Senin, 31 Mei 2010

Berdakwah dengan Kekerasan dan Kebencian, Haruskah?

Leave a Comment

mungkin ada Tuhan di suatu tempat, bersembunyi. Sebenarnya, jika Dia tetap tidak terlihat, mungkin itu karena Dia “malu” pada para -yang mengaku- pengikut-Nyayang merasa bertanggung jawab untuk mempromosikan nama-Nya dengan melakukan semua kekejaman dan kebodohan.

Allahuakbar ,semasa saya kecil kata itu hanya di teriakan dalam adzan, dan sekalinya di terikan adalah ketika menyambut dua hari raya besar idul fitri dan idul adha, teriakan itu tidak pernah terdengar di pasar apalagi di barengi dengan gerakan tangan memukul dan menghancurkan. dulu kata itu di terikan hanya saat memukul bedug dan kentongan, bukan memukuli manusia, melempar baru, hingga menghancurkan. dulu saat kecil yang meneriakan itu adalah anak-anak bercelana kolor berkaus oblong dengan peci hitam dan sarung yang dislempangkan di bahu. kata Allahuakbar begitu agung, hingga takbir hanya didengungkan dengan nyaring dan penuh hikmah ketika akan menymbut hari besar.

kini kata itu sangat pasaran, mereka yang berjubah, berpakaian persis orang-orang arab, sering berteriak dengan lantang di mana-mana, seolah esensi kata itu hanya untuk menghancurkan, untuk perang, seolah dengan kata itu, para “pendakwah” mendapat legitimasi Tuhan, dan merasa besar dan berhak berbuat seenaknya. tidakkah mereka memahami esensi dari takbir.

Takbir terucap ketika pangkal utama syaraf bergerak untuk berserah dan bersimpuh dihadapan sang khalik, takbir bukan membuat manusia mengepalkan tangan keatas, mata garang dan melotot kedepan dengan tongkat dan celurit, tapi esensi takbir adalah meletakan kedua tangan didada, menundukan kepala, khusyu menunduk, berserah diri, bahwa takbir itu Allahuakbar adalah menempatkan posisi Tuahan pada kebesaran yang maha dasyat dan manusia maha esensi yang sangat kecil. ketika takbir terucap saat itu adalah pengakuan bahwa manusia bukanlah apa-apa dan tidak berhak untuk menghancurkan, tidak berhak memukul karena bahwa sejatinya semua adalah makhluk yang dicipta Allah Subhanahu Wa’tala.
tapi mereka yang berjubah di jalanan selalu merasa berhak menjadi seolah penegak kebenaran sejati, seolah bahwa pemahamannya adalah yang paling benar, Hujjah-nya, tidak tanggung-tanggung seperti membela Islam, menegakkan syariat, amar makruf nahi munkar, memurnikan agama, dsb. Cirinya yang menonjol : sikap merasa benar sendiri dan karenanya bila bicara suka menghina dan melecehkan mereka yang tidak sepaham. Suka memaksa dan bertindak keras dan kasar kepada golongan lain yang mereka anggap sesat. Seandainya kita tidak melihat mereka berpakaian Arab dan sering meneriakkan “Allahu Akbar!”, kita sulit mengatakan mereka itu orang-orang Islam. Apalagi bila kita sudah mengenal pemimpin tertinggi dan panutan kaum muslimin, Nabi Muhmmad SAW.

Seperti kita ketahui, Nabi kita yang diutus Allah menyampaikan firman-Nya kepada hamba-hamba-Nya, adalah contoh manusia paling manusia. Manusia yang mengerti manusia dan memanusiakan manusia. Rasulullah SAW seperti bisa dengan mudah kita kenal melalui sirah dan sejarah kehidupannya, adalah pribadi yang sangat lembut, ramah dan menarik. Diam dan bicaranya menyejukkan dan menyenangkan. Beliau tidak pernah bertindak atau berbicara kasar.

boleh saja mungkin mereka selalu menghapal hadist-hadist dan ayat Al Quran tentang perjuangan, dan segala macamnya, tapi mungkin saja mereka lupa atau melewatkan hadist
Sahabat Anas r.a yang lama melayani Rasulullah SAW, seperti diriwayatkan imam Bukhari, menuturkan bahwa Rasulullah SAW bukanlah pencaci, bukan orang yang suka mencela, dan bukan orang yang kasar.
Sementara menurut riwayat Imam Turmudzi, dari sahabat Abu Hurairah r.a:Rasulullah SAW pribadinya tidak kasar, tidak keji, dan tidak suka berteriak-teriak di pasar.
Jadi, saya tidak bisa mengerti bila ada umat Nabi Muhammad SAW, berlaku kasar, keras dan kejam. Ataukah mereka tidak mengenal pemimpin agung mereka yang begitu berbudi, lemah- lembut dan menyenangkan; atau mereka mempunyai panutan lain dengan doktrin lain.
saya hanya menyayangkan saja pakaian jubah putih khas Rosul itu harus ternoda dengn sikap yang sesungguhnya tidak mencerimnkan sikap dan sifat Rosul. bukankah Allah pernah berfirman dalam salah satu ayatnya Fabima rahmatin minallaahi linta lahum walau kunta fazhzhan ghaliizhalqalbi lanfadhdhuu min haulika …” , Maka disebabkan rahmat dari Alllah, kamu lemah lembut kepada mereka. Seandainya kamu berperangai keras berhati kasar, niscaya mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…”

karena sikap yang penuh kebencian ini justru menjauhkan Islam dan wajah lemah-lembut. Kalau memang ya, bukankah kitab suci kita al-Quran sudah mewanti-wanti, berpesan dengan sangat agar kita tidak terseret oleh kebencian kita kepada suatu kaum untuk berlaku tidak adil. “Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian penegak-penegak kebenaran karena Allah (bukan karena yang lain-lain!), menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencian kalian terhadap suatu kaum mendorong kalian untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah; adil itu lebih dekat kepada takwa dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Baca Q. 5: 9).

Hampir semua orang Islam mengetahui bahwa Rasulullah SAW diutus utamanya untuk menyempurnakan budi pekerti. Berdakwah adalah menarik orang bukan membuat orang lari.dan bagaimana mungkin menarik dan mengjak orang berbuat kebaikan dengan sikap yang kasar dan dainya sangar-sangar. orang justru akan benci dan tidak simpatik, jika pun mungkin orang akan ikut, itu bisa jadi akibat ketakutan, bukan atas dasar hati yang tercerahkan.
Read More...

Kamis, 20 Mei 2010

Semoga Pembuat Karikatur Nabi Diberkati Tuhan

Leave a Comment

Islam itu Rahmatan lil alamin, agama universal, komprehensif (syumul), lengkap dengan dimensi edoterik dan eksoteriknya. Sebagai agama agama universal (rahmatan lil alamin), Islam mengenal sistem perpaduan antara apa yang disebut konstan-nonadaptabel (tsabuit) di satu sisi watak Islam yang ini tidak mengenal perubahan apa pun karena berkaitan dengan persoalan-persoalan ritus agama yang transenden, nash yang berkaitan dengan watak (konstan-nonadaptabel) ini dalam al-Qur’an maupun hadist sekitas 10%, yang berupa diktum-diktum ajaran agama yang bersifat kulli dan qoth’I yang konstan dan immutabel.

akhir-akhir ini gonjang-ganjing kartun nabi kembali marak, walaupun masih ada kecama keras, toh suaranya tidak sekeras dahulu, mungkin kebanyakan umat Islam sudah menjadi “maklum” atau umat islam justru menjadi masa bodoh. lalu apa yang harus umat islam lakukan? sebuah pertanyaan sederhana yang akan dapat menimbulkan banyak jawaban dan pendapat. dari yang munglaknat pelakunya hingga mungkin ada yang mem-fatwa-kan pembunuhan. semua orang bisa menjawab dengan beragam tafsir dan kegeraman masing-masing.

tapi saya akan mengajak menengok sejarah sedikit saja, untuk membuka kembali sejarah perjuangan Nabi Muhammad. menilik hijrah Nabi ke Thaif. Di sana Rasul dilempari batu dan dilempari kotoran oleh orang-orang kafir. Dan Nabi justru mendoakan mereka.Allahummahdi qaumi fainnahum la ya’lamun (Ya Allah berilah petunjuk kaumku, sesungguhnya mereka tidak mengerti)…

mari kita renungkan apa yang akan dilakukan nabi jika melihat karikatur itu mungkin beliau juga akan menjawab, “Allahummahdi qaumi…

“Jika seperti itu, beranikah kita tidak bilang seperti itu? Beranikah kita mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan ucapan Nabi?”

bagi orang yang tahu bahwa cinta Allah kepada Islam begitu besar, maka tak ada kesedihan. Itu layaknya kakang kawah adi ari-ari.

“siapa orang kafir yang paling melawan Rasul?” .Abu Jahal. Abu Sufyan, dll.

Pada saat fathu makkah ketika pasukan Islam dari MAdinah berhasil merebut kembali kota Mekkah, Rasul berbicara di depan orang-orang Islam dan musuh-musuh dan para tawanan perang. ‘Hadzal yaum laisa yaumul malhamah wa lakin hadzal yaum yaumul markhamah wa antumut tulaqa‘. Hari ini bukanlah hari kebencian, tetapi hari ini adalah hari kasih sayang. Dan kalian (para tawanan) adalah orang-orang yang saya bebaskan/merdekakan….,”

pasukan Islam mendengar pidato itu merasa schok dan terkejut. berjuang hidup mati, diperhinakan dilecehkan sekian lama, dan saata kemenangan di depan mata, saat berada di atas angin, ketika dendam yang menumpuk berkecamuk. Rosul justru mengampuni dan bahkan melarang uamt Islam untuk mengambil harta benda rampasan perang, semua harus dikembalikan. dan pasuka Islam tidak memperoleh apa-apa.

sehingga mengeluh dan memprotes, tapi nabi kemudian berpidato,

“sudah berapa lama kalian bersahabt denganku?”
mereka menjawab berfariasi, sekian tahun, sekian tahun, sekian tahun…

“selama kalian bersahabat denganku, apakah menurut kalian aku ini mencintai kalian atau tidak mencintai kalian?”

“tentu saja mencintai rasulluloh”

dan rosul mengakhiri pertanyaannya, “kalian lebih memilih mendapatkan unta, harta rampasan serta berhasil meluapkan kebencian dan dendam yang menumpuk ataukah kalian memilih cintaku?”

menangislah mereka karena cinta Rasulluloh kepada mereka tidak bisa dibandingkan bahkan dengan langit dan bumi.

saya tidaklah mengajak untuk menyepelekan atau membiarkan begitu saja, acara menggambar karikatur Nabi, tentu saja sebagai umat islam tidak bisa begitu saja kita diam, perlu ada sebuah action yang kita lakukan, sebuah sikap kita sebagai muslim yang Rahmatan Lil Alamin, seperti doa yang sering diucapkan, Bismillahirohmannirrohim,  dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. mari kita sikapi semua ini dengan rasa kasih sayang, dengan cinta, dengan kedamaian.

Cinta saya kepada Rasul tidak berkurang sedikit pun oleh penghinaan itu. Kasih sayang Rasul lebih luas dari semesta. Rasul bersegera kepada Allah untuk memintakan ampun bagi mereka. Cinta jangan membikin gupuh. Cinta jangan sampai bikin gampang jatuh, jangan gampang marah.

mungkin doa kita tidaklah, mengharap merekakemudian tobat dan masuk islam, tapi mari kita doakan suapay mereka yang melakukan penghinaan diberkati, diberi hidayah, dikasih pencerahan, bahwa minimal, mereka merasa apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan yang menyakiti sebagian manusia di bumi. karena mungkin saja seperti -kata Rasulluloh- hanyalah fainnahum la ya’lamun….
Read More...

Senin, 17 Mei 2010

Mainan Baru Masyarakat Indonesia

Leave a Comment

Too bad that all the people who know how to run the country are busy driving taxicabs and cutting hair.” (George Brunes)

tulisan ini saya buat disela-sela ketidakjelasan cuaca jogja siang ini. tidak panas, tapi mendung, tidak hujan tapi agak cerah. mungkin lebih tepatnya teduh, penuh misteri. sebuah kutipan dari George Brunes di atas sebenarnya (dalam pemahaman saya) hanyalah sebuah ungkapan sindiran kepada para pemimpin bangsa maupun para wakil dari rakyat beserta para pejabat di sebuah negara. bahwa mereka yang mengerti negara lebih hobi bersafari dan bersolek.

perdebatan sok bersih, sok suci, dan merasa diri serta golongannya terbaik dengan beripjak pada kata rakyat sebenarnya sudah membuat saya muak dan ingin muntah. perdebatan itu sudah menghiasi hampir semua isi koran dan tiap menit pemberitaan televisi. semua itu intinya -menurut saya- hanyalah sebuah perebutan kekuasaan, dan siapa yang akhirnya berkuasa ia bisa menguasai segalanya. suka atau tidak hal itu adalah sebuah kenyataan yang kita hadapi termasuk di Indonesia.

sebenarnya kita tidak akan pernah pergi kemana-mana, meskipun kita melalui ribuan peperangan dan kemenangan, melibas pesaing, kemudian memenangkan pemilihan, setelah itu mempertahankan kekuasaan, naik menjulang di tangga popularitas, mendapatkan semua kemegahan, mengeruk gunung emas, menjadikan ribuan orang menjadi dayang dan budak, yang melayani makan, menyikatkan gigi, menyuapi makan, bahkan hingga menyeboki dubur. kita tidak akan pernah pergi kemanapun kecuali kembali kepada Sang Pemilik Hidup.

semua apa yang kita curi dari bangsa ini, dari tanah hingga truliunan rupiah untuk bersafari kemanapun di dunia ini pada hakekatnya akan dikembalikan kepada Sang Empunya Dunia.
tidak ada kekuasaan yang benar-benar diraih, tak ada kemenangan sejati yang benar-benar di dapatkan. seorang petarung yang menjatuhkan lawannya janganlah langsung berbangga diri, siapa tahu setelah satu jam berikutnya keadaan bisa berbalik. kemenangan pada sejatinya hanyalah berlaku sesaat, dan menginjak detik berikutnya kemenangan itu sudah tidak memiliki substansi.

Indonesia boleh menjadi Juara Dunia Demokrasi, memilih Presiden langsungdengan rekor jumlah pemilih dan rekor keamanan pemilu. tapi apa hasil dari puncak demokrasi itu ? mungkin kita harus bertanya pada hati nurani dan akal sehat kita, mungkin kita harus jujur supaya tidak terkontaminasi oleh jawaban dari luar.

dan salah satu impian saya adalah pada pemilu mendatang semoga Allah menjadi pencoblos pertama, dan semoga coblosan pertama itu adalah hidayah yang mengiring seluruh pemilih nusantara “yadhuluna fi dinillahi afwaja” berduyun-duyun memasuki cakrawala Allah.
anda boleh saja menganggap saya sedang bermain retorika.Tidak. ini sungguh-sungguh, dan saya harap jangan hanya mengandalkan ilmupengetahuan baku dari sekolahan dan Universitas, sebab mungkin saja penelitian di wilayah itu tidak akan menyentuh hati nurani.
sadar atau tidak, saat ini kita atau mungkin sebagian dari kita sedang menghabisakan waktu untuk bermain-main menunggu kematian, dan mainan kita namanya, negara, demokrasi, teroris, korupsi, clean governance, pengajian, tausiyah, band, komedi, sinteron, Infotainmenet, hukum. hingga piaraan baru seperti ubur-ubur, kucing, cicak, buaya, dan sepertinya kita mulai lupa dengan burung Garuda dengan 5 tonggak falsafah hidup bangsa ini yaitu Pancasila yang tengah mati (semoga hanya mati suri).
Read More...

Rabu, 12 Mei 2010

Horeeee…Susno di Tangkap

Leave a Comment

pertama-tama dan yang paling utama, saya mohon maaf yang segede-gedenya buat para FBS alias Fans Berat Susno, karena saya sama sekali tidak bermaksud menyinggung temen-teman sekalian dengan judul diatas. :) sebenarnyaapa yang membuat saya bahagia adalah ternyata jendral saja bisa ditangkap. hehehe… pasti banyak yang protes dengan saya, ga apa-apa lah namanya juga demokrasi, asal perbedaan pendapat tidak membaut kita saling menghujat dan mem-bangsat-kan seperti para anggota DPR yang -merasa- terhormat padahal dimata saya anggdo eh anggota DPR hanyalah sekumpulan Rakyat -yang merasa- menjadi wakil, itu cuma perasaan mereka saja.

kembali ke padhe sosnoe yang sedang merasa terdzalimi oleh institusinya sendiri. terdzalimi atau tidak itu cuma perasaan dia saja dan keluarga serta para penggemarnya, karena dimata saya orang ditangkap tidur dipenjara itu biasa, saya juga pernah disuruh tidur di penjara anak-anak salah satu polsek di banyumas, wekekek… buka rahasia, catat bukan saya berbuat kriminal tapi karena saya emang numpang tidur di kantor polisi itu, hehehe….

oke oke oke, penasaran ya kenapa saya bahagia ? heehhe, semoga tidak,,, karena saya bukanlah arwah penasaran hihiihihi…. saya ingat saat masa lampau dimana kisah kepopuleran om sosnoe di moelai, ketika dia dengan gagah ngejek cicak sama KPK, dan habislah dia oleh media, semua media dan mayoritas publik menuntut sosnoe ah susno aja, susno untuk mundur, tekanan demi tekanan dilayangkan, apa yang terjadi sodara-sodara sekalian kapolri justru melindunginya setengah mati, dan kapolri juga memberi panggung untuk susno curhat di DPR dengan tetesan airmata -yang ketika itu dianggap- buaya.

seluruh intitusi polri ketika itu habis dihujat masyarakat hanya karena tindakan bodoh ucapan susno yang koonyol, hingga saat ultah brimob, kapolri dengat terbata-bata berujar “biarkan institusi polri dihujat, yang penting kita tetap bekerja profesional dari pos di pinggir jalan hingga mabes dan disambut dengan ucapan “kami bangga menjadi anak buah jendral dari para brimob saat itu. dosa kecil susno yang hanya bercanda jelas sangat menghabisi polri yang ketika itu dinobatkan sebagai jajaran polisi terbaik dunia disandingkan dengan FBI.

akhirnya mabes menyerah, -kita- masyarakat yang sudah dihipnotis mendia bahwa Susno seorang “bangsat” menjadi pemenang, Susno lengser, berhenti. dan dijadikan Pati (pejabat tinggi polri tanpa kerjaan alias dapat gajih buta), susno merasa sakit hati, dia merasa disingkirkan. tapi saat itu media belum puas dan menuduh polisi masih memelihara buaya, dan menuntut susno harus pergi dari markas, tapi polisi enggan nurut begitu saja.

kini sejarah berputar, susno kembali “menghabisi” institusinya dengan menjadi “pahlawan” katany loh bukan kata saya. susno mengemis dan mempublikasikan diri sebagai makhluk terdzalimi, mengais simpati menjaring empati masyarakat dengan konfrensi pers dan reality show, melalui media. kebetulan metro tv dan tvone tidak punya acara reality show khusus seperti gaya tv yang lain, maka peluang ini dimasuki, denga tiap hari mempublikasikan kehidupan susno dari ke masjid (kelihatan alim) makan bersama (harmonis) tidur di kamar (sok sakit) dan macam-macam, jujur saya mau muntah melihatnya seperti emlihat gaya termehek-mehek weks….

anda bermain api, bersiaplah terbakar

susno dengan sombong -versi saya-. ketika di DPR bahwa dia berani mati, ungkapan ini buat saya terlalu sombong dan berlebihan, ga usah lebay lah, biasa aja. kalau mau bongkar ya bongkar saja ga usah pake pamer keberanian, sok pahlawan. anda bermain air jangan marah jika suatu saat air itu membasahi baju anda, begitu tho, dan jangan protes jika ada orang yang marah ketika ada orang menyiram anda dengan seember air karena dia terkena percikan air yang anda mainkan. tanggunglah resiko dan jangan cengeng, bukankah jendral itu tidak cengeng.

saya paling tidak suka uangkapan kaliamt tentang susno yang berbunyi “jika jendral saja diperlakukan seperti itu bagaimana rakyat biasa …? ucapan najis ini sunguh-sungguh menyingung ujung hati terdalam saya .. lebay… lebay…. hehehee, tapi jujur saya memang tidak suka dengan ungkapan itu, seolah-olah menandakan bahwa jendral harus diperlakukan berbeda, sperti kalu mau menangkap harus “maaf pak, anda saya tangkap boleh, silahkan pak menuju mobil, harus saya gendong” wekekek…. saya justru berharap para pejabat dan jendral itu ditangkap dengan digelandang dan seret seperti maling-maling ayam yang terkadang diperlakuakn tidak manusiawi.

hebat ya jadi susno, setelah ditangkap, keluarga langsung konfrensi perss, besoknya dijenguk anggota DPR, istrinya mengadu ke istri presiden lewat sekertarian negara, coba lihat nenek pencuri kakao di banyumas, atau seorang guru yang mengadu ke ibu ani karena sutet, kemudian di ciduk intelejen. manja manja manjanyaaa…….. emang lo sapa hah….. karena udah dianggap pahlawan sama banyak orang, maaf dimata saya tidak sama sekali.

boleh lah saya dianggap anti susno, dan pembela polisi, tidak apa-apa, toh dari lubuk hati terdalam saya benci poisi gara-gara pernah ditilang Rp.10.000 karena motor ga ada tutup pentilnya, reseh kan tuh polisi, emang bikin kesel hati kadang-kadang. tapi saya juga berterimakasih pada polisi yang memperkenankan saya buat bikin SIM dengan cara nembak, wekeke.,.,..

jendral susno semoga sehat di dalam penjara, sabar ya… hidup memang kejam, jangan cengeng, anda kan jendral, dikit-dikit nangis, di DPR nagis, konfrensi pers nangis, wajahnya juga yang gagah dong jangan menampilkan wajah memelas gitu. oia pak jendaral kok perut anda gendut ya…. sepertinya sesudah mengemban bintang di pundak, om jendral kurang olahraga dan kebanyakan makan, mungkin kemarin-kemarin sudah nyaman duduk jadi lupa olahraga, hehehe…. oia di dalam penjara, makannya tolong di jaga, nanti kalau pas nongol lagi di depan media terus kelihata kurus dikira ga dikasih makan sama kolega om jendral di dalam,… oke om susno selamat berjuang dan selamat menikmati… semoga sehat selalu dan selalu sehat. dan saya yakin penjara om jendaral beda dengan penjara dimana saya pernah tidur, ya kira-kira penjara kelas polsek dan mabes jelas beda, minimal di mabes itu pake kasur empuk, AC + TV…ehehhe…..

udah ah nulisnya sampe sini dulu, udah adzan maghrib, oia pak jendral jangan tinggalin sholat kecuali anda kena haid, hehehe, dan jangan tergoda buat poligami sama polwan-polwan yang cantik walau jauh dari istri….
Read More...

Jumat, 07 Mei 2010

Mereka, Diakui Dunia Terhina di Negaranya

12 comments
seberapa hebatkah manusia Indonesia ? saya tidak menyebutnya bangsa Indonesia tapi manusia Indonesia, bukan berarti saya makmum dengan pemahaman Pramoedya Ananta Toer yang menyatakan bahwa tidak ada yang namanya bangsa Indonesia tapi yang ada bangsa aceh, bangsa minang, bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa dayak, bangsa sunda, bangsa bugis, bangsa papua, bangsa bali, bangsa ambon dll. tapi saya lebih memahami pada kata manusia indonesia sebagai individu bukan sebagai kesatuan manusia yang disebut dengan bangsa.

jika anda mungkin masih penasaran tentang kehebatan manusia Indonesia, silahkan cari dalam 5 tahun terakhir berapa banyak medali kejuaraan Internasional dibidang sains dan sosial termasuk tekhnologi dan budaya yang menghiasi podium kebanggaan. dan bandingkan dengan apa yang dihasilkan oleh tetangga di sekitar ASEAN, maka jikalau semua prestasi itu digabungkan di ASEAN (kecuali Indonesia) dan dibandingkan dengan Indonesia maka Indonesia akan berada pada posisi tak terkalahkan. sayangnya berita kehebatan itu tak pernah termuat dengan baik, mungkin media lebih senang dengan berita negatif. tapi bukan itu yang akan saya tulis sekarang, tapi menulis tentang mereka yang luar biasa tapi dinista.

Kebangga dunia, di nista di Indonesia,

sudah lama rasanya saya kehilangan seorang Pramodya yang luar biasa, mengingat kebali Begawan Ekonomi Soemitro dan rindu akan suara Soekarno, dan intelektualitas Habibie serta humor khas Gus Dur. bagi saya nasib mereka tak jauh beda dengan Sri Mulyani, bukannya saya mau latah dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini tapi toh saya juga tidak bisa menutup memori saya mengingatkan kembali ketika syahrir diasingkan karena politik busuk. benar bahwa politik memang kejam. mereka yang terbaik bisa disingkirkan dan dihakimi dengan celoteh burung camar politikus. entah senayan entah istana. politik memang kejam. saya ingin menulis banyak tentang beliau-beliau tapi keterbatasan waktu yang membaut saya harus memilih tiga orang sebagai contoh dengan tiga bidang keahlian dan tiga situasi yang berbeda tapi dihadapkan pada satu kondisi dimana mereka “dibunuh oleh politik” dalam negerinya sendiri.

PRAMODYA ANANTA TOER,

seorang maestro sastra yang belum tertandingi di mata saya, kesalahan beliau mungkin hanya terdampar dalam LEKRA sepulang dari pertukaran budaya di eropa, dan akhirnya harus malang-melintang dalam penjara dari nusakambangan hingga buru. karya-karya yang beliau hasilkan mengantarkannya menjadi salah satu nominasi peraih nobel sastra, tapi negara tidak pernah mendukung prestasinya di tingkat dunia, kealpaan beliau yang pernah bergabung dengan LEKRA selalu diumbar para politikus yang tak mengerti sastra sehingga para juri Nobel terus membuatnya mengambang, negara bukannya mendukung justru malah mengucilkannya di dalam rumah bahkan hingga akhir hanyatnya beliau harus wajib lapor tiap hari kamis ke koramil setempat. akhirnya dalam situsi tak jelas Pram harus bertemu izrail terlebih dahulu dan impian dan harapan Indonesia satu-satunya untuk memiliki seorang peraih Nobel pupus sudah.dia hanya terjebak dalam situasi yang salah serta tempat yang salah dan politk menutup semua prestasinya. politik menghukumnya dengan kejam.

BAHARUDIN JUSUF HABIBIE

peraih summa cum laude di bidang teknin mesin pesawat terbang ini adalah kebanggan Indonesia di bidang tekhnologi, orang ini pula yang membuka mata manusia di tenggara asia ini berbicara dan menghentak dunia ketika dengan jumawa menerbangkan pesawat terbang buatan sendiri, dan saat itu china dan india hanya bisa terbengong-bengong dengan mulut menganga serta mata melotot. dengan prestasinya beliau menduduki jabatan wakil CEO di sebuah perusahaan konstrusi peswat yang bonafit di dunia. akhirnya politik meruntuhkan kiprahnya, Habibie di suruh pulang oleh preisden saat itu Soeharto dan memberi titah “kau boleh membuat apa saja asala jangan pernah melakukan makar” . Habibie mulai bekerja didirikan PTDI sekaligus membuat BPPT sambil menjabat Menristek. kecerdasannya membuat Habibie menjadi tujuan langakah sebagaimana saya ketika menjalani masa kecil. politik menghentikan langkahnya, PTDI menjadi BUMN dan atas titah sang raja akhirnya Habibie menyerah dan menjadi wapres (kondisi yang sebenarnya tidak jauh beda dengan Boediono saat ini). masa awal pasca reformasi beliau dituduh antek orba, politik menghakimi seorang ilmuan dalam pergulatannya dalam dunia kelam bernama politik, Habibie tentu cerdas tapi politik itu kejam. ia adalah satu-satunya presiden yang dihina di parlemen saat akan membaca pidato pertanggungjawaban. politik merampas semuanya, PTDI, “kecerdasannya”, kebanggaan kita. dia hanya terjebak dalam situasi yang salah serta tempat yang salah dan politk menutup semua prestasinya. politik menghukumnya dengan kejam.

SRI MULYANI INDRAWATI

sebenarnya saya mau menulis tentang begawan ekonomi Soemitro, yang menjadi bagian dari 5 pendekar penjaga ekonomi dunia di PBB pada masa itu. tapi sepertinya menulis seorang Srikandi, sang kartini moderen, seorang Ibu, tentu akan lebih spesial. saya tentu tidak perlu menulis banyak hal tentang beliau, penghargaan dari Times yang memasukannya dalam 100 wanita berpengaruh di dunia dan perstasinya meraih predikat menteri keuangan terbaik asia 3 kali berturut-turut dan predikat mentrei keuangan terbaik dunia versi euromany, akhirnya kini bank dunia memangginya sebagai MD. salah satu alasan diterimanya Indonesia dalam G20 adalah keberadaan Sri Mulyani. akankah Sri Mulyani bernasib sama seperti Pramodya yang dikucilkan karena sebuah keputusan yang diambilnya dalam posisi terjepit dan akhirnya bernasib seperti Habibie yang “dinodai” parlemen. Sri Mulyani berada dalam posisi itu sekarang, dihakimi politikus dengan ilmu politik dan menutup semua prestasi yang beliau hasilkan untuk negeri ini. maka kita yang akan menjawabnya bersama seperti siapa nasib Ibu Sri, Syahrir yang disingkirkan Soekarno, Soekarno yang disingkirkan Soeharto. dan soeharto yang akhirnya menyerah. akankah Sri Mulyani nasibnya seperti Soemitro sebagai sesama ekonom. dan sejarah serta waktu yang akan menilai jawaban kita, saya, anda, word bank, euromany, times, DPR, Media, Pemerintah, hingga desir angin yang berhembus. seperti apa bangsa ini menilai manusianya.
Read More...