Rabu, 26 September 2012

Karena Darah Dibayar Darah

Leave a Comment
sumber: jawaban.com

saya bersyukur bahwa tv yang biasa saya tonton sudah tak lagi berfungsi sejak awal bulan september ini, syukur saya karena tanpa televisi ternyata hidup menjadi lebih tenang dan damai. itulah mengapa tahu tentang banyak hal tak selamanya menyenangkan, terutama jika televisi lebih sering mengangkat seolah-olah negeri ini akan hancur serta dialog-dialognya tak lebih dari upaya presenter untuk adu domba, ya perdebatan yang berakhir tanpa solusi.

namun ternyata berita buruk tak selamanya dihindari, duduk nyaman di kursi tunggu sebuah rumah sakit swasta membawa saya pada sebundel koran kompas hari ini yang memberitakan tentang kematian seorang pelajar yang tewas akibat tawuran. di susul kemudian siaran tv-tv -terutama- saluran berita yang memberitakan hal itu dengan sangat bombastis di tayangan kala maghrib datang. ternyata duduk santai di sebuah rung tunggu rumah sakit untuk sekedar melepas penat toh justru menambah kepenatan baru. itulah mengapa sesungguhnya manusia -zaman sekarang- tidak bisa menghindari penetrasi media yang sangat menjenuhkan.

menurut anda apakah berita tentang siswa tewas saat tawuran adalah berita luar biasa? buat saya -maaf- sama sekali tidak. itu bukanlah berita istimewa. di daerah siswa tawuran hampir tiap hari, bisa saja setiap bulan atau bahkan setiap minggu ada yang tewas di tangan teman sebayanya sendiri. hanya saja karena kejadian yang sedang ramai kini terjadi di jakarta dan melibatkan sekolah orang-orang elit dan berduit maka kejadian itu menjadi peristiwa luar biasa.

lalu kenapa tawuran tidak pernah selesai? karena harga diri!. setiap orang tua, setiap pengamat, setiap praktisi, dari segala macam menteri sialahkan berkomentar dan sok perhatian dengan memberi solusi, toh buat saya omongan mereka tak lebih dari gumpalan cairan ludah yang siap untuk di muntahkan. apa yang terjadi antar dua SMA di jakarta adalah guratan sejarah dendam yang tak kan pernah hilang. karena sejarah di tulis dengan darah.
ibarat orang sunni-syiah yang sulit berdamai, ibarat dendam indonesia akan belanda atau malaysia, ibarat timur tengah yang penuh amarah pada amerika, ibarat perseteruan korea utara dan selatan, ibarat dendam china pada jepang, ibarat kita akan dendam kita sendiri. sebagian dari kaum dan dari golongan kita mungkin bisa berdamai dan menganggap sebuah perseteruan antar golongan biasa dan bukan hal besar, namun bagi sebagian dari golongan kita bisa jadi itu adalah api dalam sekam yang bisa diledakkan.

apakah omongan saya membesarkan masalah? tidak sama sekali. lihat di indonesia sebagain dari kita berseteru dengan malaysia adalah tindakan omong kosong dan kurang kerjaan, tapi buat sebagian orang itu adalah soal pertaruhan harga diri. itu juga buat siswa dua sekolah yang berseteru, bagi sebagian besar siswa tawuran adalah kegiatan kurang kerjaan, tapi buat sebagian kecil siswa tiu soal harga diri dan nama baik.

ya, darah di bayar darah. dan kematian dibayar kematian. kematian siswa di salah satu sekolah akan memicu dendam keturunan di sekolah lain. tak kan berhenti hingga disini, karena sekali lagi sejarah di tulis dengan darah. kisah ini akan direkam di ceritakan, di dongengkan, di mitoskan, dari kelas, kantin, perpustakaan, ruang guru, pos satpam, laboratorium, hingga toilet sekalipun.

setiap tawuran adalah legenda kebanggan dan luka serta kematian adalah bumbu yang harus ditaburkan. anda hari ini berfikir bagaimana mendamaikan kedua sekolah yang berseteru. maka biarkan mereka mengangkat tombak dan pedang di tengah jalan, biarkan mereka saling membunuh sesamanya, dan biarkan guru serta orang tua mereka menyaksikan keberingasan dan keganasaan saat seorang manusia muda menjadi izrail untuk teman sebayanya. biarkan para guru dan orang tua menjadi saksi darah merah yang tercurah di atas kain putih dan abu-abu. biarkan setiap orang menjadi saksi atas hal itu. hadirkan para jagoan penuh  dendam di ring pertarungan beralaskan aspal hitam. dan biarkan dendam dibalaskan. dan biarkan kengerian tubuh muda yang merangkak, menggeliat menjemput kematian di saksikan oleh jiwa-jiwa penuh amarah. dan biarkan mereka melihat kematian yang sangat mengerikan.
sekian, dari sudut indonesia dimana darah menetes dengan percuma.
Read More...