Kamis, 20 Agustus 2009

"Pasar Kembang" dalam Kontroversi

58 comments
Ada pepatah mengatakan jika ingin membangun mesjid, maka bangunlah toiletnya. jika ingin membangun kota maka bangunlah lokalisasinya (prostitusinya). pepatah yang penuh kontroversial. banyak yang mendukung, tapi tak sedikit dari kita yang menolak, bahkan mengatasnamakan agama.

Jika Surabaya punya Gang Dolly, Bandung punya Saritem, Semarang punya Sunan Kuning, Purwokerto punya Gang Sadar, Cilacap punya Slarang, maka Jogja punya Sarkem. Sebuah kawasan remang-remang yang banyak di datangi oleh siapa saja, terutama lelaki hidung belang, celana dalamnya juga belang-belang.

Jakarta kok ga dimasukin ? mau tahu penjelasannya ? nih dia : Jakarta itu sendiri gudang prostitusi. nggak hanya satu kawasan tertentu. Tapi setiap sudut di seluruh jalan dan gang di Jakarta merupakan tempat prostitusi. wakakakakakaka... lebay. Jadi, Jakarta itu tarafnya internasional. sedangkan kita lagi ngobrol yang taraf lokal. Nggak percaya ? baca saja Jakarta Undercover-nya Moamar Emka atau laporan beberapa majalah Jakarta tentang dunia yang kayak begituan.
dimanamakah letak lokasinya ?
di alam semesta
tata surya
bumi
asia
indonesia
jawa
DIY
jogja
sosrowijayan
sarkem
Nama sebuah jalan yang merupakan kependekan Pasar Kembang. Tepatnya di sebrang jalan, selatan stasiun Tugu. Dinamakan Pasar Kembang karena banyak kembangnya, janda kembang, kembang gula, kembang melati, dan kembang jantan (itu mah "kambing jantan" yang ada filmnya), he he he....

Lokasinya masuk gang-gang kecil jika dilihat dari pinggir jalan, seperti nggak terjadi apa-apa. tapi setelah masuk kedalam lorong-lorong yang penuh "bidadari" itu maka kita akan disambut bak raja dalam sebuah kerajaan. lokasii ini tepat bagi para lelaki hidung belang. kupu-kupu malam siap melayani pelanggan atau para pendatang denagn berbagai paket hemat yang telah disediakan. mulai dari kelas ciblek (cilik-cilik betah melek) hingga paruh baya. mulai dari kelas gopek hingga ratusan ribu. Mulai dari kelas remaja hingga janda. Semua siap tersaji. kayak menu makanan.

Bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat, sarkem tentu sangat meresahkan banyak orang. Bahkan organisasi keagamaan "garis keras" tak jarang mengkampanyekan untuk menutup dan membakar lokasi itu. Tetapi gladiator-gladiator yang berdiri sebagai pembela keberadaan lokasi ini siap bertempur melawan mereka yang dianggap ingin menghancurkan lokasi ini. Tak bisa dipungkiri bahwa salah satu sumber pendapatan pemkot berasal dari lokalosasi. Bahkan pernah ada usulan kepada Sri Sultan Hamangkubowono untuk menjadikan sarkem menjadi lokasi wisata resmi, namun di tolak mentah-mentah, walaupun sultan juga tetap "membiarkan' lokasi tersebut beroprasi. Ali Sadikin, Gubernur Jakarta pada era orde Baru, menyatakan akan memberlakukan tempat perjudian dan prostitusi sebagai pendapatan terbesar daerah ibukota DKI Jakarta. "hasilnya untuk membangun daerah perkumuhan di ibukota," kira-kira demikian ungkapan Bang Ali di Majalah Tempo. karena itu tak heran jika sarkem ikut menymbang kekayaan Jogja.

Para pendatang yang ingin mencicipi nikmatnya kupu-kupu malam sangat beragam. Ada orang lokal, ada pula turis-turis dari mancanegara. justru salah satu ketertarikan para turis datang ke jogja karena ada pusat jajanan seks ala Asia. Sarkem adalah salah satu daya tarik bagi mereka. Jika anda pernah masuk kedalam lorong-lorong sempit itu maka anda akan mememukan beberapa selogan mirip slogan puitis ala warteg atau RM Padang,

Anda Puas, Saya Lemas
Jika kecewa, kasih tau kami. jika puas beritahu teman.
untuk itulah istilah sarkem yang diambil dari Pasar Kembang banyak berubah makna menjadi "Pasar Kelamin" atau "Saluran Kemaluan"

Jogja nggak hanya menyediakan oleh-oleh bakpia, salak pondoh, atau gudeg saja. Tapi menyediakan ceweknya juga, hi hi hi,... Maksudnya kamu bisa berkenalan dengan cewek-cewek jogja, bro. Para lelaki hidung belang pasti sudah tahu lokasi sarkem. Tanya saja sama mereka. kalau belum tahu mereka pasti belum layak mendapat gelar S. HB alias "Sarjana Hidung Belang"". wakakakaka... Buat para lelaki hidung belang, setiap awal tahun ada wisuda S.HB. Daftar saja di sarkem. Pasti dikasih formulir pendaftarannya.

Sarkem ibarat sebuah tioilet, banyak yang benci, tapi kalo sudah kebelet mereka rela antri, bahkan berani membayarnya. kita tentu sepakat, bahwa tempat pelacuran seperti ini melanggar norma. Tetapi di sisi lain, kita harus melihat bahwa pelacur juga memiliki andil yang cukup penting dalam mengurangi angka pemerkosaan. Coba bayangkan, jika para bujangan atau duda, bahakan lelaki yang sudah beristri, tidak mendapatkan pelampiasan dari pelacur, bisa jadi pemerkosaan membanjiri halaman demi halama surat kabar harian. sekalipun tempat pelacuran sudah banyak, toh pemerkosaan masih saja terjadi. Bagaimana jika tidak ada ?

Seorang pelacur bernah berujar "sebagai pelacur, kami ibarat toiletnya masyarakat. kami memang kotor, tapi kami harus ada," akunya.
"harus ada ya ?"
"kau bayangkan, deh. sebuah rumah tanpa ruang tamu atau kamar tidur ga terlalu jadi masalah, tapi tanpa toilet sebagai tempat membuang kotoran adalah nggak mungkin."
"kalau pelacur memiliki arti yang sangat penting, aku jadi bingung dengan Tuhan ?"
"bingung kenapa ?"
"kalau pelacuran itu penting sehingga manusia sulit menahannya, mengapa Tuhan melarangnya ?"
"mungkin Tuhan suka pertunjukan drama. perlu ada pelacur sebagai pemeran antagonis."
seperti Firaun pada zaman nabi Musa, Naambrdz zaman nabi Ibrahim, atau Abu jahal paada masa Rasulluloh Muhammad. atau mungkin seperti nasib Noordin M Top di Indonesia pada masa sekarang ini. Pemeran antagonis selalu ada dalam sebuah sistem kehidupan suka atau tidak itulah kenyataan yang kita hadapi sekarang.

Sebuah cerita yang kadang tak masuk akal, lokasi seperti ini akan tetap menjadi situs yang akan selalu dihinggapi kumbang kemanapun perginya. Karena nafsu seks tak pernah mengenal kata "sabar".

ada beberapa puisi yang saya sadur, puisi dari W.S Rendra (pelacur-pelacur kota jakarta) dan Ridho "bukan" rhoma (duh, sarkem) akan menutup postingan saya kali ini.

W.S Rendra
pelacur-pelacur kota jakarta

saudari-saudariku, bersatulah
ambilah galah
kibarkan kutang-kutangmu di ujungnya
araklah keliling kota
sebagai panji-panji yang telah mereka nodai
kini giliranmu menuntut
katakanlah kepada mereka :
mengusulkan mengganyang pelacuran
tanpa menganjurkan
mengawini para bekas pelacur adalah omong kosong,

pelacur-pelacur kota jakarta
saudari-saudariku.
jangan melulu keder pada lelaki
dengan mudah
kalian bisa telanjangi kaum palsu
naikan tarifmu dua kali lipat
dan mereka akan kelabakan
mogoklah satu bulan
dan mereka akan puyeng
lalu mereka akan berzina
dengan istri saudaramu

ridho "bukan" rhoma
duh, sarkem

duh sarkem,..
jogja siang kota pelajar
malam kota pelacur
kau saksi bisu atas itu
lokasi lainnya menjadi bukti penguat
salon plus-plus, panti pijat esek-esek, telaga biru...

ciblek hingga paruh baya
gopek hingga ratusan ribu
remaja hingga janda
semua siap tersaji di sana

duh, sarkem...
kau dibenci, tapi selalu dicari
kau dikucilkan, tapi selalu diinginkan
kau dihina, tapi diam-diam dipuja
kau ingin dihancurkan, tapi tak sedikit yang mempertahankan

kau ibalat toilet di pasar umum
banyak orang yang benci baumu
namun secara sembunya-sembunyi mereka rela antri dan membayarmu

remaja, mahasiswa,
jejaka, duda, kakek tua
buruh, bos, pengusaha
semua rindu padamu

duh, sarkem...
kaulah salah satu pendapatan kota
mengalahkan lainnya
mereka tak sadar itu

kupu-kupu lugu itu sungguh kasihan
mereka hanya korban
tak jjarang dari mereka yang ingin keluar
tapi mereka selalu dinanti si hidung belang
dari kumpulan kutang yang hilang (wakakakakak, ga nyambung)

duh, sarkem...
sebegitu nistanya dikau


Tulisan di atas banyak disadur dari buku "Jogja edan, bro" dan tidak dimaksudkan untuk mendeskreditkan atau menyerang siapapun, itu hanya sebuah tulisan sedikit dari sebuah realita yang ada di sekitar kita.
Read More...