arrggghhhh…… gila, malam pekat, menghangat, aku menunggumu menggali setiap ruas memori dalam otaku yang terbatas, mencoba kembali mengingat kenangan-kenangan manis di tengah tumpukan kepahitan yang kau berikan. setapak demi setapak kami ku langkahkan, berat rasanya hingga aku mulai tak kuat bahkan hanya untuk mengangkat kaki tapi kenangan akan dirimu membuatku harus melangkah, aku membencimu bukan hanya karena apa yang telah kau lakukan, tapi kenap hingga saat ini, hingga 12 purnama berotasi hingga bahkan tak pernah kusebut namamu seumur jagung, kau kembali untuk menyeretku mengejarmu. aku benci kau, kenapa aku masih kau libatkan dalam setiap langkah yang kau pijak.
saat ini memang purnama, wajahmu tak seperti dulu bagiku, wajah yang selalu ku puja sinarnya bak purnama kali ini, sudah menjadi sampah, kecantikanmu adalah siksaan untuku, tapi kenapa kali ini kau kembali dengan bayangan kembali padaku. sekarang apa yang kulakukan, mengejar kenangan tentangmu atau berlari meninggalkan memori. tapi yang pasti perjalanan kali ini kau yang mengakibatkan, jadi berhentilah, hentikan bayanganmu sekarang dariku. sebentar saja hingga kita bertemu.
basah, apa ini ? keringat, bukan ini gerimis. sial kenapa yang berhubungan tentangmu sekarang tidak pernah membahagiakan buatku. aku berjanji, aku yakinkan kau, kau memang yang pertama tapi kau bukan yang terakhir, ingat itu. itu kalimat pertama yang akan kuucapkan padamu.
langkahku semakin gontai, deras hujan telah melunturkan keringatku. aku kuatkan kaki untuk berlari kecil, cipratan air berlumpur mulai terpercik, membuat baju putihku mulai berwarna coklat. purnama yang tadi bersinar telah hilang, akhirnya bayang wajahmu dibulan tak kulihat lagi. semakin cepat langkah kakiku semakin tak jelas warna bajuku. baju yang telah kurapihkan dan kuberi wewangin untuk bertemu denganmu kini sudah tak pantas lagi. haruskah aku kembali, tidak jika aku kembali aku akan terlambat, aku harus berlari.
gubrak…. arrggghhh…. sial. apa lagi ini, lubang sialan, aliran air tanah yang bercampur lumpur menutupi lubang sialan itu. kau benar-benar tak pernah memberi kebahagiaan padaku, sekarang aku tak pantas bertemu denganmu, kuyakinkan diriku untuk melangkah, aku yakin kau akan mengerti, bahwa kulakukan semua ini untukmu seseorang yang telah memberiku setetes kebahagiaan di tengah aliran siksa yang kau berikan.
akhirnya hujan reda, ditengah tetesan hujan samar-samar aku melihat rumahmu, banyak orang berkumpul, diam tak banyak bicara, sangat senyap, sunyi, apa ini, bukankah harusnya tidak seperti ini, ada apa ini. semangat lariku hilang, kini aku kembali menyeret kakiku mencoba melangkah perlahan. semakin dekat, tepat di depan rumahmu aku di hentikan oleh orang yang tak pernah kukenal, seorang pria setengah baya yang tidak nyaman melihat kotornya diriku. aku berkeras untuk masuk tapi tak diijinkan olehnya.
aku mencoba mencuri pandang kedalam rumahmu. semua masih terdiam, kau sungguh cantik dengan kain putih yang menyelimutimu, tak jelas wajahmu kulihat, tapi kuyakin itu kau. di depanmu ada pria tua berpeci, bersarung, bersurban, menengadahkan tangan sepertinya berdoa, dan yang lain mengamini, kau tetap diam aku tak melihat kau berekasi, aku semakin tegang.
tak lama semua orang mengusap wajah dengan kedua telapak tangan, kau bergerak kesamping meraih tanagn seseorang di sampingmu, seorang pria, dengan senum dan air mataa kau mencium tangannya. itu bukan aku, pria yang mencintaimu siapa itu. aku melihat semua orang bahagia, aku melihat senyumu, aku tahu itu senyum bahagia. sekarang aku bahagia, karena kau telah bahagia, sebaiknya aku pergi, menghilang dari kenanganmu, lebih baik kau lupakan aku, dan biarkan aku mengenangmu.
0 komentar:
Posting Komentar
bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)