Minggu, 01 Februari 2009

Makna Sebuah Gelar

50 comments
Di Indonesia makna sebuah gelar seperti menjadi sebuah kewajiban yang harus menempel pada sebuah "do'a" yang telah diberika orang tua ketika anak manusia lahir. Gelar adalah sebuah kewajiban bagi mereka yang memiliki jabatan atau seorang berharta yang ingin kelihatan lebih terhormat, bagi mereka yang tak sempat mempunyai gelar tentu mereka akan membelinya. Gelar adalah label yang tidak boleh tidak harus di sebutkan atau di tuliskan mengikuti nama lahir di setiap situasi dan kondisi, karena itu bisa menunjukan "kasta" seseorang dalam masayarakat dan lingkungannya. Melihat kondisi sekarang ini hampir setiap institusi baik itu pendidikan maupun bukan dengan senang hati akan memberikan gelar kepada seseorang, dan dapat diyakini gelar itu tidaklah "gratis". Kita melihat hampir semua caleg, pejabat dan tokoh masyarakat dipastikan memiliki gelar, dari gelar berbau keagamaan seperti "HAJI" sampai gelar prestisius di bidang pendidikan seperti "PROFESOR".

Tetangga saya pernah bilang, bahwa gelar itu mahal dan tak ada gelar yang gratis, dan banyak orang tak rela jika sudah mengeluarkan uang banyak tapi berakhir tanpa gelar.

beberapa gelar yang begitu laris manis di tanah ibu pertiwi ini yaitu gelar "HAJI", mungkin hampir 97% orang-orang yang pernah naik haji di Indonesia akan menempelkan huruf "H" di depan namanya, dan akan tersinggung jika "label" itu tak di sebutkan ketika menyebutkan nama sang pak haji.
kenapa orang begitu tak rela jika sudah pernah naik haji tapi orang tak menyebutnya pak haji ???
jawabannya sederhana, karena haji itu mahal, ini masuk akal karena biaya berangkat naik haji di indonesia adalah yang PALING MAHAL di dunia. jadi "gelar haji itu mahal". sehingga di pedesaan pak haji bukan hanya seorang yang ilmu agamanya tinggi tapi juga menandakan orang itu termasuk berharta. padahal gelar haji tak pernah mencerminkan tingkat keimanan seseorang, gelar itu seperti sebuh gelar "pasaran" sehingga seorang bupati, gubernur, bahkan presiden pun, menempelkanhuruf "H" d depan namanya. pertanyaannya adalah, adakah seseorang yang pernah haji tak mau di panggil "pak haji"....???? perlu di catatat gelar ini HANYA ada di indonesia.

Gelar lain yang banyak di sandang di Indonesia adalah gelar dari bidang akademis, seperti prof, DR, SPd, dr, dll.....
dulu sebelum milenium gelar di bidang akademis lebih singkat seperti "Drs" mencerminkan keilmuan teori atau "Ir" yang mencerminkan teknik. Label ini biasanya di letakan di depan nama. Tapi gelar ini banyak di gugat karena tidak mencerminkan kemampuan seseorang di bidangnya. sehingga muncul banyak gelar yang di keluarkan berbagai disiplin ilmu tertentu di kampus, seperti "SH" untuk sarjana hukum, "Ssi" untuk yang berhubungan ilmu pengetahuan.
Anehnya dalam masalah gelar inipun salah dalam penulisan, coba lihat kenjangan "Ssi" sarjana science, saya yakin sebodoh-bodohnya orang tau itu gabungan 2 bahasa, kenapa tidak Sip (sarjana ilmu pengetahuan), orang itu ingin kelihatan internasonal, padahal terlihat rancu dari tata bahasa.
sehingga banyak pelesetan untuk gelar gelar akademis seperti Ssi (sarjana sok intelek), Spd (sarjana pak d(g)uru), atau Amd (ahli manipulasi data).

semakin tinggi gelar maka akan semakin banyak pula label yang menempel di namanya, sehingga terlihat lebih panjang geelar daripada namanya, contohnya rektor tempat saya kuliah itu bernama Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD (UGM), atau nama Prof.Dr.Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LL.M. (Emeritus) pengajar di unpad.

tapi biarlah orang bahagia dengan gelar yang di miliki atau yang tengah di kejarnya.

saya mungkin termasuk anak manusia yang tengah mengejar gelar, sehingga saya kadang lupa apa yang sedang saya cari gelar atau ilmu.

yang masih membuat saya penasaran, adakah dari para pemilik gelar prestisius itu menghayati falsafah ilmu padi, adakah profesor atau KH, rela di tuliskan namanya tanpa embel-embel gelar ???
Read More...