jogja cerah, riak awan bergelombang menari bersama angin. dan kembali untuk kesekian kalinya duduk sendiri termenung di bawah pohon beringin, tepat di kursi hijau yang catnya mulai luntur, persis berada di depan Gedung Agung saksi sejarah ditangkapnya Soekarno oleh bala tentara Belanda saat agresi militer kedua. segar sekali udaranya, bersyukur udara jogja masih bisa dihirup dengan segarnya walau berada di trotoar jalan.
dari tadi tatapanku tak bisa lepas dari tugu keramat, monumen serangan umum 1 maret, yang didirikan sebagai pertanda kedaulatan NKRI atas Belanda. sebuah monumen yang di dirikan tepat di depan Istana Jogja. persis di arah timurlaut titik nol jogja. tapi entah kenapa gerbang depan jarang sekali dibuka kecuali ada kegiatan khusus, sehingga pengunjung harus berputar lewat Benteng Verdeburg untuk masuk kedalam Monumen itu. mungkin pengelola punya pertimbangan tersendiri, untuk menjaga kesakralan.
ilustrasi : sumber bisnis-jabar.com |
semakin sore lalu-lalang kendaraan semakin ramai, becak dan delman beradu cepat dengan bus-bus kota dan transjogja, sepeda ontel pun tak mau kehilangan lahan yang di srobot pengendara sepeda yang minum minyak. hah… jogja yang kian hari kian padat, semoga jogja tidak mengikuti jejak jakarta yang kehidupan jalanannya semakin tidak terkendali. birunya langit perlahan ditelan lembayng senja, titik nol semakin ramai. ada dua sejoli yang memadu kasih, ada sekelompok pemuda bersanda gurau penuh tawa, para pemuja fotografi berlagak dengan kameranya, penumpang bus antri padat di shelter, penjual makanan dan minuman tak henti menawarkan dagangannya, dan tukang pakir dadakan pun berlagak sok profesional.
tapi lamunanku tentang mereka dan kehidupan sosial yang dijalaninya terhenti karena dikejutkan oleh tangisan seorang anak tepat di belakangku, rasa penasaranku bergejolak. perlahan kutengokan wajahku kebelakang, ah… perempuan kecil yang cantik, menangis akibat terjatuh saat berlari-lari dan tawa cerianya berubah seketika. tapi wajah ibunya terenym penuh makna dan kasih sayang.
Bagi orang dewasa mungkin tidak berarti apa-apa tetapi bagi anak-anak yang masih balita, hal tersebut cukup membuat ia menangis. Maka datanglah ia menghampiri sang ibu, sambil tersedu memperlihatkan tangannya yang sakit tadi.
Sang ibu berkata “sakit ya sayang?” dan kemudian ia mencium bagian yang sakit tadi.
diangkatnya si anak dalam pelukan sang ibu tadi,
“sudah-sudah, cup cup cup….ga apa-apa kok sayang…”
dengan tersenyum ibu itu mencoba menenangkan tangisan anaknya, ajaib tangisan si anak tadi yang sangat keras, tiba-tiba terhenti seketika. dan si ibu tadi semakin mengeratkan pelukannya, sambil mencium kening dan pipi anak itu.
“kita pulang yuk…” ajak si ibu kepada anaknya. yang dibalas dengan senyum penuh cinta dari sang anak kecil tadi.
Apa makna sebuah ciuman? Ia bisa menjadi lambang kemesraan dan cinta bagi pasangan yang tengah kasmaran dan dibuai nafsu, tapi bagi seorang ibu dan anaknya, ia akan berarti lebih dari itu. Tangan yang sakit tadi tentunya tidak bisa begitu saja sembuh dengan sebuah ciuman. Masih ada rasa perih yang tersisa. Tapi ciuman yang disertai cinta sanggup membuat ia berhenti dari tangisnya, lupa akan rasa sakit, dan bermain kembali. Ciuman dari sang ibu memberinya rasa nyaman dan kesembuhan.
sebuah fragmen kecil di pingir jalan antara ibu dan anak itu membawa jauh kenanganku ke kampung. ciuman ibu itu pada anaknya juga bernilai lebih buatku, ciumannya dipinggir jalan itu, menyentuh hatiku. walaupun ibuku tak pernah mencurahkan kasih sayangnya dalam bentuk ciuman (maklum udah agak gede, :D) wah, aku jadi rindu kampung halaman, rindu ibu, rindu bapak, rindu adiku, rindu kakek dan neneku yang hobi menciumi cucunya dari yang balita hingga yang sudah punya anak, rindu kakek neneku (dari bapak) yang telah almarhum, maap ramadhan ini ga bisa nyekar. apalagi ini menjelang puasa. semua kerinduan ini berkecamuk, semoga lebaran ini aku bisa pulang mudik ke kampung.
0 komentar:
Posting Komentar
bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)