Jumat, 01 Oktober 2010

Sempurna Itu Omong Kosong

Leave a Comment

saya tidaklah berbicara tentang kesempurnaan dalam luang lingkup Tauhid, tapi kesempurnaan dalam sebuah ekosistem kemanusiaan, bahwa tak ada yang sempurnah dalam hidup manusia, Tuhan memang menciptakan manusia dalam sebuah kesempurnaan, tapi manusia tidaklah bisa sempurna dalam hidupnya. untuk itu sebuah kesalahan besar jika kita semua mengharapkan kesempurnaan dalam setiap langkah yang kita lakukan, tapi perlu dicatat satu hal bahwa kita berjuang untuk lebih baik.

mengejar kesempurnaan, perfecsionis, selalu di awali dengan tidak mau mentolerir kesalahan oran lain dan pada tahap selanjutnya mudah tersulut emosi. Jika terluka bathinnya ada bara emosi yang akan meledak tiba-tiba. orang yang mengejar kesempurnaan banyak mengalami kejadian menghadapi orang yang yang berpikir sempurna dan selalu mengeluh melihat lingkungan semrawut, tidak rapi dan berantakan. Mulut nyerocos, melihat orang lain sebagai biang dari keruwetan dan tidak suka introspeksi diri.

timbul kenekatan dengan ancaman yang mengerikan. Letupan emosinya sungguh luar biasa, Mengejar kesempurnaan memang bagus tapi jika menjadi obsesif dan ekstrem dalam implementasikan bisa membahayakan komunikasi personal, interaksi sosial dan hubungan antar sesama. tak perlu mengejar kesempurnaan agar semuanya terlihat baik, cukuplah berbuat baik dengan menghargai oranglain. karena kesempurnaan dan kebaikan dimata kita belum tentu menjadi hal yang sama di mata orang lain.

saling memahami dan memberi solusi serta mencari titik temu adalah lebih baik dari saling ngotot untuk mempertahankan pemahaman yang dirasa paling benar. jikapun akhirnya usul dan pemahaman kita menjadi minoritas (baca:kalah) maka itu bukanlah kita menjadi jelek, tapi lebih pada adanya pemahaman yang berbeda.

kita tidak akan pernah pernah menjadi sempurna, jika pendapat kita ditolak dalam suatu forum dan komunitas itu tidak ahrus kita kelur dari mejelis. satu kata satu perbuatan. kebersamaan itulah harga paling mahal yang tak bisa dibayar dengan uang tapi bisa dibeli dengan saling memahami. mari menerima perbedaan dengan senyuman.

0 komentar:

Posting Komentar

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)