Jumat, 16 Maret 2012

Imaji dalam Semangkuk Sotoji

4 comments
Sebelum membuat tulisan tentang sotoji saya ingin mengucapkan terimakasih terlebih dahulu atas kiriman paket berwarna coklat dengan isi 3 bungkus mie instan berwarna hijau muda alias “SOTOJI”. Mungkin ini pertamakalinya sebuah brand produk mengirim sample produknya secara gratis untuk “diuji coba” oleh khalayak umum. Saya rasa pertimbangannya mungkin karena “SOTOJI” belum ada dipasaran, setidaknya indikasi sederhana yang bisa saya sampaikan, produk mie instan ini belum masuk rak-rak minimarket berlabel ‘mart’ yang tersebar sampai plosok indonesia. Inilah poin pertama yang ingin saya apresiasi dari pihak “SOTOJI” secara marketing. Sebenarnya paket kiriman datang beberapa hari yang lalu, mungkin sekitar awal maret dan diterima oleh teman kost saya. Isinya langsung saya buka, berisi 3 bungkus mie instan “SOTOJI”. Namun baru kemarin saya mulai berkreasi meracik “SOTOJI”. Awalnya juga tidak berniat masak, tapi karena lapar melilit pas tengah malam dan lagi males ke angkringan, iseng-iseng saya masak “SOTOJI” tengah malam. Setidaknya bikin otak kembali fresh mengejar deadline dari dosen yang bikin kepala nyut-nyutan, kan kalo perut tenang, otak juga aman.
3 bungkus sotoji dalam paket

Diawal, sebelum membuka saya bertanya-tanya kenapa namanya “SOTOJI”, mungkin kepanjangan Soto Jamur Instan (ternyata benar setelah saya tanya mbah google). Asumsinya, mie instan rasa soto (udah biasa dan tidak aneh) dan ada jamur instan (ini baru dan bikin penasaran). Kenapa aneh, karena saya tidak pernah makan soto jamur, paling juga makan soto ayam yang lewat tiap pagi depan kost. Ini korelasi unik setidaknya salah satu produk makanan unik pertama yang saya temui di tahun 2012 soto+jamur = mie instan soun. Rasa? Saya belum bisa menyimpulkan sampai saya menghabisi –setidaknya- satu bungkus dengan lahap.

Bermodal peralatan masak ala anak kost, keluarkan kompor portable, semacam panci kecil bergagang (ga tau apa namanya), dan sendok. Semua mie instan punya standar sama dalam proses memasak. Bedanya, dalam memasak “SOTOJI” harus mengikutkan jamur-nya untuk direbus, inilah letak kesalahan pertama saya dalam memasak “SOTOJI”, jamurnya tidak ikut saya rebus. Perhatian, ternyata petunjuk memasak untuk mekanan atau petunjuk pemakaian sebuah alat walau terkesan sederhana dan remeh-temeh, penting untuk diperhatikan.

Jadilah “SOTOJI” ala anak kost alias ala kadarnya, jelas beda tampilan “SOTOJI” yang saya buat dengan tampilan di kemasan hijau yang penuh dengan “asesoris”. Toh itu semua tidak mengurangi rasa, untuk anak kost tampilan tidak perlu cantik karena makanan bukan buat di lihat tapi dimakan. Masak, matang, makan 3M prinsip anak kost kelaparan tengah malam. Lalu bagaimana rasanya? Sepertinya untuk satu ini saya perlu jujur. Rasanya cukup enak, jika dipaksa lebih maka saya akan bilang “SOTOJI” enak, saya tidak bisa kasih lebih rate lebih dari itu, karena makanan “paling enak” diatas kata “enak” adalah makanan rumah buatan ibu yang selalu membuat saya rindu pulang kampung.


pamer peralatan sebelum masak

Si Hijau yang Kenyal

Menikmati “SOTOJI” adalah sebuah sensasi baru dalam menikmati mie instan. Setidaknya produk ini berani tampil beda. Dimulai dari sebuah UBB (Usaha Bakal Besar) alias UKM (Usaha Kelas Miliyaran), -nama adalah doa dari nama muncul pemikiran positif untuk maju- dengan melakukan ekspansi nekad, saya bilang nekad. Sebuah pertaruhan besar jika “usaha rumahan” menantang industri besar dalam bisnis makanan, jelas incaran “SOTOJI” adalah pangsa pasar “mi kuning”. Saya kira “SOTOJI” dimunculkan bukan seperti bungkisan saleh atau produk makanan oleh-oleh, si hijau ini muncul untuk masuk sebagai industri besar. Masuk dalam percaturan bisnis makanan instan saja adalah sebuah langkah berani, apalagi masuk dalam percaturan bisnis mie instan yang sangat ketat.

Mengambil pasar konsumen mie kuning yang disuguhi “ayam” dan “sapi” dan menggantinya dengan mie putih jamur adalah tantang berat, hil yang mustahal kalau menurut srimulat, kalau kata Ethan Hunt mission impossibel. tapi kalau kata simbah saya “impossible is nothing” bung, jadi jangan percaya srimulat dan Ethan Hunt, percaya kata-kata simbah saya. Memang mengambil pasar mi kuning terlalu beresiko, tafsir saya “SOTOJI” mengincar penyuka mie putih dan “jamurjunkis” ini lebih rasional sepertinya. Sebuah pencapaian puncak dimulai dari langkah kecil, dan “SOTOJI” sudah memulainya.

ini masak mie, jamur-nya ketinggalan

Diatas saya menulis menikmati “SOTOJI” adalah sebuah sensasi baru, sensasi dalam dua hal pertama produk makanan itu sendiri yang unik dan baru serta sensasi perjuangan memulai bisnis dan industri. Sayu beritahu satu hal yang diberikan “SOTOJI” sebagai mie instan tapi tidak diberikan produk lain. Yaitu, “SOTOJI” tidak hanya memberikan jiwa (baca: rasa) tapi juga raga (baca: jamur). Jika produk sejenis hanya meberikan rasa, seperti mie rasa ayam, rasa rendang, rasa sapi dan sebagainya, “SOTOJI” hadir dengan rasa jamur juga dengan dihadirkannya wujud nyata jamur dalam setiap bungkusnya. Ini yang tidak diberikan produk lain yang sejenis, ini senjata yang harus dimanfaatkan.

Jamur yang kenyal dan mi putih yang menggoda selera ditambah harumnya bumbu. Si hijau harusnya bisa eksis di dunia industri makanan. Setidaknya begitu harapan saya, bisa melihatnya di jogja menemani malam-malam saya mengerjakan tugas doesn yang bikin setres kepala. Tentunya tanpa perlu order online artinya distribusinya udah luas.

ini hasilnya, tampilan ga penting yang enting enak dan kenyang

Terakhir dari saya, tentang si hijau yang berisi soun dan jamur, saya suka makanan ini. saya suka rasa baru, “SOTOJI” memberi alternatif lain tentang mi instan. Buat anak kost seperti saya mi instan adalah bagian hidup yang sulit terpisahkan. Dan apabila “SOTOJI” bisa hadir di rak-rak warung klontong jogja tentu suatu saat nanti “SOTOJI” bisa jadi bagian dari sejarah hidup yang menemani saya, mengisi perut kala malam. saya kira ini bukan hanya imajinasi saya, meliaht "SOTOJI" ada di rak-rak makanan seluruh indonesia tentu saja utamanya jogja.

4 komentar:

  1. hmmm, beberapa blogger mereview produk yg satu ini dan dapat sampel dari mas pakies. saya tunggu ada di toko2 di jakarta aja deh

    BalasHapus
  2. saya gak kebagian nih..
    ntar terpaksa beli sendiri kalau sudah beredar :D

    BalasHapus
  3. saya juga gak kebagian :D

    mampir mas... baru pertama kali :)

    BalasHapus
  4. Buat yang enggak kebagian,,order aja langsung di webnya
    Saran: biar dapet diskon,,pesennya jangan dikit langsung 1 truk ae hehehehe

    BalasHapus

bagi komentar, saran dan kritiknya kawan.... (no spam)