Di Indonesia makna sebuah gelar seperti menjadi sebuah kewajiban yang harus menempel pada sebuah "do'a" yang telah diberika orang tua ketika anak manusia lahir. Gelar adalah sebuah kewajiban bagi mereka yang memiliki jabatan atau seorang berharta yang ingin kelihatan lebih terhormat, bagi mereka yang tak sempat mempunyai gelar tentu mereka akan membelinya. Gelar adalah label yang tidak boleh tidak harus di sebutkan atau di tuliskan mengikuti nama lahir di setiap situasi dan kondisi, karena itu bisa menunjukan "kasta" seseorang dalam masayarakat dan lingkungannya. Melihat kondisi sekarang ini hampir setiap institusi baik itu pendidikan maupun bukan dengan senang hati akan memberikan gelar kepada seseorang, dan dapat diyakini gelar itu tidaklah "gratis". Kita melihat hampir semua caleg, pejabat dan tokoh masyarakat dipastikan memiliki gelar, dari gelar berbau keagamaan seperti "HAJI" sampai gelar prestisius di bidang pendidikan seperti "PROFESOR".
Tetangga saya pernah bilang, bahwa gelar itu mahal dan tak ada gelar yang gratis, dan banyak orang tak rela jika sudah mengeluarkan uang banyak tapi berakhir tanpa gelar.
beberapa gelar yang begitu laris manis di tanah ibu pertiwi ini yaitu gelar "HAJI", mungkin hampir 97% orang-orang yang pernah naik haji di Indonesia akan menempelkan huruf "H" di depan namanya, dan akan tersinggung jika "label" itu tak di sebutkan ketika menyebutkan nama sang pak haji.
kenapa orang begitu tak rela jika sudah pernah naik haji tapi orang tak menyebutnya pak haji ???
jawabannya sederhana, karena haji itu mahal, ini masuk akal karena biaya berangkat naik haji di indonesia adalah yang PALING MAHAL di dunia. jadi "gelar haji itu mahal". sehingga di pedesaan pak haji bukan hanya seorang yang ilmu agamanya tinggi tapi juga menandakan orang itu termasuk berharta. padahal gelar haji tak pernah mencerminkan tingkat keimanan seseorang, gelar itu seperti sebuh gelar "pasaran" sehingga seorang bupati, gubernur, bahkan presiden pun, menempelkanhuruf "H" d depan namanya. pertanyaannya adalah, adakah seseorang yang pernah haji tak mau di panggil "pak haji"....???? perlu di catatat gelar ini HANYA ada di indonesia.
Gelar lain yang banyak di sandang di Indonesia adalah gelar dari bidang akademis, seperti prof, DR, SPd, dr, dll.....
dulu sebelum milenium gelar di bidang akademis lebih singkat seperti "Drs" mencerminkan keilmuan teori atau "Ir" yang mencerminkan teknik. Label ini biasanya di letakan di depan nama. Tapi gelar ini banyak di gugat karena tidak mencerminkan kemampuan seseorang di bidangnya. sehingga muncul banyak gelar yang di keluarkan berbagai disiplin ilmu tertentu di kampus, seperti "SH" untuk sarjana hukum, "Ssi" untuk yang berhubungan ilmu pengetahuan.
Anehnya dalam masalah gelar inipun salah dalam penulisan, coba lihat kenjangan "Ssi" sarjana science, saya yakin sebodoh-bodohnya orang tau itu gabungan 2 bahasa, kenapa tidak Sip (sarjana ilmu pengetahuan), orang itu ingin kelihatan internasonal, padahal terlihat rancu dari tata bahasa.
sehingga banyak pelesetan untuk gelar gelar akademis seperti Ssi (sarjana sok intelek), Spd (sarjana pak d(g)uru), atau Amd (ahli manipulasi data).
semakin tinggi gelar maka akan semakin banyak pula label yang menempel di namanya, sehingga terlihat lebih panjang geelar daripada namanya, contohnya rektor tempat saya kuliah itu bernama Prof Ir Sudjarwadi MEng PhD (UGM), atau nama Prof.Dr.Mochtar Kusumaatmadja, S.H.,LL.M. (Emeritus) pengajar di unpad.
tapi biarlah orang bahagia dengan gelar yang di miliki atau yang tengah di kejarnya.
saya mungkin termasuk anak manusia yang tengah mengejar gelar, sehingga saya kadang lupa apa yang sedang saya cari gelar atau ilmu.
yang masih membuat saya penasaran, adakah dari para pemilik gelar prestisius itu menghayati falsafah ilmu padi, adakah profesor atau KH, rela di tuliskan namanya tanpa embel-embel gelar ???
kayaknya ga ada mas ornag yang berilmu padi, kecuali hanya sedikit saja. dan anda mungkin salah satunya dari yang sedikit itu.
BalasHapusnumpang mampir... n.. salam kenal...
BalasHapuskayaknya sih ada sejarahnya nih...
BalasHapusmungkin semenjak zaman nenek moyang, semuanya uda gandrung ama gelar...
cuma kalo dulu gelar-nya gelar keningratan...
dan tiap daerah di Indonesia, rata-rata punya sejarah kerajaan yang ada ningratnya...
mungkin gandrung ama gelar tuh semacam penyakit keturunan...
hehehe....
yah namanya indonesia...
BalasHapuskalau kagak ada glar maka kamu kagak akan dihargai kalau kagak percaya pergi deh di t4 aq...
Orang luar malah nanya gelar Drs... "Why Dr. with "s"?... whether he has a that many doctors degree?
BalasHapusGelar hanya trophi!
BalasHapusbagi saya, gelar itu bukan jaminan keberhasilan dan kepandaian seseorang. yg penting adalah kemauan dan ketekunan. apalah arti gelar jika kita tidak bisa menerapkan ilmu yg kita peroleh dg baik?
BalasHapusGelar ya? .. hmmm yg pasti, dlm pola pikir kita udh ditanamkan dogma bahwa kl punya embel2 gelar, seseorang itu dianggap lbh tinggi statusnya dr org kebanyakan... pdhl gelar hanya simbol bahwa seseorang telah selesai menjalani proses pembelajaran tertentu dan bukan berarti bahwa ada pembedaan perlakuan, pembedaan kasta ato apalah .. krn pd dasarnya smua org sama dimata hukum dan dimata Tuhan .. bergelar ato tidak
BalasHapusKalo gelar akademik, boleh la di sandang.
BalasHapusTapi kalo gelar ibadah?
hihi met kenal dulu ah....
BalasHapusSSi itu Sarjana Sains. Science di Indonesiakan menjadi Sains. Justru kalau Sarjana Science saya belum pernah menemukan kecuali hari ini
BalasHapusM sering GELAR... kasur diruang tipi.. :D *oot
BalasHapus@nirman : terimakasih
BalasHapus@robi : salam kenal balik
@etikush : maksudnya darah biru keturunan raja
@www.kotabangke.com : saya percaya
@farhan : ada-ada aja
@blog cantik : betul
@sang cerpenis bercerita : setuju
@clairvoyant*ling : smua manusia itu sama
@thevemo™ : boleh juga pendapat anda
@hamka : kan udah kenalan
@sunarno : mungkin di atas saya yang salah, tapi setahu saya sains adalah model pengecapan bahasa indonesia dari science, dan setahu saya pula sains itu belum masuk dalam KBBI (bisa di artikan kata itu bukanlah bahasa indonesia), sangat di sayangkan kata itu sudah di pake oleh para akdemisi dan sebenarnya sains itu bermakna sama dengan ilmu, yang menjadi "gugatan" saya adalah mengapa lebih suka denga kata sains daripada ilmu atau ilmu pengetahuan yang bermakna sama, toh kata ilmu lebih indonesia, bagi saya. menurt saya sains seperti menggantikan kearifan lokal dari ilmu. mungkin ini hanya masalah ata saja. terimakasih tas koreksainya.
@emo : ha ahh a ha ha
sekarang kuliah juga mengejar gelar
BalasHapushe3x..
anda mahasiswa ugm ya
fakultas mana??
yah tapi lebih baik lagi jika makin berisi makin menunduk dan berbagi dengan yang belum berisi... hehehe
BalasHapusCape - cape sekolah 16 tahun hanya utk mendapatkan gelar ST.. Worthed ga sih?
BalasHapusSetuju pak!
BalasHapushappy valentine!
gelar yah...?
BalasHapussaya selalu nyantumin..kalo pas ngelamar kerja aja tapinya..
soalnya ilmu saya belum cukup deh kayakna untuk membawa gelas sarjana di belakang nama..hehe
bahkan tak jarang gelar itu dibeli
BalasHapuscukup dengan mengeluarkan setumpuk rupiah maka jadilah dirimu seorang yang bergelar
klo dapet gelar sarjana dengan usaha sendiri, okelah.. tp klo yg pengen punya banyak gelar akademis tanpa usaha alias tinggal beli ijazah, payah euy.. ga guna juga gelarnya, otak juga ga ada isinya..
BalasHapuspenting ga ya... kalo ga penting kok ada yang memperjual belikan :)
BalasHapusmungkin hanya satu gelar yang tidak dikejar..
BalasHapusyaitu...alm (almarhum)
yang gelar aja sekarang susah cari kerja..
BalasHapusyang ga punya gelar juga dikacangin..
dunia makin susah kali yee?hehehe
Waaaah...aku kok malah malu ya mo cantumin gelar, jadi ngak pernah dipakai deh...lagian di sini juga nggak musim sih nyantumin gelar...
BalasHapuswew... saya udah bertambah gelar skarang...
BalasHapusNyonya dan Ibu :))
saya gelar tiker aja deh.... ^^
BalasHapushehehe...aku juga sedang mengejar gelar...sesuai kemauan ortu. Malah setelah lulus ini, langsung disuruh lanjut S2...huh semua demi gelar. Fiuh
BalasHapuskeknya kalo buat ortuku tu kebanggaan banget deh soalnya waktu kmaren mo bikin undangan sempet ribut, saya dan calon pengennya gak usah dpajang tapi sebaliknya ortu hehehe ya wis akhirnya ngalah yg penting ortu senang gpp;)
BalasHapusAda kok mas yg udah haji tapi ga mau dipanggil Pak Haji, Giring Nidji
BalasHapuswkwkwkwkw...
masih banyak :)
BalasHapusdan tentu saja...tak terekspos..
ihhihi ntar diembel embeli sok lagi
biarlah...
smw tergantung niat
tapi say akok lom dapat gelar ya?hue..he..
BalasHapusGelar apa ya yang pantas buat saya? (Halah)
BalasHapuskalo punya gelar walau bego, masyarakat anggap hebat
BalasHapuskalo gak punya gelar walau prestasi segudang selama sekolah, masyarakat anggap remeh, apalagi kalo gak berduit
wah.. bingung mau komen apaan! :)
BalasHapusAku sih lebih suka menulis namaku tanpa gelar, pas kita mati gelar2 itu ga akan kita bawa, dan gelar yg akan melekat adalah alm
BalasHapusnice blog!
BalasHapuslove it,force me to thinking about many things...such as agama n education.
n thanks to visit my diary last months.
xxx
greets,Rischa
gelar kayanya ga penting penting bgt dh,,
BalasHapussetau saya Ssi itu bukan sarjana Science *lafal inggris* tapi sarjana Sains
BalasHapuswww.indahrephi.wordpress.com
saya rasa gelar itu cuman poin plus aja ko, yah seperti upah gitu deh dan ga ada pengaruh sama sekali.. yg penting kan otak&kepribadiannya, bukan gelarnya ^^
BalasHapusseperti saya, gelar di belakangnya Indah Rephi S.T, M.A but nothing special about it, hidup tetap hidup, dan gelar cuman nama yang nempel dibelakang ato didepannya saja ^^v
sebentar lagi nama saya juga akan bertambah gelarnya ^^ sandangan Nyonya dan Ibu plus nama belakang "calon" suami saya..wah jadi lebih panjang dong ya..
BalasHapuswahaha,,,
walah ko komen sampe 3 kali..
ga papa ya? biar tambah rame :)
indah rephi
thanks kunjungannya bos
BalasHapuswah makna sebuah gelar akademis sangat bergantung pada ...................
sehingga maknanya juga banyak.
apalagi gelar yang lainnya......bisa dikaji multidimensional bos
thanks
Aku cukup berbangga dengan kartu nama berjudul "Julia Ch" seperti budaya di sini sudah lama sekali aku tidak pernah dipanggil Madame/ibu ... relasiku selalu memanggil Julia
BalasHapuswaktu kenalanku di indo nikah, di undangannya ditulis turut mengundang : Ir bla bla, Drs. bla bla...Dra. bla bla
BalasHapusaku unjukin ke bossku yg dari jepang, dia bilang : ini kalo di jepang pasti dikira orang gila.
aku ngakak, tapi bukan gilanya. dengar aksen dia ngomong itu pake bhs indo..lucu juga :D
HI,
BalasHapus2x baca yg post ini.terketuk utk sdkt berkomentar lg bo...
ada perbedaan antara gelar di eropa n indo.dimana org eropa ternyata tdk mempedulikan gelar.pacar sy org Belgia,usia 15thn udah nggak mau sekolah krn memutuskan utk berbisnis.dan sekarang dia sukses berbisnis furniture di indo.usia udah 42thn skrg dan tidak mengenyam pendidikan tinggi tp bs sukses.nah menurut org barat,pendidikan tdk berpengaruh yg penting adalah kerja keras org itu sndr dan semangat utk sukses.beda dgn d indo dimana org harus sarjana,S2,lulusan luar negri et cetera baru bisa diakui sebagai tenaga kerja yg berkualitas.sama sprt saya skrg yg harus pontang panting utk pendidikan saya dimana target saya harus udah masuk S2 tahun depan.tp menurut saya gelar yg cuma gelar2an tanpa didukung kerja keras utk sukses sama aja bohong.mending ga usah kuliah aja kl tujuannya cm gengsi dan ujung2nya males nongkrong drmh aja.mending org bodoh tp punya keinginan utk maju krn itu bisa membuat dia terpacu utk mendapatkan kehidupan yg lebih baik
xxx
harus sinkron antara kulit dan isi
BalasHapusklo gak,lepas aja kulitnya...kekekek
gelar bukan segalanya.... tapi segalanya butuh uang (lho nggak nyambung...??!)
BalasHapuskebyankan gelar juga bikin pusing dan kdg bikin sombong
BalasHapusMemang gelar menyatakan suatu derajat, itu pendapat orang . hehehehe, pendapatku : gelar itu hasil dari suatu pencapaian, hehehehehe ^_^
BalasHapusSaya setuju dengan pendapat anda mengenai gugatan gelar S.Si, memang terasa aneh. Saya punya sedikit argumentasinya di[http://bambangkristiawan.web.ugm.ac.id/Gugatan.html]
BalasHapus