seberapa hebatkah manusia Indonesia ? saya tidak menyebutnya bangsa Indonesia tapi manusia Indonesia, bukan berarti saya makmum dengan pemahaman Pramoedya Ananta Toer yang menyatakan bahwa tidak ada yang namanya bangsa Indonesia tapi yang ada bangsa aceh, bangsa minang, bangsa melayu, bangsa jawa, bangsa dayak, bangsa sunda, bangsa bugis, bangsa papua, bangsa bali, bangsa ambon dll. tapi saya lebih memahami pada kata manusia indonesia sebagai individu bukan sebagai kesatuan manusia yang disebut dengan bangsa.
jika anda mungkin masih penasaran tentang kehebatan manusia Indonesia, silahkan cari dalam 5 tahun terakhir berapa banyak medali kejuaraan Internasional dibidang sains dan sosial termasuk tekhnologi dan budaya yang menghiasi podium kebanggaan. dan bandingkan dengan apa yang dihasilkan oleh tetangga di sekitar ASEAN, maka jikalau semua prestasi itu digabungkan di ASEAN (kecuali Indonesia) dan dibandingkan dengan Indonesia maka Indonesia akan berada pada posisi tak terkalahkan. sayangnya berita kehebatan itu tak pernah termuat dengan baik, mungkin media lebih senang dengan berita negatif. tapi bukan itu yang akan saya tulis sekarang, tapi menulis tentang mereka yang luar biasa tapi dinista.
Kebangga dunia, di nista di Indonesia,
sudah lama rasanya saya kehilangan seorang Pramodya yang luar biasa, mengingat kebali Begawan Ekonomi Soemitro dan rindu akan suara Soekarno, dan intelektualitas Habibie serta humor khas Gus Dur. bagi saya nasib mereka tak jauh beda dengan Sri Mulyani, bukannya saya mau latah dengan apa yang terjadi akhir-akhir ini tapi toh saya juga tidak bisa menutup memori saya mengingatkan kembali ketika syahrir diasingkan karena politik busuk. benar bahwa politik memang kejam. mereka yang terbaik bisa disingkirkan dan dihakimi dengan celoteh burung camar politikus. entah senayan entah istana. politik memang kejam. saya ingin menulis banyak tentang beliau-beliau tapi keterbatasan waktu yang membaut saya harus memilih tiga orang sebagai contoh dengan tiga bidang keahlian dan tiga situasi yang berbeda tapi dihadapkan pada satu kondisi dimana mereka “dibunuh oleh politik” dalam negerinya sendiri.
PRAMODYA ANANTA TOER,
seorang maestro sastra yang belum tertandingi di mata saya, kesalahan beliau mungkin hanya terdampar dalam LEKRA sepulang dari pertukaran budaya di eropa, dan akhirnya harus malang-melintang dalam penjara dari nusakambangan hingga buru. karya-karya yang beliau hasilkan mengantarkannya menjadi salah satu nominasi peraih nobel sastra, tapi negara tidak pernah mendukung prestasinya di tingkat dunia, kealpaan beliau yang pernah bergabung dengan LEKRA selalu diumbar para politikus yang tak mengerti sastra sehingga para juri Nobel terus membuatnya mengambang, negara bukannya mendukung justru malah mengucilkannya di dalam rumah bahkan hingga akhir hanyatnya beliau harus wajib lapor tiap hari kamis ke koramil setempat. akhirnya dalam situsi tak jelas Pram harus bertemu izrail terlebih dahulu dan impian dan harapan Indonesia satu-satunya untuk memiliki seorang peraih Nobel pupus sudah.dia hanya terjebak dalam situasi yang salah serta tempat yang salah dan politk menutup semua prestasinya. politik menghukumnya dengan kejam.
BAHARUDIN JUSUF HABIBIE
peraih summa cum laude di bidang teknin mesin pesawat terbang ini adalah kebanggan Indonesia di bidang tekhnologi, orang ini pula yang membuka mata manusia di tenggara asia ini berbicara dan menghentak dunia ketika dengan jumawa menerbangkan pesawat terbang buatan sendiri, dan saat itu china dan india hanya bisa terbengong-bengong dengan mulut menganga serta mata melotot. dengan prestasinya beliau menduduki jabatan wakil CEO di sebuah perusahaan konstrusi peswat yang bonafit di dunia. akhirnya politik meruntuhkan kiprahnya, Habibie di suruh pulang oleh preisden saat itu Soeharto dan memberi titah “kau boleh membuat apa saja asala jangan pernah melakukan makar” . Habibie mulai bekerja didirikan PTDI sekaligus membuat BPPT sambil menjabat Menristek. kecerdasannya membuat Habibie menjadi tujuan langakah sebagaimana saya ketika menjalani masa kecil. politik menghentikan langkahnya, PTDI menjadi BUMN dan atas titah sang raja akhirnya Habibie menyerah dan menjadi wapres (kondisi yang sebenarnya tidak jauh beda dengan Boediono saat ini). masa awal pasca reformasi beliau dituduh antek orba, politik menghakimi seorang ilmuan dalam pergulatannya dalam dunia kelam bernama politik, Habibie tentu cerdas tapi politik itu kejam. ia adalah satu-satunya presiden yang dihina di parlemen saat akan membaca pidato pertanggungjawaban. politik merampas semuanya, PTDI, “kecerdasannya”, kebanggaan kita. dia hanya terjebak dalam situasi yang salah serta tempat yang salah dan politk menutup semua prestasinya. politik menghukumnya dengan kejam.
SRI MULYANI INDRAWATI
sebenarnya saya mau menulis tentang begawan ekonomi Soemitro, yang menjadi bagian dari 5 pendekar penjaga ekonomi dunia di PBB pada masa itu. tapi sepertinya menulis seorang Srikandi, sang kartini moderen, seorang Ibu, tentu akan lebih spesial. saya tentu tidak perlu menulis banyak hal tentang beliau, penghargaan dari Times yang memasukannya dalam 100 wanita berpengaruh di dunia dan perstasinya meraih predikat menteri keuangan terbaik asia 3 kali berturut-turut dan predikat mentrei keuangan terbaik dunia versi euromany, akhirnya kini bank dunia memangginya sebagai MD. salah satu alasan diterimanya Indonesia dalam G20 adalah keberadaan Sri Mulyani. akankah Sri Mulyani bernasib sama seperti Pramodya yang dikucilkan karena sebuah keputusan yang diambilnya dalam posisi terjepit dan akhirnya bernasib seperti Habibie yang “dinodai” parlemen. Sri Mulyani berada dalam posisi itu sekarang, dihakimi politikus dengan ilmu politik dan menutup semua prestasi yang beliau hasilkan untuk negeri ini. maka kita yang akan menjawabnya bersama seperti siapa nasib Ibu Sri, Syahrir yang disingkirkan Soekarno, Soekarno yang disingkirkan Soeharto. dan soeharto yang akhirnya menyerah. akankah Sri Mulyani nasibnya seperti Soemitro sebagai sesama ekonom. dan sejarah serta waktu yang akan menilai jawaban kita, saya, anda, word bank, euromany, times, DPR, Media, Pemerintah, hingga desir angin yang berhembus. seperti apa bangsa ini menilai manusianya.
orang orang hebat itu
BalasHapusSayapun tak habis pikir sama para penghujat itu, sudah jelas2 ekonomi jadi stabil di tangan Bu Sri, eeee.. malah dianggab pengkhianat
BalasHapusisi blog anda bagus, tapi sekiranya lebih baik mencantumkan sumber asal tulisan, setidak"nya untuk menghargai sang penulis. trims :)
BalasHapusyah itulah sifat, dari kebanyakan Masyarakat kita.. berpikiran picik,! Tapi jangan takut sobat tidak semuanya..
BalasHapusSalam ceria
semua pasti ada hikmahnya ...
BalasHapus^_^
bagus.. bagus.. Gimana ya Om Aziz carany biar kita yg berprestasi di dunia jga di harumkan di tanah air kita?
BalasHapusNah, kalo yg jujur, di Indonesia diracun...
BalasHapusazis gagap
BalasHapusnice posting gan , izin mohon share....?
BalasHapustapi kayaknya ga da yang menghina pak Habibie ya..?
BalasHapuskurang bersyukur ato kurang menghargai, saya ga ngerti deh :|
setuju bang azis, bahkan sandiwara di dunia ini selalu disisipi dengan "kepentingan politik", entah kenapa "politik" selalu jadi raja bahkan dengan segala kelicikan dan tipu muslihatnya, intelektual diubah menjadi kebodohan, kebanggaan dijadikan kebusukan, bahkan sejarah pun dapat diputar balikkan. Benarkah politik itu demi kepentingan bangsa dan negara, tapi kenapa negeri ini terus seperti ini.. kebenaran seakan tak dapat ditegakkan apa lagi keadilan...
BalasHapuskalo saya berpendapat, sebenarnya politik hanya bermanfaat bagi segelintir orang.. orang - orang yang berkepentingan saja, dan orang - orang yang sibuk mencari kekuasaan dengan mengatasnamakan rakyat...
Ya! Bangsa kita itu emang goblok! Gue ga suka tinggal di indonesia! Indonesia itu bangsa paling hina lho tau ga? Negeri jiran aja hina sama kita, bahkan dunia juga udah ikut ikutan gitu benci sama kita! Negeri jiran bilang kita bodoh! Ya emang ya la kita bodoh! Benar ngak? Ya justru itu bikin gue malu ngaku orang indonesia! Gue malu! Malu! Malu! Negeri kita paling hina di dunia! Indonesia hina!
BalasHapus