"nak bangun,,, udah adzan subuk. mandi dulu sanah, sarapanmu udah ibu siapin di meja..."tradisi ini sudah berlangsung lebih dari 15 tahun, sejak pertama kali aku mengingat.
kini usiaku sudah hanpir 20 tahundan aku menjadi seorang mahasiswa di sebuah universitas negeri terkemuka di jogjakarta, tapi kebiasaan ibu takpernah berubah.
"Ibu,,, ga usah repot-repot Bu, sekarang aku sudah lebih dewasa"pintaku pada Ibu pada suatu pagi. Wajah yang sudah agak tua itu langsung berubah. pun ketika ibu mengajaku makan di sebuah restoran, aku buru-buru membayarnya, untuk membalas kebaikan ibu bagiku, walaupun sebenarnya aku takkkan pernah bisa membalas jasanya dengan hal apapun di dunia ini.
sesampainya dirumah, wajah Ibu terlihat bersedih, kuberanikan untuk bertanya
" Bu, kenapa wajah Ibu terlihat murung, Apa yang membuat hati Ibu menjadi gelisah ?kutatap sudut-sudut mata Ibu, ada genangan air mata disana, denagn terbata-bata Ibu berkata,
"Tiba-tiba ibu merasa, Kalian tidak membutuhkan ibu lagi, kalian sudah dewasa, sudah bisa menghidupi diri sendiri"
"Ibu tak boleh lagi menyiapkan sarapan ntuk kalian, Ibu ttidak bisa jajanin kalian, semua sudah bisa kalian jalanin sendiri."
Ya, Allah, ternyata buat seorang ibu ... bersusuh payah melayani putra-putrinya adalah sebuah kabahagiaan.
suatu hal yabg tak pernah kusadari sebelumnya
niat membahagiakan bisa jadi malah membuat orang tua menjadi sedih karena tidak bisa berusaha
ketika kubertanya pada Ibu,
adakah ia bangga akan putra-putrinya
Ibu menjawab
"banyak sekali nak, kebahagiaan yang telah kalian berikan pada ibu. kalian tumbuh sehat dan lucu ketika bayi adaklah kebahagiaan.
kalian berprestasi di sekolah adalah kebanggaan buat Ibu.
setelah dewasa kalian berprilaku sebagaimana seharusnya seorang hamba, itu kebahagiaan bagi Ibu.
setiap kali binar mata kalian mengisyaratkan kebahagiaan, itu kebahagiaan bagi Ibu."
lagi-lagi aku bisa berucap
" Ampunkan aku ya Allah kalau selama ini sedikit sekali ketulusan yang kuberikan pada ibu.
masih banyak alasan ketika ibu menginginkan sesuatu."
betapa sabarnya Ibu melalui lika -liku kehidupan.
sebagai seorang wanita karir seharusnya banyak alasan yang digunakan oleh beliau untuk "cuti" dari pekerjaan rumah atau menyerahkan tugas itu pada pembantu. Tapi tidak ! ibuku seorang yang idealis.
Menata keluarga, merawat dan mendidik anak-anak adalah hak prerogatif seorang ibu yang takkan bisa dilemparkan padsa siapapun.
pukul 3 dinihari bangun, dan membangunkan kami untuk tahajud
menunggu subuh Ibu kedapur menyiapkan sarapan sementara aku dan adiku sering tidur lagi...
ah, maafin kami bu,,, 18 jam sehari sebagai "pekerja" seakan tak pernah membuat ibu lelah..
sanggupkah aku ya, Allah ???
"nak bangn...sudah adzan subuh.... sarapannya sudah ibu siapin di meja..."
kini aku lompat segera... kubuka pintu kamar dan kurangkul ibu sehangat mungkin, kuciumi pipinya yang mulai keriput..."
"terimakasih Ibu, aku beruntung sekali memiliki ibu yang baik hati, ijinkan aku membahagiakan Ibu..."
kulihat binar Ibu memancarkan kebahagiaan,,, Cintaku ini Milikmu, Ibu... aku masih sangat membutuhkanmu...
maafkan aku yang belum bisa menjabarkan arti kebahagiaan buat dirimu ...
sahabat.. tidak selamanya kata sayang harus diungkapkan dengan kaliamt "aku sayang padamiu..."
namun begitu, Rasulluloh menyuruh kita untuk menyamaikan rasa cinta yang kita unya ada orang yang kita cintai karena Allah.
ayo kita mulai dari orang terdekat yang sangat mencintai kita... Ibu dan Ayah. walau mereka tak pernah memintadan mungkin telah tiada.
percayalah,,, kata-kata itu akan mebuat mereka sangat berarti dan bahagia.
wallaahua'lam
"Ya, Allah, cintai ibuku, beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan Ibu,,, dan jika saatnya nanti Kau panggil,
panggilah dalam keadaan Khusnul Khotimah. Amunilah segala dosa-dosanya dan sayangilah ia sebagaimana ia menyayangi aku selagi aku kecil"
sebuah renungan
0 komentar:
Posting Komentar
bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)