Rabu, 13 Oktober 2010

Pukulan yang Menenangkan

Leave a Comment

shelter trans jogja KOPMA UGM, jogja yang teduh, matahari tak bersinar terlalu terik sore ini ditengah sepoi angin yang beradu dengan deru mesin-mesin kendaraan jalan kaliurang. tiba-tiba terdengar ledakan dari sudut shelter. bukan ledakan bom, tapi sebuah tangisan bayi yang digendong seorang ibu. meledaklah tangisan itu menyingkirkan desir angin yang dingin, membekap deru kendaraan jalanan di tengah kepenatan bus trans jogja yang tak kunjung datang.

semua mata tertuju pada bayi yang digendong itu, entah berapa bulan usianya, tapi yang pasti bayi itu hanya bisa menangis, tangisan yang tak pernah tahu kapan kan berhenti. semua mata di shelter memperhatikan bayi itu dengan tajam, penuh selidik, dan muka yang tegang bercampur aduk, ada yang kasian, ada yang merasa teganggu, ada sebagian kecil yang acuh dan tak acuh. seharusnya di saat seperti itu wajah si ibu tegang, karena selain si bayi yang jadi pusat perhatian si ibu tentu juga salah satu pusat penyelidikan.

si ibu tak peduli lingkungan sekitar, dengan tenang dan penuh kelembutan memukul-mukul pantat si bayi satu dua pukulan. dan mengelurkan ucapan-ucapan kecil “cup, cup cup” sejurus kemudian si ibu melakukan hal yang sama sekali lagi dengan penuh perasaan dan kelmbutan, pantat si bayi dia pukul-pukul lagi dengan perlahan. ajaib si bayi tiba-tiba terdiam dan tenang kembali, di usp wajah si bayi yang mulai berkeingat. perlahan namun pasti bayi tersebut mulai tersenyum dalam ketenangannya.

si bayi tak peduli pengapnya shelter dan deru mesin-mesin kendaraan di jalanan. sunguh pemandangan yang menakjubkan. bayi yang masih putih bersih tanpa dikotori segala macam dikotomi penafsiran prilaku manusia menafsirkan sebuah pukulan sebagi bentuk kaih sayang dan sang ibunda. bayi bisa membaca bahwa pukulan itu bukan siksaan tapi sebuah arti kasih sayang.

bayi belum pernah menyaksika bahwa pukulan adalah kekerasan seperti isi film dan bacaan. dia merasakan naluri dari ibu, naluri ibu inilah yang diserap oleh naluri yang sama pada si bayi. pikiran dan hati yang bersih seorang bayi mendapat inpluf yang positif dari sang ibu dengan memaknai sebauh tepukan atau pukulan. hal yang ketika bayi itu beranjak dewasa akan hilang akibat pengaruh lingkunga dan pergaulan.

apakah ketika bayi itu menjalani usianya, merangkak hingga berlari, dan otak serta hatinya mulai teisi berbagai macam hal sehingga tidak murni lagi, masihkah bayi itu sat dewasa nani memaknai pukulan halus orang tuanya sebagai sebuah bentuk kasih sayang ataukah dia akan menganggap pukulan orang tuanya sebagai sebuah siksaan. waktu yang akan menjawab apakah pukulan yang sama dari orang yang sama akan dimaknai sama pula ketika si bayi itu ada di bangku SMP bahkan SMA.
Read More...

Selasa, 12 Oktober 2010

Rumput Kering

Leave a Comment

kering kerontang tanah gresang
pertanda musim mulai usang
rumput-rumput hijau berubah kuning
bebas terbang wahai rumput kering

dengung dzikir mengurai kalbu
rumput-rumput terbang bagai debu
kisah hidup tak pernah menentu
hancur lebur hidup bagai abu

rumput-rumput kering tak lagi menarik untuk kambing
menambah permasalahan petani yang semakin pusing
terbentuk garis-garis tanah yang terbongkah
menelanjangi lidah akar yang mengangah

banyak hati tak lagi peduli
akan nasib petani dan kuli

Read More...

Senin, 04 Oktober 2010

Sketsa Keberagaman di Sudut Jogja

61 comments
Ketika saya mengetahui adanya kontes menulis atau dalam bahasa David Beckham disebut Writing contest akan diadakan dalam rangka meramaikan Pesta Blogger 2010, saya terkejut dan sibuk sendiri. sibuk bukan sembarang sibuk tapi sibuk karena terkejut bahwa tema yang diusung seperti filosofi kalimat pusaka Indonesia "bhineka tunggal ika" dan oleh para blogger bahasanya disederhanakan menjadi "merayakan keberagaman". secara filosofis kedua frase kata itu memiliki makna yang sama, untuk itulah saya mengobrak-abrik 3 rak buku di kamar saya untuk mencari refrensi makna dari "keberagaman".

saya memang menemukan beberapa literatur sebagai refrensi tulisan, seperti tentang kisah Ibnu Rusyd yang pernah berfriksi dengan Imam Al-Ghazali tentang filsafat dan agama sehingga di ujung kisah ,Ibnu Rusyd mendapat gelar filusuf peletak tonggak perbedaan atas tiga prinsip dasar yang beliau kemukakan, tiga prinsip dasar itu antara lain, Pertama, keharusan untuk memahami yang lain dalam sistem referensinya sendiri. kedua, adalah prinsip menciptakan kembali hubungan yang subur antara dua kutub dengan mengedepankan hak untuk berbeda. dan yang ketiga, mengembangkan sikap toleransi.


bahkan dalam rangka pengobrak-abrikan rak buku saya menemukan dua buku yang mengulas keberagaman satu fiks dani satu lagi nonfiksi. buku fiksi yaitu novel karya Oki Madasari berjudul "Entok". novel yang terbit zaman orde baru ini menceitakan kisah perlawanan melawan anti-keberagaman. sedangkan buku non fiksi yang berhasil saya temukan buku berjudul "Rethinking Multiculutralism, Keberagaman Budaya dan Teori Politik". tapi semua itu tidak memuaskan dahaga saya untuk memaknai arti dari "merayakan Keberagaman".

sebagian kwana-kawan yang hadir minus yg telat (canting doc)
beberapa angota komunitas blogger canting

ditengah keputusasaan minimnya refrensi yang saya coba untuk dapatkan, saya justru mendapat SMS dari seorang kawan blogger "inget, ya.... nanti sore jam4 kumpul di TBY, seperti biasa jangan telat dan bawa konsumsi sendiri". ya, itu adalah pesan pendek pemberitahuan untuk kopadar komunitas "canting", komunitas blogger kecil-kecilan di Jogja. tanpa pikir panjang saya balas pesan pendek itu dengan kata "YA...".

akhirnya, dalam kata-kata "canting", "blogger", "komunitas", "keberagaman". sebuah garis kata imajiner yang membuat saya bisa menarik benang lurus yang tidak kusut dalam memaknai frasa "merayakan keberagaman" yang di usung dalam pesta blogger 2010. sebuah pesan pendek dari kawan blogger itu menarik memori saya jauh kebelakang, kepada teman-teman yang sering kopdar, tentang para blogger dari berbagai macam suku dan agama serta pemahaman yang berbeda dapat disatukan dalam sebuah komunitas kecil bernama "canting".

jujur saya menyadari, saya terlalu rumit berfikir tentang keberagaman. saya berfikir dan memaknainya terlalu filosofis dan akademis untuk mencari refrensi yang memuaskan, tapi ternyata saya justru menemukannya di sekeliling saya sendiri. keberagaman dan blogger dua kata yang saya temukan dalam satu kata "canting". sebuah komunitas blogger kecil di jogja yang nomaden tapi memiliki sebuah makna yang mendalam.

di "canting" inilah saya menemukan kawan-kawan blogger dalam satu komunitas yang disatukan oleh perbedaan namun mengusung visi yang sama. disatukan oleh perbedaan disitu kata kuncinya. kami di komunitas canting bersama bukan karena kami sama tapi bersama karena kami berbeda. di komunitas ini budaya egaliter tercermin dari kebiasaan kami saat kopdar yang selalu bergaya lesehan entah itu di Taman Budaya Yogyakarta maupun di Trotoar Titik Nol Jogja.

disini saya bisa bertemu berbagi macam orang dan latar belakang mapun sudut pandang berfikir. saat duduk sebagai blogger tidak pernah ada yang berdiri angkuh memamerkan latar belakang dirinya tapi semua bersatu dalam satu kata yaitu blogger, ada fotografer, pengusaha, jurnalis, teknisi, guru, mahasiswa (dari berbagai jurusan), anak SMA, dosen, penulis, editor buku, dan berbagai macam latar belakang. selain latar belakang pendidikan dan profesi komunitas ini berasal dari berbagai macam agama dan suku. ada mas Amrul dan mas Agung yang dari Sulawesi hingga mas Mumu dari lampung dan mas Sigit dari Padang. keberagaman itu semua disatukan dalam dua hal blogger dan Jogja. jadi keberagaman juga perlu disatukan dalam sebuah bentuk, dan bentuk itu berupa dua kata blogger dan Jogja.

perbedaan dan keberagaman inilah yang akhirnya memunculkan ide-ide dan konsep baru dari setiap pertemuan dan diskusi baik di alam maya maupun dunia nyata. hingga muncul ide-ide yang luar biasa yang berhasil disimpulkan dari masukan yang terkumpul. disinilah letak nilai dari keberagaman yang sesungguhnya, dari keberagaman akhirnya dapat membentuk sesuatu yang baru dan lebih baik. semakin beragam semakin bik asal juga diilhami untuk saling memahami dan mengerti.

kebersamaan dan keceriaan serta tawa ini semoga tidak cepat berlalu
salah satu aksi sosial di sanggar anak

lalu bagaimana bisa bersama padahal berbeda?
canting memang diusung dari hal yang sederhana, saat beberapa bogger kompasiana mengadakan kopdar, lama berlangsung ada keinginan untuk membentuk sebuah komunitas blogger jogja sebagai wadah untuk saling berinteraksi sesama kompasianer (blogger) di wilayah jogja dan sekitarnya. akhirnya di usung nama canting, sebuah alat untuk membatik dengan filosofi sederhana bahwa anggota canting akan "membatik" blog dan dunia dengan tulisan-tulisan tentang jogja dari berbagai sudut pandang.

di "canting" inilah kami tidak dituntut untuk disatukan dalam satu "ruang" walaupun cikal bakalnya berasal dari blogger kompasiana. kami tetap bebas menulis di blog-blog masing-masing ada yang aktif di kompasiana, di blogspot, di multiply, di wordpress, dan bermaca-macam blog pribadi. namun saat kami kopdar tidak pernah mengusung nama blognya. karena saat kopdar itulah mendapat ilmu selain keakraban. saat bertemu banyak yang dibahas, dari mulai tukar-menukar buku, diskusi film terbaru hingga aksi sosial dari pinggir pantai dengan menanam mangrove hingga bantaran kali sebagai aksi untuk anak-anak kurang mampu. dan kini masih dala persiapan membangun sangar anak untuk korn gempa jogja di wilayah perbukitan perambanan, sebagai pembuktian bahwa manusia-manusia maya dapat berguna didunia nyata.

ada hal kecil disekitar kita sebagai sebuah pembelajaran yang justru sangat luar biasa. saya tidak pernah bisa menarik makna dari keberagaman dalam setiap buku refrensi maupun kisah yang saya dengar, tapi saya justru menemukannya di lingkungan sekitar yang sebelumnya tidak pernah masuk dalam hitungan. saya akhirnya sedikit mengerti tagline yang diusung oleh pesta blogger tentang keberagaman.

bersantai di trotoar sambil nungu teman yang lain (canting doc)
kebiasaan kopdar lesehan di trotoar (egaliter, keberagaman dan kebersamaan)

I had jumped off the edge, and then, at the very last moment, something reached out and caught me in midair. That something is what I define as diversty. It is the one thing that can stop a man from falling, powerful enough to negate the laws of gravity. ada sebuah sketsa kecil di sudut jogja tentang sebuah makna dari keberagaman, fragmen-fragmen yang tersaji seperti sebuah mimpi tak terbeli. di sudut inilah dalam sebuah komunitas kecil tersaji sebuah keberagaman yang bukan sebatas ilusi.
satu kata satu perbuatan. kebersamaan itulah harga paling mahal yang tak bisa dibayar dengan uang tapi bisa dibeli dengan saling memahami. mari menerima perbedaan dengan senyuman.

Dalam kaitan semua hal itu pula, risiko keberagaman yang sepantasnya dirayakan, tak perlu melahirkan hero baru. Sebagaimana analogi dalam dunia industri, siapa pun sah menulis apapun dalam blognya asal dibarengi rasa tanggungjawab. Sebagaimana dalam lingkungan petani, maka menjadi lumrah jika siapa pun yang sanggup menanam dan memelihara padi, ya, tanamlah dan peliharalah padi tersebut. Eghm, kini, momentum para blogger Indonesia untuk unjuk gigi, mengkarnavalkan dirinya sudah tiba, karena tuntutan situasi. Di luar tetek-bengek persoalan bangsa saat ini, sebagai konsekuensi seleksi alam kita tinggal menunggu waktu, apakah blogger-blogger Indonesia akan menjadi pualam, melabu, ataukah malah bertalu, meraih zaman keemasannya.

Hiduplah para blogger dalam keberagaman eksperimentasi karnaval estetika.
Read More...

Jumat, 01 Oktober 2010

Sempurna Itu Omong Kosong

Leave a Comment

saya tidaklah berbicara tentang kesempurnaan dalam luang lingkup Tauhid, tapi kesempurnaan dalam sebuah ekosistem kemanusiaan, bahwa tak ada yang sempurnah dalam hidup manusia, Tuhan memang menciptakan manusia dalam sebuah kesempurnaan, tapi manusia tidaklah bisa sempurna dalam hidupnya. untuk itu sebuah kesalahan besar jika kita semua mengharapkan kesempurnaan dalam setiap langkah yang kita lakukan, tapi perlu dicatat satu hal bahwa kita berjuang untuk lebih baik.

mengejar kesempurnaan, perfecsionis, selalu di awali dengan tidak mau mentolerir kesalahan oran lain dan pada tahap selanjutnya mudah tersulut emosi. Jika terluka bathinnya ada bara emosi yang akan meledak tiba-tiba. orang yang mengejar kesempurnaan banyak mengalami kejadian menghadapi orang yang yang berpikir sempurna dan selalu mengeluh melihat lingkungan semrawut, tidak rapi dan berantakan. Mulut nyerocos, melihat orang lain sebagai biang dari keruwetan dan tidak suka introspeksi diri.

timbul kenekatan dengan ancaman yang mengerikan. Letupan emosinya sungguh luar biasa, Mengejar kesempurnaan memang bagus tapi jika menjadi obsesif dan ekstrem dalam implementasikan bisa membahayakan komunikasi personal, interaksi sosial dan hubungan antar sesama. tak perlu mengejar kesempurnaan agar semuanya terlihat baik, cukuplah berbuat baik dengan menghargai oranglain. karena kesempurnaan dan kebaikan dimata kita belum tentu menjadi hal yang sama di mata orang lain.

saling memahami dan memberi solusi serta mencari titik temu adalah lebih baik dari saling ngotot untuk mempertahankan pemahaman yang dirasa paling benar. jikapun akhirnya usul dan pemahaman kita menjadi minoritas (baca:kalah) maka itu bukanlah kita menjadi jelek, tapi lebih pada adanya pemahaman yang berbeda.

kita tidak akan pernah pernah menjadi sempurna, jika pendapat kita ditolak dalam suatu forum dan komunitas itu tidak ahrus kita kelur dari mejelis. satu kata satu perbuatan. kebersamaan itulah harga paling mahal yang tak bisa dibayar dengan uang tapi bisa dibeli dengan saling memahami. mari menerima perbedaan dengan senyuman.
Read More...