Jumat, 11 Juni 2010

Bahagianya Jadi Cut Tari

Leave a Comment

mungkin ada pertanyaan apa yang membuat cut tari bahagia? apakah saya sudah gila jika menyebut cut tari bahagia dan harus bersyukur. tentu saja saya tidak gila dan apa yang saya maksudkan dengn bahagia adalah kesiapan dan dukungan dari orang-orang terdekatnya.

saya tidak akan berkomentar tentang apa yang terjadi dengan dirinya,  sayang hanya ingin mengambil sebuah garis besar bahwa cut tari adalah salah satu dari miliyaran manusia yang sedang berada pada titik terendah perjalanan hidupnya. dan saya yakin bukan cuma dia, tapi saya, anda dan kita semua pernah berada pada dua titik utama hidup, yaitu puncak dan jurang. hidup itu seperti putaran bianglala bukan putaran komedi putar yang hanya berputar pada satu titik ketinggian, tapi hidup adalah sebuah putaran bianglala dimana kita bisa berada pada posisi diatas yang sangat jumawa, dimana bisa melihat segala hal dan berada di atas semuanya.  maka bersiaplah bahwa putaran bianglala akan membawa pada posisi paling rendah yang serendah-rendahnya,  penuh kegelapan dan suara bising mesin disel yang menggangu.

ketika kita di atas semua orang akan menengadah memandang kita. dan ketika dibawah semua orang tak akan melihat bahkan jikalau melihat justru dengan pandangan sinis. justru disaat berada pada titik nadir inilah orang-orang terdekat akan membuktikan cinta dan sayangnya. sahabat yang benar-benar sahabat akan tetap menjadi sahabat keluarga akan menjadi benar-benar keluarga. inilah saat dimana manusia akan melihat siapa sahabat sejati dan keluarga yang luar biasa.

sekilas melihat pemberitaan TvOne sore ini, di tengah pemberitaan Piala Dunia, ada suatu berita terselip tentang cut tari, yaitu dua pernyataanya pertama “suami saya percaya itu bukan saya” dan yang kedua “ibu yang melahirkan saya tidak percaya itu saya” . bagi orang kebanyakan memandang itu biasa saja, tapi bagi orang yang pernah berada pada suatu keadaan yang terjepit, sedikit dukungan dari orang-orang terdekat bermakna sangat besar. nilai motivasi dari orang-orang yang dipercaya inilah justru yang bisa membuat manusia tegar dalam segala situasi.


ingatkah saat Rasullulah SAW di asingkan oleh para kabilah, saat itu Rasulluloh SAW hampir menyerah, tapi apa yang dilakukan pamannya ketika itu yang justru berbeda keykinan ? sang paman justru menguatkan dan melindungi Rasul dari semua hinaan penduduk kota makkah. dan yang membuat Rasul tegar adalah dukungan istri dan sahabat-sahabatnya. atau ingatkah saat Aisyah Radialuanha di tuduh berselingkuh, dan semua umat yang tadinya menghormatinya justru berbalik menjadi menghujat. maka Rasul yang menjadi suaminya justru berdiri didepan untuk percaya pengakuan Aisyah bahwa beliau tidak berselingkuh.

atau ingatkah kita kepada Sri Mulyani yang kabarnya masih belum terlalu dingin?. saat itu hampir seluruh Indonesia menghujatnya, mencacinya, foto-fotonya di gambar drakula, di bakar dan digilas mobil di jalanan. tapi kenapa Sri Mulyani masih bisa tersenyum? jawabannya dukungan keluarga dan sahabat, suami, anak, dan keluarga besarnya percaya dia bersih, sahabatnya percaya dia punya integritas, dan waktu membuktikan baik Rasul, Aisyah, dan Sri Mulyani, pernah berada pada satu titik rendah dalam hidup yang kemudian mampu bangkit kembali.

saya tidaklah sedang memposisiskan Rasul, Aisyah, Sri Mulyani dan Cut Tari atau bahkan kawan seprofesinya dalam satu garis posisi yang sama. saya hanya mengambil garis lurus kondisi setiap manusia dalam menjalani hidup. tentu saja mereka semua berbeda,dalam segala hal yang sulit untuk disamakan, tapi mereka semua berada pada posisi yang sama dimana mengalami tiitk nadir hidup di dunia yang diperjuangkannya.

terlepas benar tidaknya atau salah benarnya apa yang dilakukan atau bahkan terbukti atau tidak. maka sangat tidak berhak sebagai sesama manusia yang tidak lepas dari khilaf dan salah, kita menghujat orang-orang atas perbuatannya. karena mungkin saja kita akan berada pada posisi yang sama pada suatu waktu.

dan jika ada sahabat, teman saudara dan keluarga kita berada pada situasi terburuk, dan semua orang memandangnya buruk. maka jadikan diri kita menjadi orang yang percaya padanya, walau kita tahu dia salah. bukan untuk membelanya tapi untuk menguatkannya dan berada pada posisi yang bisa dipercaya sehingga bisa membantu keluar dari suatu masalah.
saat manusia jatuh, yang diperlukan adalah sebuah uluran tangan dan senyum untuk bangkit, bukan hujatan dan tertawa sinis yang menertawakan kejatuhannya.

dan berbahagialah Cut Tari bahwa orang-orang terdekatnya mendukung dan percaya atas semua hujjah yang diberikan,  karena banyak orang diluar sana justru ditinggalkan orang terkasih saat jatuh dan terpuruk.


0 komentar:

Posting Komentar

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)