Selasa, 23 Oktober 2012

Saat Para Pengecut Perang di Kompasiana

Leave a Comment
sumber gambar : ictwatch.com

seorang legenda Rap Amerika Serikat Tupac Sakhur berujar A coward dies a thousand times, a soldier dies but once” seorang pengecut mati ribuan kali dan seorang prajurit hanya mati sekali. saya kira itulah yang mungkin pernah terjadi di kompasiana, saat akunnya dibekukan karena melakukan pelanggaran pada sebuah peraturan, maka dia akan membuat akun yang sama atau bisa jadi akun yang berbeda untuk melakukan hal yang sama, sesuatu hal atau perbuatan yang menyebabkan dia mati (akun dibekukan). namun bukan pengecut versi tupac sakhur yang mau saya tulis, tapi para pengecut yang bersembunyi di balik akun-akun anonim.

saya bukan orang yang menggugat akun anonim atau nama pena, tapi saya merasa aneh saat para badut saling bertengkar. buat saya akun dengan nama pena atau sejenisnya baik-baik saja, mungkin orang itu punya alasan rasional seperti takut dikira sombong karena tulisannya bagus atau merasa nyaman dengan menutup identitas asli, silahkan saja. namun yang membuat mirirs dan menyedihkan adalah akun-akun anonim itu bertengkar saling mengejek dan menjatuhkan seperti contoh di kanal bolaya memang ada beberapa yang memakai keterangan asli, tapi kebanyakan kan yang bertengkar akun-akun badut.

sekali lagi saya tekankan, tidak masalah akun mau di buat anonim sekalipun, namun jika menggunakan akun anonim itu untuk menyerang orang lain, mengejek, melecehkan, atau sejenis perbuatan tercela lain, buat saya sang pemilik akun tersebut sama saja dengan pengecut atau pecundang. kalau melempar batu atau memukul orang ga perlu bersembunyi di balik “kostum”. tunjukan saja jati diri, bertengkar dan adu argumen secara pemberani.

Ayaan Hirsi Ali seorang penulis dan aktivis kelahiran somalia, yang pada tahun 2005,  dimasukan oleh majalah Time sebagai salah satu dari 100 paling berpengaruh orang di dunia mengatakan, “Tolerance of intolerance is cowardice.” orang yang tidak bertoleransi dengan orang lain adalah pengecut. pengalaman hidup Ayaan di somalia yang penuh deru peperangan menjadi yurisprudensi pernyataannya tersebut, bukankah intoleransi para IPL mania dan ISL mani di kanal bola adalah cerminan para pengecut setidaknya dalam pandangan Aryaan Ali.

wajah-wajah akun badut sepertinya adalah para pengecut yang mau mengejek orang tapi tidak mau diejek. dan yang aneh justru sesama pahlawan bertopeng itu bertengkar, yang kalau dipikir rasional dia tidak tahu dirinya siapa dan tidak tahu bertengkar dengan siapa. sama-sama keras kepala, dan sama-sama sok tahu tentang bola. saya hanya mencoba menaksir dan mengkira-kira saja kalau akun-akun aneh yang sengaja di buat untuk bertengkar tentang bola “pengelolanya” mungkin tidak pernah terlibat dengan industri sepakbola sebenarnya. sama-sama tidak tahu jati diri dan sama-sama tidak tahu materi. keduanya bertengkar atas dasar katanya di diadukan untuk mencari pembenaran masing-masing.

seorang pemenang nobel sastra tahun 1947 bernama Andre Gide pernah menulis begini “Fear of ridicule begets the worst cowardice” maka jika anda masih bertengkar sesama akun-akun anonim dan dibuat hanya untuk sekedar mengejek dan takut diejek maka itu bisa di sebut -menutip andre gide-  pengecut terburuk.
Read More...