan Budaya edisi desember 2006. DBP. Mohamad Daud Mohamad, artikel Budaya Melayu dalam Dasar Kebudayaan Kebangsaan, hlm.19.
[13] Silahkan browse di www.google.com, cari kata ‘malingsia’ atau ‘malingsia/malasia’.
[14] Rakyat malingsia banyak berasal usul dari Kepulauan Sumatera(Aceh,Minang,Riau,dll), Sulawesi dan Jawa. Baca buku Shellabear, Sejarah Melayu, 1976. Fajar Bakti. Kuala Lumpur.
[15] Anwar Ibrahim dalam wawancara MetroTV. Oktober 2007. Jakarta. Silahkan download dari www.youtube.com. Search kata kunci : kick andy
Read More...