Selasa, 31 Juli 2012

Surat Untuk Mendikbud

Leave a Comment
ilustrasi (nyit-nyit.net)

selamat pagi pak menteri, selamat menjalani hari anda yang indah pagi ini. selamat pagi pak menteri selamat beraktifitas, terima salam hormat dari kami rakyat kecil di suatu sudut indonesia. teruntai ucapan salam sesama muslim dari saya, assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, semoga Allah Yang Maha Cerdas dan Yang Maha Berilmu mengkaruniakan setetes keilmuannya kepada kita untuk menerangi dunia dengan kebaikan.

pak menteri yang terhormat, terimalah salam duka dan belasungkawa saya atas gagalnya Uji Kompetensi Guru-Online (UKG) di hampir semua wilayah di indonesia, terima juga rasa prihatin saya atas gagalnya cita-cita mulia anda untuk melakukan pemetaan terhadap kualitas guru di negeri yang indah ini. atas itu semualah -mengutip apa yang sering diucapkan presiden kita yang tercinta- saya turut prihatin dengan runtuhnya semua ambisi dan eksepsi yang didengungkan sejak jauh-jauh hari.

bapak mentri yang terhormat ijinkan terlebih dahulu saya memperkenalkan diri saya sebagai lambang penghormatan saya kepada anda, nama saya “aziz” bisa anda panggil begitu jika anda nyaman memanggilnya, atau anda bisa memanggil saya dengan nama belakang saya “ngashim”. saya adalah anak seorang guru yang pada tanggal 30 juli 2012 kemarin terjadwal mengikuti UKG Online, namun gagal karena hal yang sudah sama-sama kita ketahui bersama.
yang semoga dimuliakan wahai menteri pendidikan yang terhormat, jangan sangka saya menolak dan tidak setuju dengan pelaksanaan UKG tersebut, tidak sama sekali pak menteri, bahkan bapak saya pun tidak masalah dengan adanya UKG, buktinya beliau berangkat pagi-pagi sekali dari rumah untuk ikut ujian di kecamatan tetangga sesuai jadwal. namun jika diperkenankan sungguh ada satu hal -yang mungkin kecil buat anda namun besar buat saya- mengganjal dihati.

menteri pendidikan dan kebudayaan yang semoga dirahmati oleh Allah Dzul Jalalil Walikram, satu hal yang agak mengganjal di hai saya adalah UKG dilaksanakan dengan menggunakan komputer. buat anda mungkin bukan masalah tapi buat bapak saya dan mungkin ribuan guru lain itu merupakakan masalah besar. bapak saya menjadi guru sejak tahun 80an sejak beliau lulus dari sekolah keguruan. pengabdiannya tidak pernah saya ragukan, kesetiaannya mengajar tak pernah saya ragukn, dedikasinya tak pernah saya ragukan, disiplinnya juga tak saya ragukan, dan keilmuannya tak pernah saya ragukan. namun bapak saya berbeda dengan engkau bapak mentri.

yang terhormat menteri pendidikan dan kebudayaan, bapak saya memulai karir menjadi pendidik didekade yang sama dengan anda walau berselisih tahun, saat anda melanjutkan pendidikan anda di montpellier, prancis untuk menamatkan studi sains dan teknologi magister dan doktoral anda, bapak saya satu minggu sekali setiap hari minggu untuk melanjutkan studi S1 “bahasa indonesia” di sebuah universitas swasta di kabupaten tetangga karena sebelumnya baru menamatkan pendidikan D3. itu dilakukan supaya di hari normal beliau tiak meninggalkan anak muridnya disekolah.

menteri pendidikan yang kami cintai, hari-hari kemarin saya melihat wajah bapak saya menatap layar komputer dengan mata yang berkali-kali berkedip, serta tangan yang bergetar memegang mouse komputer. saya mendengar bapak saya bertanya “bagaimana cara membuka flashdisk” setelah beliau menerima contoh flash/sofware latihan UKG dari temannya. beliau bahkan hanya tahu menyalakan komputer namun tidak bisa mematikannya walau itu sebatas mengklik shutdowan dari start menu. buat bapak saya masalah bukan terletak pada uji kompetensi.  beliau santai menanggapi materi ujian yang akan diadakan itu terlihat di sore hari masih mengajar mengaji anak-anak kampung di rumah serta mengisi kajian kitab kuning dimalam hari. namun, buat bapak saya persoalan menggunakan komputer adalah hal besar. dan memgang mouse komputer jauh lebih sulit daripada memasak di dapur.

wahai menteri yang berpendidikan dan berbudaya, apa yang terjadi pada bapak saya adalah wajah-wajah ribuan guru di seluruh pelosok indonesia yang tak terjangkau teknologi. apa yang terjadi pada bapak saya adalah gambaran sistem pendidikan yang sok merasa rata. jikalau saya boleh usul alangkah lebih eloknya jika UKG diselenggarakan secara tertulis saja. buat saya itu lebih baik dan lebih adil untuk semuanya. buat bapak saya, memencet tombol keyboadrd dan mengklik mouse itu jauh lebih lama daripada membaca soal (bahasa indonesia) yang biasanya panjang-panjang. bisa jadi waktu habis hanya untuk menggerakan mouse atau mencari huruf A,B,C,D di papan kunci.

saya berharap dan saya berdoa, bapak menteri bisa lebih arif dan bisa lebih bijaksana, bisa lebih berpendidikan dan bisa lebih berbudaya dalam mengambil sikap dan keputusan, terlebih soal kebijakan yang menyangkut banyak orang. melihat mata ayah saya yang perih dan berair di depan layar kaca serta tangannya yang bergetar di atas keyboard dan mouse, seperti melihat ketika beliau bermuhasabah di waktu sahur. dan ternyata kegagalan saya bukan ketika kuliah saya di UGM sedikit terbengkalai, tapi kegegalan saya adalah ketika ternyata saya gagal “mengajari” -orang yang telah mengajari saya tentang hidup- menggunakan mouse dan keyboard. memaksa orang berusia menggunakan komputer walau itu dengan cara yang sangat sederhana dalam waktu singkat seperti memaksa orang buta huruf membaca.
salam hormat saya dari salah satu sudut indonesia untuk engkau wahai menteri pendidikan dan kebudayaan republik indonesia. dan terima salam sebagai sesama muslim dari saya, wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

0 komentar:

Posting Komentar

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)