Sabtu, 13 Maret 2010

Malam Ini Terperangkap Kisahmu

Leave a Comment

rasanya mata ini begitu lelah, kedua kelopak telah rindu untuk saling beradu, sekedar sekejap mengasingkan diri dari menyaksikan dunia. tubuhpun begitu rintih rasanya, ingin beristirahat dari semua gerakan, untuk merasakan kelembutan desiran dalam wahana istirah.

tapi, ruang hampa berisi labirin syaraf di kepala, masih bising dan penat oleh semua bayangan serta cerita yang tak kunjung berhenti.

ruang itu begitu sempit, namun terlalu banyak menampung bayangan dan kisah yang terjadi sehingga rasanya ruang dikepalaku begitu pening dengan seluruh hiruk-pikuknya. membuat syaraf tak kunjung mau untuk istirahat hingga menjadikan kepalaku begitu berat, menjadikan mata yang tak berkenan terpejam.

aku tetap berusaha memejamkan mata, namun justru aliran syaraf ini mulai menggali bayang kelam masa lalu yang telah terkubur.

kumatikan lampu, kutarik selimut, kututup mata, kutekan dengan buku untuk menutup semua kisah dan bayang yang merajalela.

bayangan dan cerita itu muncul seperti bangkit dari kubur, walaupun dirindukan terkadang justru mengerikan. aku ingin dan aku coba menguburnya kembali, tapi aku tak kuasa. kerinduanku akan bayangan mengalahkan kengerian yang terasa. kusadari semua kisah itu akan kembali. mau tidak mau semua bayangan dan kisah itu akan selalu muncul dan pergi tanpa mampu kucegah.

kubuka jendela, meski angin malam yang dingin begitu kencang berhembus. kubiarkan jendela itu terbuka, dan membiarkan angin yang menjawab. membawa dan menarik semua kisah itusemakin menumpuk menekan ruang di kepalaku atau membawanya pergi dalam hembusan mengeluarkannya dari kepalaku untuk mengistirahatkan rangkaian labirin syaraf dalam ruang kecil di kepala.
Read More...

Kamis, 11 Maret 2010

Merangkai Misteri Supersemar

Leave a Comment

Cuaca di sekitar istana malam itu sangat dingin, hembusan angin dari rerindangan pohon dan jingkrakan kijang yang masih betah menikmati malam menambah khidmat suasana, tapi ketika malam mulai pekat datanglah empat Brigadier Jendral, yaitu M. Jusuf, Amirmachmud, Basuki Rahmat dan M. Panggabean mengetuk pintu istana. Suasana sunyi, dingin dan damai di istana bogor seketika berubah panas dan gaduh, adu todongan pistol antara para brigjen dengan pengawal Presiden tak terelakan, tapi suasana seketika reda ketika Soekrano memerintahkan Soekardjo menyarungkan senjata. Setelah suasana mereda, para jendral menyerahkan lembaran surat yang harus ditandatangani, di bawah tekanan akhirnya sang Presiden menandatangani surat tersebut. Dengan sedikit pesan setelah situasi pulih mandat segera di kembalikan, itulah sekelumit cerita Lettu Soekardjo Wilardjito, pengawal presiden.

Kisah yang digunakan untuk pembanding sejarah penandatangan supersemar versi pemerintah, walaupun pada akhrinya pernyataan Lettu Soekardjo tersebut di bantah oleh M. Jusuf, M. Panggabean, dan A.M Hanafi. Itu masih di tambah dengan kisah penandatanganan versi A.M Hanafi, mantan kedubes kuba yang dipecat secara abal-abal oleh Soeharto, versi sang mantan dubes memang tidak terlalu jauh dengan versi pemerintah yaitu secara baik-baik, tapi ada perbedaan waktu kalau versi pemerintah waktunya malam sekitar 20.30 WIB tapi justru menurut Hanafi siang hari.

Setidaknya sekelumit perbedaan kisah, kronologis, pelaku maupun waktu tak kalah misteriusnya dengan teks asli dari supersemar yang menurut Arsip Nasional memiliki 4 versi termasuk versi terbaru dari almarhum M. Jusuf yang di kemudian waktu juga di “cap” palsu oleh Arsip Nasional. Dari mulai kop surat, tandatangan Soekarno, Lambang Garuda, hingga posisi tata letak surat terdapat perbedaan yang Saling berlawanan, sehingga sulit untuk menentukan mana yang benar,atau mungkinkah ada versi selanjutnya yang belum terungkap seperti kata Soebandrio, bahwa ada draf pertama surat itu, draf kedua yang sudah ditulisi komentar Soebandrio beserta tembusan ketiga dari teks asli (yang tidak ditandatangani Presiden) yang semuanya dimiliki Jenderal Jusuf dapat diserahkan kepada pemerintah.

Beda Penafsiran Makna SUPERSEMAR

Untuk memperjelas duduk permasalahan dan arti serta makna, maksud dan tujuan Supersemar saya kutip pernyataan Soekarno saat pidato (videonya ada di youtube)
“Surat Perintah Sebelas Maret itu mula-mula dan memang sejurus waktu, membuat mereka bertampik sorak-sorai kesenangan. Dikiranya SP Sebelas Maret adalah satu penyerahan pemerintahan, dikiranya SP Sebelas Maret itu satu Transfer of Authentic, of Authority, padahal TIDAK. SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengaman, perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Demikian kataku waktu melantik kabinet. Kecuali itu, juga perintah pengaman keselamatan pribadi Presiden, perintah pengaman wibawa Presiden, perintah pengamanan ajaran Presiden, perintah pengaman beberapa hal…”

Pernyataan yang mengandung banyak makna seperti apa itu Supersemar dan “ancaman” kepada pemegang kekuasaan Supersemar untuk tidak bersorak-sorai kesenangan. Bagi Presiden Soekarno, surat itu adalah perintah pengendalian keamanan, termasuk keamanan Presiden dan keluarganya. Namun, sebenarnya ia “kecolongan” dengan membubuhkan frase “mengambil segala tindakan yang dianggap perlu” dalam surat tersebut. Padahal, perintah dalam militer harus tegas batas-batasnya, termasuk waktu pelaksanaannya.

Menurut Bung Karno, surat itu bukanlah transfer of authority. Amir Machmud yang membawa surat itu dalam perjalanan dari Bogor ke Jakarta langsung berkesimpulan bahwa itu adalah pengalihan kekuasaan.

Dengan surat itu, Soeharto mengambil aksi beruntun pada Maret 1966, membubarkan PKI, menangkap 15 menteri pendukung Soekarno, memulangkan Tjakrabirawa (yang terdiri dari sekitar 4.000 anggota pasukan yang loyal kepada Presiden), dan mengontrol media massa di bawah Pusat Penerangan Angkatan Darat (Puspen AD). Tindakan Soeharto ini tidak lain mengakhiri dualisme kekuasaan yang telah terjadi pasca-Gerakan 30 September. (Asvi Warman Adam, 2009)

Melalui tulisan ini saya mencoba membuka kembali memori kita tentang catatan sejarah Indonesia yang pernah kita dapatkan dari buku SD. Lebih tepatnya saya ingin menggiring anda pada satu ‘perkamen’ bernama Supersemar (Surat Perintah Sebelas Maret). Kenapa? Karena dengan adanya Supersemar, situasi politik di Indonesia mengalami perubahan, kekuasaan Bung Karno meredup, dan kekuasaan Jenderal Suharto meningkat. Supersemar dianggap sebagai penyerahan dan perpindahan kekuasaan. Supersemar adalah monumen awal duduknya Jenderal Suharto di kursi kepresidenan, lalu menjadi seorang pemimpin dan penguasa yang cenderung Machiavelli minded -mungkin Pak Harto juga sudah membaca Il Principe yang legendaris itu.

Banyak catatan sejarah bangsa ini yang dibelokkan dan tidak lagi jujur, masyarakat sudah kadung menganggapnya sebagai suatu kebenaran, generasi pasca revolusi adalah generasi yang tumbuh tanpa landasan sejarah pasti. Generasi itu adalah generasi yang meraba-raba mencari kebenaran di tengah kegelapan dan centang-perenang sejarah bangsanya sendiri. Saat kaum nasionalis konservatif sudah mulai menghilang satu per satu, entah bangsa Indonesia akan jadi seperti apa. *sigh…

Sejarah ternyata kurang lebih adalah evolusi dan revolusi dari konsep-konsep, mitos-mitos. Sejarah mengubah yang sungguh menjadi tak sungguh, tangis menjadi tawa , tragedy menjadi komedi.
Read More...

Senin, 08 Maret 2010

Langkahku Mengenangmu

Leave a Comment

arrggghhhh…… gila, malam pekat, menghangat, aku menunggumu menggali setiap ruas memori dalam otaku yang terbatas, mencoba kembali mengingat kenangan-kenangan manis di tengah tumpukan kepahitan yang kau berikan. setapak demi setapak kami ku langkahkan, berat rasanya hingga aku mulai tak kuat bahkan hanya untuk mengangkat kaki tapi kenangan akan dirimu membuatku harus melangkah, aku membencimu bukan hanya karena apa yang telah kau lakukan, tapi kenap hingga saat ini, hingga 12 purnama berotasi hingga bahkan tak pernah kusebut namamu seumur jagung, kau kembali untuk menyeretku mengejarmu. aku benci kau, kenapa aku masih kau libatkan dalam setiap langkah yang kau pijak.

saat ini memang purnama, wajahmu tak seperti dulu bagiku, wajah yang selalu ku puja sinarnya bak purnama kali ini, sudah menjadi sampah, kecantikanmu adalah siksaan untuku, tapi kenapa kali ini kau kembali dengan bayangan kembali padaku. sekarang apa yang kulakukan, mengejar kenangan tentangmu atau berlari meninggalkan memori. tapi yang pasti perjalanan kali ini kau yang mengakibatkan, jadi berhentilah, hentikan bayanganmu sekarang dariku. sebentar saja hingga kita bertemu.

basah, apa ini ? keringat, bukan ini gerimis. sial kenapa yang berhubungan tentangmu sekarang tidak pernah membahagiakan buatku. aku berjanji, aku yakinkan kau, kau memang yang pertama tapi kau bukan yang terakhir, ingat itu. itu kalimat pertama yang akan kuucapkan padamu.

langkahku semakin gontai, deras hujan telah melunturkan keringatku. aku kuatkan kaki untuk berlari kecil, cipratan air berlumpur mulai terpercik, membuat baju putihku mulai berwarna coklat. purnama yang tadi bersinar telah hilang, akhirnya bayang wajahmu dibulan tak kulihat lagi. semakin cepat langkah kakiku semakin tak jelas warna bajuku. baju yang telah kurapihkan dan kuberi wewangin untuk bertemu denganmu kini sudah tak pantas lagi. haruskah aku kembali, tidak jika aku kembali aku akan terlambat, aku harus berlari.

gubrak…. arrggghhh…. sial. apa lagi ini, lubang sialan, aliran air tanah yang bercampur lumpur menutupi lubang sialan itu. kau benar-benar tak pernah memberi kebahagiaan padaku, sekarang aku tak pantas bertemu denganmu, kuyakinkan diriku untuk melangkah, aku yakin kau akan mengerti, bahwa kulakukan semua ini untukmu seseorang yang telah memberiku setetes kebahagiaan di tengah aliran siksa yang kau berikan.

akhirnya hujan reda, ditengah tetesan hujan samar-samar aku melihat rumahmu, banyak orang berkumpul, diam tak banyak bicara, sangat senyap, sunyi, apa ini, bukankah harusnya tidak seperti ini, ada apa ini. semangat lariku hilang, kini aku kembali menyeret kakiku mencoba melangkah perlahan. semakin dekat, tepat di depan rumahmu aku di hentikan oleh orang yang tak pernah kukenal, seorang pria setengah baya yang tidak nyaman melihat kotornya diriku. aku berkeras untuk masuk tapi tak diijinkan olehnya.

aku mencoba mencuri pandang kedalam rumahmu. semua masih terdiam, kau sungguh cantik dengan kain putih yang menyelimutimu, tak jelas wajahmu kulihat, tapi kuyakin itu kau. di depanmu ada pria tua berpeci, bersarung, bersurban, menengadahkan tangan sepertinya berdoa, dan yang lain mengamini, kau tetap diam aku tak melihat kau berekasi, aku semakin tegang.

tak lama semua orang mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, kau bergerak kesamping meraih tanagn seseorang di sampingmu, seorang pria, dengan senum dan air mataa kau mencium tangannya. itu bukan aku, pria yang mencintaimu siapa itu. aku melihat semua orang bahagia, aku melihat senyumu, aku tahu itu senyum bahagia. sekarang aku bahagia, karena kau telah bahagia, sebaiknya aku pergi, menghilang dari kenanganmu, lebih baik kau lupakan aku, dan biarkan aku mengenangmu.
Read More...

Jumat, 05 Maret 2010

dunia humor kita, kini

7 comments
Jika ada Negara di muka bumi ini yang menjadikan kekerasan dan penderitaan orang lain adalah tontonan mengasikan dan bahkan salah satu sumber kebahagiaan, Indonesia adalah salah satu diantaranya yang berada di barisan paling depan.

Saya tidak tahu, bagaimana pilunya arwah Hardjodipoero dan Drs Raden Panji Purnomo Tedjokusumo mereka berdua di jaman Revolusi dulu sering duet di corong RRI sebagai Mang Cepot dan Mang Udel, menyaksikan tontonan humor yang biadab penuh kekerasan (baik fisik maupun verbal), penghinaan, serta pelecehan terhdap profesi dan kondisi fisik adalah suatu hal yang menarik yang dapat membuat kebanyakan orang Indonesia tertawa lepas dan menikmatinya.


Humor seperti halnya bentuk seni, penerimaan tergantung pada demografi sosial dan berbeda dari orang ke orang. Sepanjang sejarah, komedi telah digunakan sebagai bentuk hiburan di seluruh dunia, baik di pengadilan raja Barat atau desa-desa di Timur Jauh. Kedua etiket sosial dan kecerdasan tertentu dapat ditampilkan melalui bentuk-bentuk kecerdasan dan sarkasme. Abad kedelapan belas penulis Jerman Georg Lichtenberg mengatakan bahwa “semakin banyak yang anda tahu tentang humor, semakin anda menjadi menuntut kebaikan.” Itulah kenapa pelaku humor (bukan sekedar pelawak) banyak dianggap orang cerdas karena mampu menjungkirbalikan logika.

Dalam bahasa Sansekerta kuno drama, Bharata Muni’s Natya Shastra didefinisikan humor (hāsyam) sebagai salah satu dari sembilan nava rasas, atau prinsip rasas (respons emosional), yang mendapat inspirasi di antara penonton dengan bhavas, yang imitasi emosi yang dilakukan para aktor. Setiap rasa dikaitkan dengan bhavas tertentu digambarkan di atas panggung. Dalam kasus humor, itu berhubungan dengan kegembiraan (hasya).

Istilah “komedi” dan “sindiran” menjadi sinonim setelah puisi Aristoteles diterjemahkan ke dalam bahasa Arab di abad pertengahan dunia Islam, di mana diuraikan di atas oleh penulis Arab dan filsuf Islam seperti Abu Bischr, muridnya Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Averroes . Karena perbedaan budaya, mereka memisahkan diri dari bahasa Yunani, setelah terjemahan Latin abad ke-12, istilah “komedi” memperoleh makna semantik baru dalam literatur Abad Pertengahan.

Bahkan Allan Calley pernah mengungkapkan dalam bukunya Humor in The Arts bahwa Perkembangan humor di Inggris sudah terlembaga sejak abad ke-16 Pada masa tersebut, terdapat penulis dan pemain teater humor yang sering disebut pemain komedi. Komedian yang terkenal yaitu Ben Johnson, yang satu karyanya berjudul Man Out of His Humor . karya tersebut memperlihatkan dua bentuk humor yang berbeda dalam kehidupan, yaitu humor dalam kata-kata dan humor dalam tingkah laku. Abad ke-17 merupakan zaman yang sangat pesat bagi perkembangan humor di Inggris, terutama dalam hal teater komedi dan naskah humor. Teater komedi akhirnya menjadi tradisi masa selanjutnya.

Pertengahan abad ke-18, teater humor bermetamorfosa menjadi satire. Sampai akhir abad ke-18, bentuk teater etrsebut menjadi mode di seluruh daratan Eropa. Abad ke-19, humor di Eropa menentukan bentuk baru dalam wujud komik. Abad itu ditandai dengan munculnya berbagai macam komik humor dari Jerman, yang kemudian menjadi kegemaran seluruh daratan Eropa bahkan sampai ke daratan Amerika dan Asia.

Dunia lawak di Indonesia, boleh dikatakan berdiri otonom dan tidak dipengaruhi oleh unsur impor, dalam tradisi lawak di Indonesia harus dilihat struktur kekuasaan sebagai bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam melihat dunia lawak kita. Ada arus utama budaya lokal yang berkembang di Indonesia. Di Indonesia, secara informal, humor juga sudah menjadi bagian dari kesenian rakyat, seperti ludruk, ketoprak, lenong, wayang kulit, wayang golek, dan sebagainya. Unsur humor di dalam kelompok kesenian menjadi unsur penunjang, bahkan menjadi unsur penentu daya tarik. Humor yang dalam istilah lainnya sering disebut dengan lawak, banyolan, dagelan, dan sebagainya, menjadi lebih terlembaga setelah Indonesia merdeka, seperti munculnya grup-grup lawak Atmonadi Cs, Kwartet Jaya, Srimulat, Surya Grup, dan lain-lain Masuknya Bing Slamet kedalam dunia lawak mendorong lahirnya jenis pelawak urban yang populer terutama dari kalangan Taman Siswa seperti : Ateng, Benyamin S, atau Edi Sud Trio EBI (Edi Sud, Bing Slamet dan Iskak), Ateng, Iskak, Bing Slamet dan Edi Sud membentuk Kwartet Jaya yang fenomenal sampai meninggalnya Bing Slamet awal tahun 70-an.

Hingga kemudian muncul para komedian group parodi Pancaran Sinar Petromak (PSP), Sersan Prambors., dan Warkop DKI ternyata hanya warkop yang mampu bertahan walaupun agak sedikit mengikuti selera pasar, itu dikarenakan tindakan repsesif orde baru, itu yang menyebabkan adanya perbedaan isi lawakan warkop di film dan radio, di radio lawakannya cendrung lebih provokatif terhadap orde baru.

Pasca awal reformasi perkembangan dunia humor Indonesia banyak di dominasi oleh opera komedi yang sebenarnya bukanlah seni melawak yang spontan, karena keterikatannya pada teks yang sedemikian kuat. Dibarengi dengan kemunculan para “pengikut” warkop jebolan Radio SK, ajang pencarian bakat, artis yang “ganti lahan” hingga perkembangan humor dunia politik yang sebenarnya tidak terlalu laku.

Bagi penulis awal kehancuran dunia lawak Indonesia adalah mulai pudarnya pelawak-pelawak seperti Alm. Bing Slamet, Eddy Sud, S Bagyo, Ateng, Mang Udel, Kang Ibing, Abah Us Us, dan bisa disebut juga Benyamin S, lawakan mereka yang cerdas dan hampir bersih dari “penghinaan dan kekerasan” sungguh berbeda dengan pelawak dan dunia lawak Indonesia kini, gaya melawak sekarang (pelawak yang kini membanjiri layar televisi) sungguh tidak membuat lawakan itu sebagai bahan renungan dan alat kritik yang bisa membuat orang reflektif terhadap kehidupannya, gaya lawakan mereka adalah lawakan yang bercanda, menyakiti (baik hati dan fisik) lawan main, lawakan “kebun binatang” dan kemudian tidak memberikan humor-humor cerdas. Ditambah pengaruh gaya yang di tiap detik kata-katanya adalah menghina orang, merendahkan lawan main, dan menangkis kata-kata dengan mencela fisik. Ini sungguh memprihatinkan. Dan ironisnya gaya lawakan yang tidak sesuai dengan tipe mereka disuruh minggir.

Sementara gaya lawakan yang spontan, membuat orang merenung dan menyikapi kondisi sosial dengan gayanya yang cerdas sama, belum muncul. kita ingat bagaimana Krisbiantoro mampu melawak dalam bahasa Perancis, ataupun Ebet Kadarusman yang melawak berjam-jam di radio Australia dengan bahasa Inggris, Sukarno yang membuat orang terpingkal-pingkal di dalam pidatonya, Churchill yang santai dan sempat membuat anekdot sebelum mendeklarasikan perang dengan Jerman ataupun Gus Dur yang mampu menyembunyikan kesulitan-kesulitannya dalam memecahkan problem-problem sosial-keagamaannya dengan melucu, spontanitas yang cerdas, masih menjadi impian dalam dunia lawak kita yang sedang hancur lebur ini.

Namun sekarang kita –hanya- bisa saksikan semua kelucuan yang dibuat haruslah menyengsarakan orang, yang lebih menarik ini bukan hanya terjadi di acara yang notabene temanya adalah komedi, baik acara kuis, musik bahkan acara yang menemani kaum muslim sahur dibulan ramadhan harus pakai “properti yang tidak berbahaya” untuk dapat rating tinggi maka sejahteralah komedian kita yang memang spesialis untuk dikerjain bahkan di gebukin. Semoga bangsa kita tidak termasuk bangsa yang baru merasa terhibur jika melihat orang lain menderita, jika penderitaan yang bisa membuat kita bahagia, mungkin bangsa ini akan bahagia sampai penderitaan itu habis di negeri ini.
Read More...