minggu lalu anaknya sudah bisa bicara, si ibu tersenyum menatap buah hati yang belum berlumur dosa. senyumnya lebar penuh haru bahagia ketika kata yang pertama anaknya ucapkan adalah kata “ibu”. dan kemarin lusa si ibu semakin sumringah saat kata kedua yang anaknya ucapkan adalah kata bapak. itulah sebutan yang sering di ajarkan setiap waktu kepada sang anak. si ibu selalu mengajarkan anaknya untuk cukup memanggil “ibu” dan “bapak” saja. seorang ibu yang terbiasa sendiri mengurus anak pertamanya yang mungil karena suaminya bekerja keras seharian, tak ingin mengenalkan kemewahan pada anaknya. walau itu sebuah kata panggilan seperti “mamah” dan “papah” yang mulai ramai terdengar di kampung.
kini beberapa bulan berlalu anaknya sudah bisa berjalan, bahkan berlari kecil di topang kedua kaki mungilnya yang masih terlihat ringikih. mulut sang buah hati sudah mulai cerewet melafalkan setiap kata yang sang ibu ajarkan. meski kadang kata-kata itu tak terdengar sempurna di ucapkan. kini si anak mulai terbiasa keluar rumah, berbicara dengan teman-teman sebayanya dalam bahasa UFO. bahkan kini tetangga mulai mengajarinya kata-kata mutiara dan melafalkan bahasa. si anak mulai pintar dan cerewet, dan senyum sang ibu selalu sumringah setiap menyambut pagi.
ilustrasi | dejulogy.wordpress.com |
tapi pagi ini semuanya berubah, pagi ini runtuhlah semua jiwa keibuan yang dibina, pecah kaca cinta yang mulia, dan luluh lantak senyum yang selalu membahana. pagi ini untuk pertama kalinya anaknya tercinta menggemakan kata yang tak pernah dia ajarkan, kata yang tak pernah ia suarakan kepada anaknya, kata sakral yang bahkan tak pernah terbersitpun untuk ia ucapkan di depan anaknya. kata “Tidak”. pagi ini anaknya mengucapkan kata tidak. kata yang menjadi jawaban saat sang ibu meminta anaknya yang sudah mampu berjalan, untuk mengambilkan gelas di meja makan.
enah siapa yang mengajarkan kata itu, sejak anaknya akan lahir, sejak anaknya memeras susunya hingga habis, sejak anaknya menangis histeris, sejak anaknya menghela nafas pertama, sang ibu tak pernah mengucapkan kata tidak, bahkan tak pernah berfikir ataupun terbersit dalam hatinya untung mengucap tidak terhadap anaknya. namun kini, pagi ini anak yang ia rawan dan ia cintai mengucapkan kata yang di haramkan dirinya untung mengucapkan pada anaknya.
si ibu mengulang permintaannya dengan tambahan kata “tolong” pada anaknya, ia begitu merendahkan dirinya dan jiwanya di hadapan sang anak. namun anaknya kembali menjawab dengan kata tidak, dan kini anaknya menambah pula kata sebagai alasan penolakan yaitu kata “capek”. hati ibu mulai hancur luluh lantak berkeping-keping, tak pernah sekalipun si ibu mengucap kata capek dan merasa cape merawat anaknya. kini untuk pertama kalinya, dipermintaan pertama pada anaknya, si anak mengatakan tidak dengan alasan capek. bertahun-tahun cinta dan kasih sayang yang dicurahkan berbalas penolakan di permintaan pertamanya kepada sang anak.
ibu itu akhirnya berjalan mendekati meja makan, mengambil sendiri gelas yang ingin dia ambil tanpa bantuan anaknya. perlahan sang ibu mendekati anaknya dengan sepiring nasi penuh lauk-pauk dan segelas air minum. masih dengan menahan senyum bibir namun luka di hati, sang ibu mengajak anaknya makan. dan sekali lagi sang anak mengatakan tidak…
0 komentar:
Posting Komentar
bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)