Minggu, 18 November 2012

Kisah-Kisah Yang Terpisah

4 comments
akhir-akhir ini mulai jarang melihat matahari bersinar cerah kala pagi, musim hujan benar-benar membuat perbedaan. rasanya lebih nyaman menghabiskan waktu sendirian dikamar, walau tidak sendirian dalam makna sebenarnya karena masih ada mereka. masih ada dua malaikat yang setia mengikutiku dan tanpa alpa mencatat semua perbuatan yang telah kulakukan, masih ada setan-setan penggoda yang juga tak kunjung lelah berusaha, ada cicak yang tiap malam berputar disekitar lampu menunggu nyamuk dengan sabarnya untuk makan malam, ah masih ada kalajengking yang beberapa waktu aku piara, ada serombongan jangkrik makanan kalajengking yang tiap malam mengingatkanku akan kampung halaman saat berderik, tak ketinggalan barisan semut yang merambat didinding. 

yak, ada kesendirian yang tak pernah sendiri dan hujan diluar belum kunjung reda. bunyi rintiknya yang bertalu didinding kanopi menggoda memori hatiku. ada rasa ketidaknyamanan dan rasa bersalah yang terlintas untuk beberapa saat. ini hari minggu rasanya tadi pagi aku ada janji untuk bertemu beberapa orang di sunmor UGM, akhir-akhir ini juga tak lagi sempat untuk ke rumah sakit sardjito, selain itu aku sudah lupa kapan terakhir kali berkunjung ke sanggar di sekitar prambanan, masih ada hutang deadline tulisan untuk sebuah media lokal di jogja.

rindu rasanya ke rumah sakit sardjito, rindu keceriaan ruang nuri, rindu tawa-tawa semangat hidup kawan-kawan kecil itu. melihat mereka selalu ada aura positif untuk tak pernah menyerah menghadapi tekanan hidup. kawan-kawan kecil yang selalu tersenyum meskipun mereka sepenuhnya sadar akan kondisi tubuhnya. orang tua mereka yang selalu tersenyum demi menyemangati anak-anaknya yang terbaring meskipun para ibu itu tahu beratnya menanggung vonis berat dari dokter untuk anak mereka.

hingga akhir bulan ini juga rasanya belum sempat ke sanggar di dekat prambanan, sanggar kecil yang sekaligus berfungsi sebagai perpustakaan di perbukitan terjal itu mungkin kini sudah sedikit berbeda. ada satu kardus buku titipan dari beberapa teman untuk dibawa kesana juga belum sempat untuk dibawa. kawan-kawan kecil di bukit gresang apa kabar kalian ini, ah aku juga rindu semnyuman-senyuman mereka yang tanpa beban. anak-anak desa yang ceria sampai kapan kalian mampu bertahan dari serangan orang-orang kota yang serakah. anak-anak lugu dan pemalu tetaplah jadi pejuang untuk meraih mimpi.

hujan sudah mulai reda, tersisa grimis kecil yang ritmis. kanopi yang tadi diombang-ambing kini sudah tenang, tinggal tersisa bulir tetes-tetes air yang jatuh dari tepinya. tahun baru hijriah telah terlewati, tahun masehi sepenggal bulan lagi berakhir, akhir tahun tanpa mimpi tanpa ambisi. entahlah aku ini mati ditelan mimpi atau mati ditelan ambisi. saat di UGM beberapa sekenario menjadi rusak karena terlalu menuruti ambisi untuk meraih mimpi, dari ke entikong mnembus perbnatasan di kalimantan barat lewat hutan, tersesat di belantara hutan beton dan kumuhnya jakarta hingga beradai di pusat-pusat prostitusi denpasar. mungkin kini aku harus sedikit menahan ambisi untuk tetap bertahan dijogja tidak menyambut semua tawaran dan panggilan. setidaknya sampai masa studi kedua tidak terlalu berantakan. ah sial aplikasi ke jepang sudah aku kirimkan, orang rumah masih bertanya "kapan mau buat paspor?".  


kini aku masih memandangi grimis kecil sisa hujan tadi ditemani secangkir kopi, aku berdoa aplikasi dan permohonanku ke jepang untuk ditolak saja. jika diterima aku tak tahu cara menolaknya dan itu akan semakin dilematis. kini untuk sebentar saja rasanya ingin istirahat dari duniaku sebelumnya, beberapa hal dimasa lalu memang lebih baik disimpan dan dimuseumkan untuk tidak perlu diketahui orang-orang dimasa depan. 

repositori mimpi... sampai kapan aku akan bertahan.... seperti hujan yang sudah reda kini akankah semangatku reda? hahahahhaha... tak ada kata mengeluh dan menyerah dalam kamus hidup yang kususun. hanya ada dua tipe manusia, pertama mereka yang jatuh dan terpuruk tapi tak pernah bangkit, kedua mereka yang jatuh dan terpuruk kemudian bangkit lagi. dan aku tipe kedua. bukankah manusia diciptakan sama dengan kondisi yang sama yang membuatnya berbeda sejauh mana dia bertahan dalam tekanan lingkungan. 


seperti batubara dan intan, keduanya disusun dari struktur atom C yang sama. namun keduanya memiliki berbeda, karena untuk menjadi sebongkah intan batubara harus ditempa dalam tekanan dan suhu tinggi di alam. seperti itu juga manusia dibentuk, kualitas seseorang akan ditentukan seberapa kuat tekanan dan cobaan yang diadapatkan untuk membentuk dirinya. akan menjadi intan yang berkilau dengan harga tinggi atau hanya sekedar batubara yang dijual murah. 

matahari mulai bersinar dibalik celah awan, gelap itu perlahan sirna saat mendung telah berganti cerah. seperti itupula hidup, hahahaha..... aku rindu kawan-kawan kecil itu, minggu depan semoga bisa mampir ke ruang nuri di rumah sakit sardjito atau jika sempat semoga masih bisa ke perpustakaan-sanggar studio biru dalam waktu dekat. senyuman mereka selalu menghadirkan semangat baru..... memang pelangi tak selalu muncul kala hujan reda, tapi yakinlah hujan itu akan berhenti.

-santai

dari tepi selatan kaki merapi

sumber gambar : berurutan dari atas : devianart.com, darisdarisman.blogspot.com, sodahead.com, weheartit.com

4 komentar:

  1. wih, peliharaannya sangar. haha
    sukses ziz buat pendidikan dan karirnya, ingin ikut menyusul tapi belum dapat izin. :D

    BalasHapus
  2. saat sendiri di kamar, selalu teringat ibuku yang telah tiada

    BalasHapus
  3. mantap nie gan artikel nya sangat bagus dan sangat menarik,,,,,,,

    BalasHapus

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)