Kamis, 09 Desember 2010

Penghuni Rumah dan Orang Rumah

Leave a Comment

hujan masih saja menyapa jogja sejak tadi siang bahkan dari siang kemarin lusa. penjual es bingung kemana dia berjalan menjajakan dagangan. es lebih lama mencair tapi uang tak kunjung cair hingga malam pun lahir tanpa pemberitahuan pada remang petang. malam menjelang melewati petang, membohongi sore yang tak terlihat datang. makanan di rumah mulai matang tapi penghuni belum kunjung datang. terjebak rintik hujan di tepian jalan, susah mengambil keputusan, apakah menanti rintik reda atau menerobos begitu saja. masing-masing punya resiko sendiri, menerobos dengan berlari berarti kuyup dingin mengelayut hati atau menunggu di tepi jalan menanti hujan yang tak jelas berhenti kapan.

orang rumah menunggu cemas, berharap sang penghuni tiba pada masa yang sama saat waktu makan malam tiba. tapi waktu telah berlalu melewati isya sang penghuni masih terjebak rintik yang tak kunjung reda. orang rumah menunggu dengan mengelus dada melihat makan malam mulai tak berselera. hati orang rumah mulai gundah, tak ada kabar dari penghuni yang katanya tadi pagi berangkat kerja. nasi di rumah mulai dingin dan es di tremos mulai mencair. penghuni rumah ragu pulang dengan hampa tanpa membawa apa, orang rumah menunggu dengan setia akan kepulangan sang penggugah rasa.

hujan yang menyapa jogja menimbulkan curiga tentang apa yang terjadi di sudut jalan penuh misteri. adakah cinta menguatkan hati keduanya untuk saling percaya dalam resah gelisah yang tak terarah. susana di jalan semakin sepi menjelang malam hari, penghuni rumah termenung di pinggir jalan memandang langit yang mendung. orang rumah mulai meraung sambil merenung dalam gelap saat PLN kalap mematikan lampu pelanggan di rumah yang tak beratap. penghuni rumah di jalan mulai kesepian, orang rumah di meja makan mulai kegelapan.

penghuni rumah memberanikan diri menerobos deras rintik hujan, dan orang rumah bangun dari duduk untuk menghangatkan makanan. kompor menyala didapur menghangatkan tubuh dan makanan, penghuni rumah berlari menembus hujan demi sebuah perasaan. ditemani sebatang lilin kecil, orang rumah kembali menyiapkan makanan di meja dengan dua kursi berhadapan. penghuni rumah datang, terdengar ketuk pintu dari depan halaman. cukup satu ketukan orang rumah tahu penghuni rumah tiba dari bekerja. wajah keduanya bertatapan seolah faham apa yang telah terjadi dalam rintik hujan.

singkat cerita daripada bosen membaca, keduanya langsung makan, tentu saja setelah badan penghuni rumah di keringkan dan makanan yang dingin sudah dihangatkan, biarkan es yang mencair menjadi saksi air yang mengalir dari cakrawala yang entah kapan berakhir. begitu kisah singkat orang kehujanan di pinggir jalan, jangan protes apalagi minta jatah makan dan sisa jualan es. sekian dan terima kasih, mari makan dengan yang terkasih.

0 komentar:

Posting Komentar

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)