shelter trans jogja KOPMA UGM, jogja yang teduh, matahari tak bersinar terlalu terik sore ini ditengah sepoi angin yang beradu dengan deru mesin-mesin kendaraan jalan kaliurang. tiba-tiba terdengar ledakan dari sudut shelter. bukan ledakan bom, tapi sebuah tangisan bayi yang digendong seorang ibu. meledaklah tangisan itu menyingkirkan desir angin yang dingin, membekap deru kendaraan jalanan di tengah kepenatan bus trans jogja yang tak kunjung datang.
semua mata tertuju pada bayi yang digendong itu, entah berapa bulan usianya, tapi yang pasti bayi itu hanya bisa menangis, tangisan yang tak pernah tahu kapan kan berhenti. semua mata di shelter memperhatikan bayi itu dengan tajam, penuh selidik, dan muka yang tegang bercampur aduk, ada yang kasian, ada yang merasa teganggu, ada sebagian kecil yang acuh dan tak acuh. seharusnya di saat seperti itu wajah si ibu tegang, karena selain si bayi yang jadi pusat perhatian si ibu tentu juga salah satu pusat penyelidikan.
si ibu tak peduli lingkungan sekitar, dengan tenang dan penuh kelembutan memukul-mukul pantat si bayi satu dua pukulan. dan mengelurkan ucapan-ucapan kecil “cup, cup cup” sejurus kemudian si ibu melakukan hal yang sama sekali lagi dengan penuh perasaan dan kelmbutan, pantat si bayi dia pukul-pukul lagi dengan perlahan. ajaib si bayi tiba-tiba terdiam dan tenang kembali, di usp wajah si bayi yang mulai berkeingat. perlahan namun pasti bayi tersebut mulai tersenyum dalam ketenangannya.
si bayi tak peduli pengapnya shelter dan deru mesin-mesin kendaraan di jalanan. sunguh pemandangan yang menakjubkan. bayi yang masih putih bersih tanpa dikotori segala macam dikotomi penafsiran prilaku manusia menafsirkan sebuah pukulan sebagi bentuk kaih sayang dan sang ibunda. bayi bisa membaca bahwa pukulan itu bukan siksaan tapi sebuah arti kasih sayang.
bayi belum pernah menyaksika bahwa pukulan adalah kekerasan seperti isi film dan bacaan. dia merasakan naluri dari ibu, naluri ibu inilah yang diserap oleh naluri yang sama pada si bayi. pikiran dan hati yang bersih seorang bayi mendapat inpluf yang positif dari sang ibu dengan memaknai sebauh tepukan atau pukulan. hal yang ketika bayi itu beranjak dewasa akan hilang akibat pengaruh lingkunga dan pergaulan.
apakah ketika bayi itu menjalani usianya, merangkak hingga berlari, dan otak serta hatinya mulai teisi berbagai macam hal sehingga tidak murni lagi, masihkah bayi itu sat dewasa nani memaknai pukulan halus orang tuanya sebagai sebuah bentuk kasih sayang ataukah dia akan menganggap pukulan orang tuanya sebagai sebuah siksaan. waktu yang akan menjawab apakah pukulan yang sama dari orang yang sama akan dimaknai sama pula ketika si bayi itu ada di bangku SMP bahkan SMA.
0 komentar:
Posting Komentar
bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)