Selasa, 16 Agustus 2011

Kala Tukang Koran Memberi Arti Nilai Berbuka

Leave a Comment
jumat kemarin mungkin akan berlalu seperti hari-hari biasa saja jika saya tidak terlambat datang ke rumah salah satu murid les private saya. maklum saya seorang mahasiswa yang beberapa hari sekali mencari tambahan lewat mengajar les di rumah anak-anak sekolah setingkat SMP dan SD. jumat kemarin harusnya saya datang tepat waktu, sekitar jam 3 sore, karena jadwal les yang biasanya malam di geser menjadi sore, tapi karena belum terbiasa saya datang terlambat sekitar jam 3 lewat 15. sesuai jadwal saya harus memberi les teman-teman kecil saya 2 jam, akhirnya les selesai pukul 17.15. apa mau dinyana, pada bulan ramadhan jam segitu untuk regional jogja sudah mendekati waktu berbuka yang biasanya sekitar 17.40an. dan jarak dari rumah tempat sayang mengajar sampai rumah kost sekitar 30 menit, itu jika jalan normal, ini jelas jalan pasti ramai karena menjelang berbuka. sesuai perkiraan saya terjadwal buka di jalan.

ilustrasi : radiotapecontrol.blogspot.com
beruntung orang tua dari murid saya baik sehingga saya diberi “jatah” kolak dalam bungkusan plastik. tepat tebakan saya, belum sampai kost adzan maghrib sudah berkumandang di dijalan, tepatnya di perempatan kotabaru jogja, saya putuskan untuk mencari, tempat istirahat sebentar sekitar trotoar setelah perempatan. alhamdulillah sedikit di utara tepat dekat dengan UII (univeritas islam indonesia) selatan dekat kator pusat BRI. ada warunbg PKL yang menjual minuman air mineral. tanpa pikir panjang saya berhenti untuk sekedar membatalkan puasa. setelah cukup istirahat dan membatalkan puasa, nasib tidak berpihak pada saya. karena ternyata uang yang saya gunakan untuk membayar air mineral terlalu besar sehingga tidak ada kembalian. saat saya kebingungan inilah tiba-tiba seorang anak-anak yang biasa berjualan koran di perempatan kotabaru menawari untuk membayarkan air mineral seharga Rp.3000 tentu saja saya kebingungan sekaligus bahagia. tapi melihat wajah ikhlas anak itu akhirnya bantuan itu saya terima, karena di buru maghrib, sedangkan saya belum sholat. saya berjanji dan menawari untuk membayar uang tersebut, namun anak itu menolak. saat anak itu bilang ikhlas dan ngotot tidak mau menjadikannya sebagai hutang, akhirnya saya menyerah dan tidak memaksa. saat itulah saya ingat bahwa saya dibawakan kolak saat pulang dari rumah les tadi. sengaja kolak tidak saya makan karena memang susah makan kolak dalam plastik. akhirnya saya tawari kolak tadi sebagai “pembayaran” atas kebaikannya menolang saya tadi dalam urusan air mineral. meski awalnya menolak si anak koran akhirnya mau menerima.

terkadang kita tidak tahu ada rahasia dibalik rahasia, kolak dan tukang koran tadi memberi pelajaran bagaimana keikhlasan menaungi semua celah kehidupan. ada misteri yang tersimpan sebelum Allah membukanya. dari sini saya belajar bahwa sikap seseorang tidak ditentukan oleh pakaian dan profesi tapi oleh tingkat dan taraf keimanan dan kedekatan pada tuhan, mungkin tukang koran ini adalah pilihan. tukang koran yang wajahnya tidak akan saya lupakan dialah tukang koran nomer satu yang di sore hari masih menjual koran pagi, persis seperti apa yang dinyanyikan iwan fals dalam lagu berjudul “sore di tugu pancoran” gambaran si budi kecil yang menunjukan pada dunia arti sebuah keikhlasan. bukan nilai nominal bantuannya tapi bagaimana secara moral dia telah menyindir saya tentang arti nilai dalam hidup, tukang koran ini benar-benar yang terbaik yang pernah saya temui dia benar-benar TOP1.

0 komentar:

Posting Komentar

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)